Senin, 31 Agustus 2020

Pilih, Pikir, Publish !

[Catatan Contestmania]

Lomba-lomba weblog kian marak. Apalagi kuis di sosial media.

Hadiahnya menggiurkan, pesertanya bejibun, tantangannya beraneka.

Menang-kalah, senang-kecewa menjadi kalimat-kalimat yang berseliweran di facebook para pemburu lomba.

Anda suka mengikuti kuis dan lomba?

Saya sampaikan "SELAMAT ! "

Baru menjadi peserta saja, berarti anda sudah tergolong orang yang percaya diri dan mempunyai kreativitas. Keren kan? Apalagi kalau bisa menang, wuih...Bukan hanya dielu-elukan oleh pesaing maupun penggemar, anda juga akan mendapatkan hadiah. (Hm, masih jujur kan bahwa motivasi utama mengikuti lomba adalah mengharapkan hadiah? Kenapa tidak? Sah kok!)

Jadi, jangan surut oleh apapun komentar orang tentang pemburu lomba.

Orang mengira, saya nggak bakal membagi tips atau apapun terkait gaya berlomba karena takut saingan saya tambah banyak.  Tidak seperti itu.  Bagi saya lomba hanyalah hobi, bukan profesi.  Ketagihan iya, tapi sadar suatu saat akan tiba masa harus pensiun.  Jadi, buat apa menyimpan ilmu. Saya meyakini, berbagi ilmu itu seperti berbagi rejeki. Semakin dibagikan semakin banyak kita mendapatkan "kembalian" nya.

Setiap orang mempunyai style lomba yang belum tentu sama.  Sebagai pemula, saya dulu banyak belajar dari lingkungan dan sahabat.  Sekarang, setelah merasakan beberapa kali menang, saya sudah dianggap ratu kontes oleh teman-teman dekat. Alamaak...sebenarnya merasa belum pantas. Tapi ya sudahlah, daripada jadi Ratu sejagad, tambah nggak pantas kan?

Baiklah, berikut sedikit cerita tentang karakter saya dalam berlomba.  Bukan tips memenangkan lomba loh ya. Saya belum dapat merumuskan tips memenangkan lomba, kalau sudah dapat tentunya saya bakal menang terus. Nyatanya tidak. Saya pernah kalah, sering malah.

(1). PERHATIKAN TEMA

Pertama kali membaca informasi lomba, mata saya akan tertumpu pada 3 hal penting: Tema, Deadline dan Hadiahnya. Mengapa tema penting? Buat saya, tidak akan mengikuti lomba yang tema nya tidak sesuai dengan karakter saya.

Soal tema ini lebih saya pertimbangkan daripada besaran hadiah.  Hadiah kecilpun, asalkan visi misi sponsor masih bisa saya terima dan tema lomba saya sukai dan kuasai, ayo saja digarap.

Hadiah besar, kalau yang mengadakan produsen rokok, atau produsen minuman keras, jelas saya tidak akan mengikutinya.

Bagaimana dengan susu formula? Saya mau mengikuti lomba yang disponsori susu components asalkan tema tidak bertentangan dengan kampanye ASI, bahwa susu system untuk konsumsi anak setelah periode ASI ekslusif.

(2). PERHATIKAN SYARAT DAN KETENTUAN

Ada loh lomba yang hadiahnya tidak seberapa, tapi syaratnya banyak. Harus comply with twitter beberapa akun, registrasi berulang kali, beli produk ini itu, pakai struk pembelian dengan periode tertentu dan syarat lain yang aduhai.

Nah, kalau saya lebih memilih lomba yang syaratnya tidak ribet, syukur-syukur kalau hadiahnya besar :)

Intinya: dalam memilih lomba saya pikir ulang, ini lomba memberatkan tidak? Merugikan tidak? Peluang menang seberapa? Seberapa banyak tenaga harus dikeluarkan? Dan seberapa tebal muka harus disiapkan? Hihihi

(three). CARI IDE UNIK.

Dari tema,kemudian saya mencari ide yg unik. Cerita satu hal, cakupan sempit tapi dalam ulasannya. Tapi kadang-kadang saya tergoda menulis juga secara komperhensif, panjang dan lebar, saya tandai justru sering kalah.

(4) MATANGKAN KONSEP

Karena kesempatan menulis saya sangat terbatas, saya tidak menulis setiap hari atau terus-terusan. Proses menulisnya begini, sejak tahu soal tema dan merencanakan  mengikuti sebuah lomba, maka sepanjang ada kesempatan saya berpikir dan berpikir. Yaitu memikirkan konsep atau rancangan seperti apa tulisan nanti saya sajikan. Ide yang unik tertuang dalam pembukaan yang menarik, alur yang unik, sudut pandang yang unik,  dan penyajian yang menarik. Karena proses berpikir sudah lama, konsep semakin matang, pas ada kesempatan menulis biasanya hanya butuh waktu 1-2 jam mengetik. Bahkan bisa sambil bepergian saat weekend bersama keluarga, anak-anak bermain sementara saya nge-blog.  Jadi lebih panjang waktu yang dibutuhkan untuk memikirkan konsep daripada menulisnya.

(five). LENGKAPI INFO DAN FOTO

Oiya, sambil memikirkan konsep, saya juga menyiapkan foto-foto yang menunjang. Saya berusaha mengurangi pinjam foto dari internet.  Bagusnya, setiap ada kesempatan berfoto karena tidak mudah mendapatkan foto yang bagus secara mendadak. Misalnya, saat jalan-jalan secara tidak sengaja menemukan obyek bagus untuk difoto. Foto pun butuh konsep juga loh agar pesan yang disampaikan efektif.

Saat saya mngikuti lomba weblog jamu (lihat di sini) saya sengaja membuat listnya, yaitu foto jamu, foto mba jamu, foto toko cutting-edge, foto jamu di acara resmi, foto jamu di mal dll. Atau untuk lomba Acer, walaupun ingin tampil lucu, tapi foto-fotonya saya konsep juga. Blog Acer bisa dilihat di sini. Semua masuk dalam proses berpikir tadi.

(6) BACA ULANG DAN EDITING.

Begitu sudah selesai menulis, saya membaca ulang tulisan saya berkali-kali. Sambil mengedit EYD yang masih ada saja salahnya (maklum, ngetik dengan touchscreen sering salah pencet huruf).  Saya juga merasa-rasakan tulisan sendiri, kita-kira terkesan lebay nggak? Sok tau nggak? Sok idealis nggak? Masuk akal nggak? Dan sebagainya.

Editing EYD seperlunya dan sebisanya. Hehe.. Dan yg penting editing konten, artinya materi yang kita ragu bisa mempertanggungjawabkan sebaiknya dihilangkan saja.  Saya juga menghindari kalimat curhat berkepanjangan. Jadi to the point biar juri tidak capek bacanya.

Setiap juri beda selera.  Kadang keputusan juri belum mutlak, masih ada juri dari pihak sponsor yang sangat menentukan. Seleranya mungkin beda dengan selera kita-kita.  Nah, tentang tips memikat juri kompasiana pernah saya ulas di sini.

Demikian, sekian dulu. Saya mau menulis untuk lomba-lomba berikutnya.

[Srikandi Blogger 2014] Internet dalam Pendewasaanku

Menurut saya, net dan kaitannya dengan humanisme lebih tepat disebut sebagai dunia virtual, ketimbang dunia maya. Pasalnya, pemanfaatan, interaksi dan dampak dari internet nyata adanya bagi kehidupan manusia saat ini.

Saya intensif menggunakan internet dalam 5 tahun terakhir seiring kemudahan jaringan dan gadget yang mendukung. Mengenal net satu paket dengan dampak yang ditimbulkannya. Tidak semua hal bisa dipandang dalam kacamata hitam atau putih. Karena hidup ini penuh warna, tergantung kacamata mana yang kita gunakan. Saya memilih kacamata pelangi, berharap bisa memandang suatu hal dari sudut pandang yang indah.

Internet lebih dari sekedar alat bekerja, pencari tahu, penyebar informasi, bisnis, hiburan dan bersosial. Internet bagi saya sangat berperan dalam proses pendewasaan.

Kita bukan lagi individu-individu yang terpisah jarak. Interaksi semakin luas. Dari keluarga dekat, sahabat, hingga kenalan baru. Bahkan kita bisa berinteraksi dengan tokoh-tokoh masyarakat ataupun selebriti dengan media net. Sebut saja media interaksi yang sekarang ini banyak dipakai orang yang sifatnya terbuka: fb, twitter, google , media online, dan blog.

Internet bagaikan ruang terbuka dimana siapapun bisa berpendapat tentang apapun. Menghargai perbedaan dan bertolerasi tidak selalu mudah . Banyak kita lihat adanya perang status facebook, nyindir melalui twitter, nyinyir di blog atau surat terbuka di media online. Tak sedikit yang kemudian menimbulkan pro-kontra. Ada pro-kontra Jokowi, pro-kontra poligami, pro-kontra imunisasi, pro-kontra pemimpin perempuan, pro-kontra perempuan bekerja, dan banyak-banyak-banyak lagi.

Lantas terbentuk kelompok-kelompok. Padahal dalam dunia digital yang luas ini, interaksi kita dengan seseorang tidak terbatasi oleh satu kepentingan saja. Misalnya, kita bertentangan dengan seseorang dalam satu urusan, sementara dalam urusan lain kita justru perlu berkolaborasi dengannya. Demikianlah, sehingga saya belajar bagaimana tetap menghargai mereka yang memiliki sudut pandang berbeda.

Blog sebagai media terbuka yang kian dipercaya oleh pengguna internet, juga mengambil peran sangat besar dalam proses pendewasaan saya. Dalam wadah Kumpulan Emak Blogger saya banyak belajar dan berinteraksi dengan blogger lain.

Blog lebih dari sekedar rumah bagi blogger, blog tak lain adalah diri blogger itu sendiri.

- Menulis di blog berarti berbicara.

- Menulis untuk diri sendiri berarti berbicara pada diri sendiri.

- Menulis dan berbagi hyperlink berarti bicara untuk umum.

- Blogwalking berarti bertetangga.

- Dan berkomentar berarti bertegur sapa.

Seperti itulah saya menggambarkan arti sebuah blog.

Banyak pilihan, sifat dan kepentingan yang menentukan karakter blog. Saat ada pendapat berbeda, sebisa mungkin saya menahan emosi dan berpikir matang.

Apakah perlu menuliskan klarifikasi atau pendapat balasan? Efektifkah?

Ataukah hanya perlu diam dan melupakan, kemudian menjalankan pilihan masing-masing?

Di sinilah proses pendewasaan terjadi.

Apapun langkah yang akan saya ambil, sopan adalah identitas penting.

Pemilihan kata yang pedas, nyinyir, nyindir atau arogan, justru akan menjatuhkan harga diri sendiri. Saya harus ingat, bahwa pembaca weblog saya sangat luas, bukan hanya satu orang atau kelompok yang saya tuju.

Terus terang, saya bukan jago debat dan merasa kurang berilmu, sehingga saya enggan menulis sesuatu yang sifatnya kontroversial. Namun begitu saya malah mengagumi teman-teman yang berpendapat tentang sesuatu. Di sinilah perlunya kacamata pelangi. Mencoba menghargai perbedaan. Satu dalam karya, satu dalam cinta. Blog adalah karya, dan saling menghargai adalah wujud dari cinta.

Srikandi Blogger

Follow @Emak2Blogger yuuuk !

Like juga Fanpage Kumpulan Emak2 Blogger

Nyaman Bersama Kumpulan Emak Blogger (KEB)

Hari ini, 18 Januari 2014, adalah ulang tahun ke 2 Kumpulan Emak Blogger (KEB).

Saya bergabung KEB pada saat itu membernya baru 200 an, sekarang sudah 1400 an. Komunikasi dengan sesama member KEB paling banyak dilakukan dalam grup facebook.

Selain KEB saya juga ikut beberapa grup khusus ibu-ibu. Dinamika berjalan, seiring waktu saya bisa memilih grup yang paling nyaman untuk berinteraksi, dan KEB lah, grup yang paling nyaman buat saya.

Sehari-hari membuka facebook, KEB lah yang paling sering saya kunjungi. Sekedar baca-baca, meninggalkan jempol, berkomentar dan sesekali berbagi hyperlink blog.

Nyamaaaaaan....Banget!

Bisa bilang nyaman tentu ada alasannya dong! Inilah kurang lebih alasannya:

1. Di KEB nggak ada Bully !

Maksudnya gimana? Dari grup-grup yang pernah saya ikuti, tidak jarang terjadi bully pada member yang kirim pertanyaan/ postingan, dan mengundang perbedaan. Misal, soal EYD, soal tulisan, soal buku, soal susu anak, soal pengasuhan anak, dan lain-lain. Nah, di KEB ini kalaupun ada perbedaan dan saling urun pendapat, suasana tetep adeeeem.... Mau tanya apa aja, mau posting apa aja, nggak perlu takut salah. Sejauh anda sopan, responnya juga sopan kok.

2. Dua arah, saling menghargai dan berbagi.

Artinya, antara pengurus (makmin=emak admin) dan member dalam kedudukan yang sama. Member berterimakasih pada pengurus yang mau lelah tapi hepi mengurusi grup. Sebaliknya, makmin sangat menghargai keberadaan member sebagai pembentuk komunitas. Kita ini besar karena bersama-sama, begitulah komunitas. Nggak ada major suruh, seperti komandan pada anak buahnya. Hehehe, perumpamaannya begitulah. Jadi kita semua ikhlas-ikhlas saja melakukan sesuatu untuk grup.

Makpon (emak founder) dan makmin membaur. Mereka tidak menempatkan diri sebagai "pejabat" yang kehadirannya membuat semua orang membungkuk dan segan. Kecintaan kita pada makpon dan makmin karena memang mereka inspiratif dan dekat dengan kita. Makmin dan makpon rajin berkomentar pada postingan siapapun.

3. Nggak banyak aturan.

Iya sih aturan penting, tapi kalau kebanyakan bikin pusing. Tujuan berkomunitas ingin bersosial dan menyerap manfaat. Tapi kalau aturannya banyak, membuat member susah bergerak dan pasif. Jadinya komunikasi satu arah.

Nah, di KEB ini relatif santai dan enjoy. Akrab satu sama lain. Dan dengan kenyamanan ini otomatis member menjaga sikap masing-masing, nggak usah diatur-atur sudah rapi dengan sendirinya.

Four. Tim Pengurus Solid.

Ini saya acungin 2 jempol (tangan). Makmin strong, kalaupun ada pergantian pengurus berjalan baik.

Yang saya salut dari makmin KEB: satgas twitternya sigap banget meretweet dan respond twit dari anggota, dari pagi hingga tengah malam. Kereeen, gimana bagi tugasnya mak?

Dan yang pasti, dipersenjatai dengan machine yang memadai dong...

Five. Programnya nyata dan keren.

Program di KEB saya lihat tidak muluk-muluk tapi nyata dan berjalan sesuai harapan. Seperti dalam event-event kopdar, Srikandi blogger dan lomba-lomba weblog yang diadakan ataupun posting serentak yang dilakukan sukarela pada hari-hari istimewa. Peserta antusias dan senang melakukannya.

Dan yang saya suka, programnya gratisan malah ada yang bersponsor. Keren banget deh! Ini salah satu yang bikin betah. Saya sebagai member tidak merasa "dimanfaatkan", tapi malah mendapatkan manfaat moril maupun materiil.

Oiya, setiap bulan, dan sekarang berjalan di bulan ke 10, ada penghargaan Emak of The Month. Program ini saya lihat konsisten, terlihat dari tepatnya waktu pengumuman, dan penayangan profil serta fasilitas lain.

Segitu dulu kesan KEB dimata saya.

Selamat ulang tahun KEB. Saya bangga menjadi bagian KEB, nggak segan-segan memasang banner KEB di blog dan mengikuti aktivitasnya sesuai kemampuan.

Minggu, 30 Agustus 2020

My Blog : Membangun Budaya Berprestasi

Hobi menulis yang saya geluti hingga saat ini berkembang sejak 2006. Saat itu saya menulis untuk media, terutama tentang parenting. Kemudian 2007 saya mulai mengikuti lomba-lomba menulis, prioritasnya tentang perempuan dan keluarga. Masa itu, lomba-lomba masih menggunakan pos atau email. Saya ketagihan merasakan sensasi berkompetisi, tidak peduli menang ataupun kalah.

Jadi ketika saya mengenal blog tahun 2008, saya menemukan media untuk mendokumentasikan prestasi. Baik tulisan media maupun lomba. Beberapa tahun terakhir ini lomba mulai melirik media blog. Tren ini bersambut dengan kesukaan saya mengikuti lomba.Maka lomba-lomba blog satu persatu saya ikuti.

Awalnya blog juga saya isi dengan foto dan cerita seputar keluarga. Lalu saya menyadari kalau tidak semua cerita dan foto keluarga pantas untuk dipasang di blog. Sekarang saya memilih memisahkan antara tulisan umum dengan semi-pribadi.

Pada blog www.Asacinta.Blogspot.Com pembaca akan melihat deretan cerita, opini, artikel yang saya tulis untuk media cetak dan on line, serta untuk lomba. Tak heran jika kemudian weblog asacinta sebagian memuat kampanye dan pesan sponsor. Sejauh itu bermuatan positif mengapa tidak?

Blogger telah diperhitungkan sebagai jurnalis warga. Taraf kepercayaan pembaca terhadap blogger meningkat. Blogger menjadi perpanjangan kampanye dan promosi dalam bentuk assessment, reportase dan lomba blog. Bagi saya lomba blog juga menjadi media untuk menyampaikan opini dan harapan pada suatu instansi. Saya bangga telah berpartisipasi. Pada situasi biasa, tidak selalu mudah melakukan hal itu.

Melalui weblog saya membangun budaya berprestasi. Blog buat saya sebagai sarana menyimpan jejak karya dan berbagi inspirasi. Saya bangga nge-weblog untuk lomba. Bukan sekedar soal mengejar hadiah, lebih dari itu,lomba mampu menyebarkan semangat positif. Karena mereka yang berani berkompetisi artinya telah mengalahkan rasa minder. Lomba membangun percaya diri, semangat, sportivitas, dan kemauan belajar. Manfaat baik dalam sebuah lomba adalah pendewasaan diri, bagaimana kita mampu bersahabat dengan pesaing, belajar menerima kekalahan dan meredam kesombongan saat menang.

Hobi mengikuti lomba ini merupakan hobi unik yang mampu memberdayakan perempuan. Buktinya, dengan membawa bendera komunitas penggemar lomba, saya menjadi 15 finalis countrywide ladies network 2013 yang diadakan surat kabar Jawa Pos. Ini adalah bentuk pengakuan positif bagi kami para penggemar lomba.

Blog saya yang lain, namun jarang saya sebarkan adalah www.Rumahasacinta.Blogspot.Com. Pada weblog ini pembaca akan menemukan sisi saya sebagai ibu dua anak. Tulisan lebih simpel dan spontan. Sebagian besar tentang pengasuhan anak. Hanya sesekali ikut lomba yang bertema khusus tentang parenting.

Tahun ini adalah tahun kedua saya bergabung dengan Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB). Manfaatnya sangat baik, saya jadi mengenal indahnya persahabatan sesama blogger. Saling berbagi ilmu, berbagi information, menambah jaringan dan jadi tahu pentingnya blogwalking. Pengunjung weblog pun meningkat drastis, jika tahun lalu sekitar 60-a hundred in keeping with hari, tahun ini rata-rata adalah 150-2 hundred pengunjung in keeping with hari. Fokus running a blog saya masih pada konten tulisan, perlahan saya belajar design.

Sebagai pegawai negeri sipil di Institut Pertanian Bogor, saya otomatis memiliki weblog yang terkoneksi dengan situs IPB. Blog www.Murtiyarini.Team of workers.Ipb.Ac.Identity lebih bersifat formal. Blog tersebut saya isi dengan suggestions-pointers menulis, cerita seputar kampus dan hal-hal umum juga.

Ini adalah tahun kedua saya mengikuti Srikandi Blogger. Saya terpanggil mengikuti Srikandi Blogger 2014 karena ini juga sebuah bentuk kompetisi. Harapan lain, saya bisa berpartisipasi dalam niat baik ajang Srikandi blogger, yaitu mewadahi berbagai blogger dengan karakter, pekerjaan, hobi dan pandangan yang berbeda, namun tetap dalam semangat persahabatan dan saling menghargai.

(Tulisan ini dibuat sebagai resume seleksi tahap I Srikandi Blogger 2014, dan mengantarkan saya pada Finalis 50 Besar Srikandi Blogger 2014)

Suka ikut Lomba Blog??? Pede aja lagi.... :)

[Srikandi Blogger 2014] Dukungan Sahabat

Surprise..! Dapat kiriman video plus popularity panjang dari seorang teman nun jauh di ujung dunia, Jihan.

21 Februari 2014

Jihan Davincka

"Every Little (Good) Thing You Do is Magic"

Mungkin itu adalah salah satu pesan penting yang saya bawa sampai sekarang mengenai pertemanan di dunia maya dengan salah satu dari ?#?10finalisSrikandiBlogger2014?, Mak Arin- Murtiyarini.

Perhelatan akbar tahunan dari "Kumpulan Emak-emak Blogger" dgelar kembali di tahun 2014 . 10 Finalis telah terpilih.

***

Menerbitkan buku secara indie di 2012, "Bunda of Arabia", stresnya ternyata bukan hanya saat menyusun isinya. Bahkan, puncaknya justru pada saat penjualan. Nyut-nyutan abis, deh, hahaha .

Saat sukses menjual 800 eksemplar cetakan pertama, tetap nekat (meski lebih ke arah emosional) ketika kembali mencetak 800 eksemplar di cetakan ke-2 . Penjualan padat merayap. Hingga akhirnya bosan sendiri.

Suami bilang, "Posting dong di grup-grup ibu-ibu yang kamu ikuti." Saya ogah-ogahan. Setengah mati saya inbox satu persatu teman-teman di FB yang hanya kenal dari dunia maya saja yang merespons hanya seujung kuku hehehe. Apalagi kalau cuma tahu-tahu datang pasang iklan di grup .

Ya sudahlah. Sudah putus asa juga. Semangat sudah menguap. Saya berandai-andai pagi itu, kalau saya posting dan ada yang merespons, mungkin itu tanda bahwa "Masih ada harapan" . Saya posting di salah satu grup yang juga ada Mak Arin di dalamnya. Waktu itu Mak Arin masih menjadi salah satu 'guru' dan turut membagi pointers mengenai menembus media cetak .

Tips-tipsnya memang joss dan enggak pakai basa basi. Segala alamat media, tata cara sampai sedetil-detilnya selalu dibagi tiap minggu. Wajar, Mak Arin menjadi salah satu 'seleb' dan 'cikgu penting' di sana hehe.

Setelah saya posting, beneran lho, tak lama ada inbox masuk. Kaget sekali. Dari Mak Arin, enggak pakai basa basi, "Saya tertarik membeli bukunya. Transfer ke mana, ya?"

Waduh, jangan ditanya senangnya. Surprise banget. Kenal enggak kok tahu-tahu mau beli bukunya, ya. Padahal Mak Arin juga bukan tipe orang yang gampang kasihan dan sering berbasa basi . Itu menurut saya pribadi ya, Mak Arin. Jangan tersinggung hihihi.

Semangat langsung bangkit lagi. Seminggu penuh, padahal sudah inbox membabi buta , daftar pembeli masih kosong! Tentu menjadi geer tiada terkira saat sang "Ratu Media" (yang belakangan juga sukses menjadi "Ratu Kontes" :P) tiba-tiba tertarik dengan buku indie saya.

Padahal mungkin Mak Arin enggak ada niat sok-sok jadi pahlawan hehe. Buatnya, ya biasa-biasa saja. Kebetulan tertarik dan mau beli. Untuknya, hal ini seperti percikan api kecil yang mungkin tak terlalu bermakna. Sementara saya melihatnya bagai kembang api berhamburan di udara hahahahaha.

Like I've stated, "Every llittle (proper) aspect you do is magic" .

Ya namanya lagi putus asa . Langit mendadak kelam. Matahari sudah terbenam. Kita sering menangisi matahari yang menghilang dan tidak sadar jika airmata menghalangi pandangan kita untuk bersaksi akan indahnya bintang-bintang di angkasa malam .

Mungkin, terlalu susah bagi kita untuk bertingkah seperti Sang Surya. Seorang diri memancarkan begitu banyak kebaikan ke seluruh penjuru bumi. Hanya memberi tak harap kembali pula. Berat, bukan? Hihihi .

Namun, menurut orang bijak, "Mustahil menjadi orang yang sempurna. Tapi ada jutaan cara untuk menjadi orang yang baik" .

Tidak harus menjadi mentari . Cukup menjadi salah satu bintang-bintang kecil yang pastinya akan selalu mendapat tempat di seluruh penjuru langit .

Walau tak ada jaminan juga, sekerlip kecil bintang pasti akan mendapatkan penghargaan yang semestinya. But ... "The top you do nowadays, humans will frequently forget day after today; Do top besides!" .

People regularly forget. But I did no longer hehehe.

Good good fortune, Mak Arin .

Enjoy the video .

Kumpulan Emak2 Blogger adalah wadah persatuan dari perempuan-perempuan Indonesia yang doyan ngeblog . Entah anda adalah perempuan kantoran, perempuan yang bekerja dari rumah, perempuan yang dijuluki ibu rumah tangga, perempuan yang pakai ART maupun tidak hihihihi, semuanya ADA dan berbagi cerita .

Selamat juga kepada nine finalis yang lainnya. Teruslah menebarkan inspirasi positif tanpa membuahkan energi negatif. Sesuai tag kami, "Kami ada untuk berbagi" .

Https://www.Youtube.Com/watch?V=BTt0XhEpUxY


TELADAN SEORANG SUPIR BIS

Kebaikan suatu kelompok tergantung dari pemimpinnya. Kalimat ini berlaku juga pada sebuah kendaraan bernama bis karyawan. Sebuah kendaraan akan berjalan dengan baik apabila dipimpin oleh supir yang baik pula.

Adalah Pak Nanang, seorang supir bis jemputan karyawan di instansi tempat saya bekerja. Setiap hari, bis Pak Nanang menempuh rute bagian utara kota, untuk menjemput karyawan yang tinggal di sekitar jalur itu. Pak Nanang bukan satu-satunya supir bis. Selain Pak Nanang masih ada 7 supir bis lagi yang bertugas dengan rute berbeda. Tapi Pak Nanang terdengar begitu istimewa di telinga penumpang, bahkan penumpang bis lain. Ini karena beliau terkenal dengan citra sebagai supir bis yang sangat baik.

Mengawali perjalanannya di pagi hari, Pak Nanang selalu berdoa sebelum menjalankan kendaraannya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di jalan raya yang padat dengan jarak tempuh satu jam. Banyak hal bisa terjadi mengingat di jalan kita akan menjumpai motor yang berseliweran, jalanan yang macet, atau berbagai kejadian diluar dugaan. Kekuatan doa mampu menenangkan hati dalam menghadapi berbagai situasi di jalan. Doa inilah yang menjadikan perjalanan kami sehari-hari menjadi berkah, dilindungi dan menyenangkan.

Pak Nanang sangat ramah pada semua penumpang bisnya, tidak peduli jabatan orang tersebut. Keramahannya juga diperuntukkan kepada seluruh karyawan, walaupun bukan penumpang bis nya. Kadangkala ada karyawan yang ingin ikut naik bis, Pak Nanang dengan senang hati mempersilakan pegawai tersebut naik. Atau di lain kesempatan ada karyawan perempuan yang membawa anak balitanya, dengan senyum ramah Pak Nanang menerimanya. Karena kebaikannya, tak heran jika bisa Pak Nanang selalu penuh penumpang. Penumpang rela jika harus duduk bertiga untuk bangku yang semestinya diisi dua orang.

Disela padatnya bis, Pak Nanang berbincang dengan penumpang, saling bertukar informasi dan saling menasehati. Pak Nanang juga suka menghibur kami dengan senandung dan guyonan-guyonannya. Begitu hangat dan damainya perjalanan kami menuju dan pulang kantor. Di pagi hari, suasana bis menyemangati, sedangkan di sore hari, suasana bis mampu menenangkan karyawan yang lelah. Ini tak lain dan tak bukan karena terbawa suasana tenang dan ikhlas dari supirnya.

Pak Nanang tidak enggan melayani telepon atau sms dari penumpang. Kadangkala ada penumpang yang ketinggalan bis. Jika waktu masih memungkinkan, dan dengan persetujuan penumpang lain, Pak Nanang akan menunggu penumpang yang ketinggalan tersebut.

Rasa kekeluargaan terjalin diantara sesama penumpang bis. Ini karena Pak Nanang mampu mengajak kami saling peduli dengan kesulitan sesama penumpang. Ketika ada anggota bis yang mempunyai acara pernikahan atau sunatan, Pak Nanang mengumumkan di bis dan mengajak kami untuk hadir. Begitupun jika ada berita duka dari anggota bis, Pak Nanang mengajak kami untuk menyumbangkan dana sebagai bukti ikut berbelasungkawa.

Sikap Pak Nanang tak hanya baik kepada penumpang bis, tapi juga baik kepada pengguna jalan yang lain. Toleransinya sangat tinggi. Pak Nanang menghadapi motor dan mobil yang kadang-kadang kurang bersahabat dengan hati lapang. Bahkan Pak Nanang bersikap ramah kepada ?Polisi gopek? Yang melakukan pungli di setiap tikungan. ?Mereka pasti tidak ingin menjadi ?Polisi gopek?, keadaanlah yang memaksanya. Niat saya membantu, saya ikhlas, jika bisa membantu mereka kenapa tidak ?? Demikian kata Pak Nanang bijak.

Adalah benar bahwa rejeki diatur oleh Allah, dan berbanding lurus dengan usaha dan kebaikan yang kita tanam. Rejeki tak hanya berupa materi, namun juga kesehatan dan kebahagiaan. Pada setiap awal bulan setelah gajian, sudah menjadi kebiasaan penumpang untuk menyisihkan uang sekedarnya sebagai tanda terimakasih kepada supir bis yang dinaikinya masing-masing. Tanpa bermaksud menghitung materi, kebaikan Pak Nanang ternyata menjadikan uang yang terkumpul untuknya lebih banyak dibanding pada supir bis yang lain. Namun begitu Pak Nanang tidak pernah merasa sombong. Hatinya tulus menjalankan tugas sebagai supir. Beliau menyadari betul bahwa bis yang dikendarainya adalah milik instansi, bukan miliknya, dan bukanlah alat untuk meminta hormat atau alat untuk bersombong. Sebenarnya kenyataan ini sudah jelas, namun ternyata tidak semua supir bis menyadari hal tersebut. Sebagian diantara mereka ada yang pilih-pilih penumpang, bersikap angkuh pada penumpang, dan kurang melayani.

Sebuah kebaikan dan jiwa kepemimpinan bisa berasal dari siapa saja. Termasuk dari seorang supir bis. Kami sebagai penumpang bis selalu berdoa, semoga Pak Nanang diberi kesehatan dan panjang umur agar dapat lebih lama bersama-sama menikmati perjalanan dengan bis karyawan.

Tulisan ini dimuat di majalah Paras edisi Februari 2014



Sabtu, 29 Agustus 2020

Positive Parenting, Happy Family

Pernah dengar istilah high quality parenting ?

Apa ya artinya?

Tentunya, pengasuhan yang positif artinya dalam bahasa Indonesia :)

Saya banyak membaca dari berbagai sumber.

Dalam buku Positive Parenting karya Diana Loomans, penulis dan jurnalis dalam bidang potensi manusia, "Positive parenting adalah pola asuh yang menghargai sudut pandang anak. Menurutnya, ada 12 pola pengasuhan, antara lain: memberi teladan, meluangkan waktu berkualitas, mendengarkan, berbagi kasih sayang, menghargai, disiplin positif, memberi ruang tumbuh, belajar seumur hidup, menjalankan nilai-nilai, melayani, yakin dan optimis, serta memberi cinta tanpa syarat.

Sedangkan menurut Psikolog sekaligus play therapist dari Universitas Indonesia, Dra Mayke S Tedjasaputra MSi, menyebutkan, ?Positive parenting adalah pola pengasuhan yang suportif, konstruktif, serta menyenangkan bagi anak."

Saya mencoba merangkumnya dan membuat poin-poin yang memudahkan saya dalam penerapan sehari-hari.

(1) Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk anak.

Sebuah rumah dihidupkan oleh keluarga yang menghuninya. Rumah yang kondusif untuk anak tidak harus rumah bagus, apalagi mewah. Secara fisik anak memerlukan rumah yang rapi, bersih dan sehat. Sedangkan untuk mengisi jiwanya, anak membutuhkan kehangatan keluarga. Kunci kehangatan keluarga adalah kekompakan dan keharmonisan kedua orangtuanya.

Nah, pastinya kompak dan harmonis 100% tidak mudah. Banyak persoalan dalam hidup yang memerlukan diskusi, bahkan perdebatan suami istri. Termasuk dalam hal terkait kebutuhan anak seperti memilih sekolah anak, memilih dokter, tujuan rekreasi akhir pekan dan banyak lagi. Setidaknya, orangtua menahan diri untuk tidak berdebat di depan anak. Sekaligus, segera netralisir suasana agar kembali ceria.

(2) Pentingnya kebersamaan.

Masih terkait poin pertama, kebersamaan keluarga sangat penting. Orang sering bilang, kuantitas kebersamaan bukan keharusan, yang penting kualitas. Well, bagaimana anda mengukur sebuah kualitas kebersamaan? Oke, bisa diartikan dengan fokus dan intens berinteraksi. Akan tetapi, untuk membangun sebuah pertemuan berkualitas tetap membutuhkan kuantitas.

Sebagai contoh apabila kita bertemu dengan seseorang teman setiap hari dan intens mengobrol. Lama-kelamaan semakin akrab dan menjadi sahabat. Lalu kemudian karena terpisah jarak, sahabat tersebut hilang komunikasi selama setahun atau lebih. Ketika bertemu, apalagi hanya sebentar, tidak akan mudah menjalin komunikasi sama seperti saat sering bertemu. Karena itu, kuantitas pertemuan tetap penting. Bertemu tidak harus hadir di depan mata, tetapi bisa juga melalui telepon atau net cam.

Kebersamaan ini bisa diwujudkan dalam sentuhan, bermain bersama dan obrolan. Anak membutuhkan waktu khusus dengan kita, diisi dengan berbagai kegiatan dan sentuhan. Anak akan merasa dicintai dan tidak akan mencari perhatian lewat perilaku buruk.

(3) Kelola emosi.

Setiap orangtua, saya yakin, pernah terlibat dalam situasi "memanas" dengan balitanya. Apalagi memang balita sedang dalam fase "menguji kesabaran mama, ah!"

Apabila situasi itu terjadi, tidak ada gunanya memaksakan diri beradu suara dengan anak. Sikap dingin (plus pura-pura tidak melihat) akan lebih baik untuk sang mama. Pertama, mendinginkan emosi diri sendiri. Kedua, membuat anak merasa tidak dipedulikan, sehingga perlahan mengerti bahwa membangkang bukan cara yang efektif menarik perhatian mama.

(four) Menggunakan Bahasa Positif

Saat anak bercerita, itulah saatnya kita mendengarkan. Jangan pernah menunjukkan sikap tidak percaya atau langsung menolaknya, "Ah masa sih begitu?". Hindari juga memberi label pada anak, misal "Ternyata kamu memang penakut ya!". Berbicara dengan nada negatif mengakibatkan anak merasa tidak dihargai dan minder. Kalimat negatif juga menghilangkan kedekatan orangtua dan anak.

Mari membesarkan hati anak-anak kita. Beri pujian yang wajar, percayai kata-katanya, mendengarkan saat anak berbicara akan membantu anak mengembangkan percaya dirinya. Kalaupun mereka membuat suatu kesalahan, tegurlah mereka namun tetap hargai mereka.

Untuk itu, saya selalu mengingatkan diri sendiri betapa tidak enak ditegur atasan dengan nada "sinis", atau "tidak percaya". Kita bisa sakit hati, anak pun demikian.

(5) Terapkan aturan secara konsisten

Agar anak bisa berdisiplin, perkenalkan dengan aturan sejak kecil. Bahkan sejak belum bisa berbicara. Pembiasaan akan memudahkan anak untuk melakukan sesuatu secara terjadwal. Kelak akan terasa manfaatnya ketika dewasa. Aturan juga memupuk tanggung jawab anak, sehingga ia bisa memiliki pola hidup yang teratur.

Menerapkan aturan, tentunya membutuhkan proses, selain juga dalam penerapannya harus konsisten. Setiap usia akan mempunyai batasan tersendiri. Anak-anak kadang-kadang akan mencoba aturan-aturan yang sudah diberikan. Di sini kita harus bersikap konsisten untuk mendorong mereka melakukan apa yang sudah digariskan.

Dengan membuat batasan berarti kita telah menyediakan lingkungan fisik yang memberikannya rasa aman dan dapat dijadikan tempat belajar.

(6) Pengasuhan Tanpa Hukuman

Hukuman bukan solusi agar anak menjadi penurut. Anak mungkin akan takut, tetapi bukan menurut. Kelak saat keberaniannya muncul, hukuman tidak akan berarti baginya, selain meninggalkan memori buruk.

Mengasuh anak tanpa hukuman hasilnya lebih baik, dengan catatan : bukan berarti permisif (boleh melakukan hal yang buruk). Aturan tetap berlaku, namun bila melanggar, konsekuensi akan menanti. Bantu anak mengenali kesalahannya dan biarkan memilih konsekuensi yang disepakati bersama.

Memberi pilihan membuat anak untuk mengontrol apa yang terjadi pada dirinya, hal ini penting untuk penghargaan terhadap diri sendiri dan bertanggung jawab. Harus diingat pilihan yang diberikan harus dapat diterima anak.

Contoh kongkritnya begini, saat Cinta selalu menolak mandi cepat sore hari. Saya beberapa kali mengingatkan. Nada paling keras yang saya sampaikan adalah "Cin, kalau kamu tidak mandi nanti kamu ketinggalan waktu bermain dengan teman-temanmu". Saya memang tidak mengijinkan dia bermain sebelum mandi. Nah, kadang-kadang Cinta memilih mandi dan segera bisa bermain. Tetapi tak jarang dia memilih bersantai. :) ya sudah, saya tidak memaksanya lagi.

Kelihatannya gampang ya, penerapannya bagaimana?

Jujur saja, saya dan suami masih jauh dari angka ninety nine% positive parenting. Kami terus belajar dan belajar. Saya dan suami saling mengingatkan, terutama saat emosi keluar.

Hal terbaik untuk mengingatkan diri sendiri adalah bahwa anak-anak ini telah memberi kebahagiaan melalui kehadirannya, keceriaannya dan satu paket dengan rasa ingin tahu dan experimen yang seringkali "menggemaskan". Kami tak ingin kehilangan tawa ceria mereka, tak mau kehilangan binar matanya. Ingat, satu bentakan saja sudah bisa meredupkan binar mata dan membuat bibir terkatup. Jadi, jangan lakukan lagi, Arin!

Kami ingin membangun keluarga yang bahagia. Karena bahagia itu tidak harus sempurna. Kami bersemangat terus memperbaiki diri namun punya toleransi pada kegagalan dan tetap saling memberikan dukungan. Dengan Positive parenting-lah caranya, sehingga mampu meminimalkan "kekerasan dan emosi" serta memaksimalkan "cinta dan penghargaan".

Foto dari Fotolia.Com

Sumber ilmu:

Loomans, Diana & Julia Godoy. 2005. Positive Parenting. Bhuana Ilmu Populer.

www.tabloid-nakita.com

http://m.okezone.com/read/2010/08/27/196/367202/196

http://keluargacemara.com/keluarga/sepuluh-perangkat-penting-dalam-pengasuhan-yang-positif.html

Hikmah Kotor ala Zona Main Rinso

Berjalan beberapa minggu saya menonton acara Zona Main Rinso di Trans TV setiap hari Minggu pukul 08.00 wib membuat saya penasaran ingin melihat langsung syutingnya.  Zona Main Rinso adalah acara games adu ketangkasan Ibu & Anak. Peserta Zona Main Rinso adalah mereka yang telah mengirimkan foto ke Rinso Indonesia untuk kemudian melalui serangkaian proses audisi.

11 Februari 2013, saya berkesempatan menyaksikan syuting untuk acara TV Zona Main Rinso. Siapa saja boleh ikut menjadi penonton loh, yang penting tahu jadwal syutingnya.  Syuting berlangsung di bumi perkemahan Cibubur.

Acara ini dipandu oleh sepasang host suami istri yang kompak yaitu Arie Untung dan  Fenita. Saya suka banget dengan penampilan Fenita, imut, sporty dan cantik.  Selain itu, masing-masing team yang bertanding ditemani oleh seorang artis yang berperan membantu team tersebut, sekaligus mengganggu konsentrasi tim lawan.

Dalam Zona Main Rinso ada 3 Zona Permainan yaitu : jembatan anti noda, zona labirin dan zona rintangan

Acara syuting dimulai.  Setiap zona para pemain diberi pengarahan terlebih dulu oleh kru trans TV agar pengambilan gambar berjalan lancar.  Para penonton juga berjajar rapi di pinggir area permainan. Tampaknya, yang semangat tak hanya pemain, penonton pun sangat semangat, padahal panas terik lho. Habis, seru sih...

Zona Jembatan Anti Noda

Tantangan pertama, peserta harus mendengarkan pertanyaan host, lalu melewati jembatan anti noda  menuju ujung jembatan dimana terdapat huruf-huruf-huruf penyusun jawaban.  Namanya saja anti noda, padahal sebenarnya penuh noda lumpur. Dan hampir bisa dipastikan, di sini pemain tak bisa menolak untuk tidak kecebur. Jembatan terbuat dari kayu, penyangganya hanya di bagian tengah sehingga jembatan bisa miring ke kanan atau ke kiri. Tepat dibawahnya adalah kolam lumpur. Jangan dikira gampang melewati jembatan ini, selain tidak stabil, jembatan juga licin. Lihat saja foto-foto di bawah ini. Berbagai gaya dan strategi telah dicoba, tetapi tidak mudah melaluinya.  Di Zona ini ibu dan anak berlatih kekompakan, saling menyemangati, keseimbangan dan strategi.  Pemenang dihitung berdasarkan jumlah huruf yang berhasil diperoleh.

Hebatnya, walaupun bolak-balik kecebur lumpur, si anak tetap saja semangat dan mau mencoba lagi dan lagi.  Enak ya Dik kecebur lumpur? Iya sih, saya juga jadi pengen nyoba sebenarnya, sayang tidak bawa baju ganti *alesan

Zona Labirin

Zona kedua adalah zona labirin. Pada tantangan kali ini sang ibu ditawan dan diikat dengan rantai berkunci oleh badut noda untuk disembunyikan di balik labirin-labirin kain.  Sementara si anak bertugas mencari kunci yang cocok yang berada di 4 titik dalam labirin.

Walaupun terikat sang ibu terus berteriak menyemangati putranya yang tengah mencari kunci.  Kunci yang didapatkan tidak selalu sesuai, itu artinya harus keliling lagi mencari hingga ketemu kunci yang bisa membuka gembok rantai yang mengikat ibu.

Di sini anak belajar kecepatan, strategi menghemat waktu, dan kegigihan. Pemenang ditentukan berdasar waktu yang tersisa saat berhasil membuka pintu.

Agar rute pencarian kunci terekam dengan baik, sang anak mengenakan kamera di kepalanya seperti foto dibawah ini :

Zona Rintangan

Ini adalah zona terakhir. Tugasnya, sang anak harus merayap melewati rintangan tali sambil meraih bendera sebanyak mungkin. Kemudian lari ke arah ibu agar si ibu bisa mencuci pakaiannya yang kotor. Si anak juga harus sigap mengganti pakaian dengan yang baru sebelum berlari lagi mencari bendera.  Demikian dilakukan berulang.  Pemenang dihitung dari jumlah baju yang berhasil dicuci oleh sang ibu, dikalikan jumlah bendera yang berhasil didapatkan sang anak.

Di sini pemain belajar strategi, kecepatan, kecermatan dan ketangkasan, termasuk ketangkasan mengganti baju dan mengenakan helm.  Kalau buat si ibu, kecepatan mencuci juga sangat menunjang. Baju harus dicuci hingga bersih sebelum dijemur.  Disini jelas terlihat keampuhan Rinso dalam membersihkan noda lumpur. Bayangkan, noda lumpur hilang dalam beberapa kali kucek saja.

Pada akhir acara dihitung skor total dari ketiga zona permainan untuk menentukan pemenang. Kebetulan yang saya lihat tadi adalah babak penyisihan pertama. Pemenangnya mendapatkan uang RP. 5.000.000,- dan melaju ke babak berikutnya, sedangkan bagi yang kalah tetap mendapatkan hadiah berupa persediaan Rinso selama 1 tahun. Mantaaaaap kan? Menang kalah tetap hepi. Karena yang didapatkan bukan hanya hadiah, tapi juga pengalaman berharga, kegembiraan dan kekompakan ibu dan anak.

Pulang seusai nonton syuting ini saya jadi ingat anak-anak di rumah. Tak lagi deh marah-marah kalau lihat baju anak kotor habis main hujan, melukis atau main masak-masakan.  Bermain itu menstimulasi kreativitas. Dan baju kotor bukan lagi menjadi halangan. Benarlah bahwa selalu ada hikmah dibalik kotor. Karena itu jangan takut kotor, karena berani kotor itu baik.

[Srikandi Blogger 2014] Mewujudkan Satu dalam Karya, Satu dalam Cinta

Terhitung pada tahun 2011, jumlah blogger Indonesia sebanyak five.270.658 (i)

dan dari jumlah itu hanya sepertiganya blogger perempuan (ii).

Umumnya, perempuan merasa gagap teknologi, menganggap menulis konten harus sesuatu yang ?Berat?, dan kurangnya kesempatannya untuk menggunakan machine karena berbagai kesibukan.

Kabar baiknya, 33% dari overall blogger perempuan telah dikaruniai anak (iii).

Tuh kan, walaupun repot dengan urusan keluarga, ternyata emak-emak tetap gigih untuk bisa nge-weblog. Hebat kan?

Saya melihat sinergisme antara manfaat weblog dengan potensi perempuan. Blog bermanfaat sangat besar bagi peradaban manusia era sekarang dan mendatang. Di sisi lain, potensi perempuan sangat besar. Daya pikir, ide dan kreatifitasnya tidak kalah dari pria. Perempuan punya kekuatan dalam kelembutannya, manajemen waktu, ketekunan dan ekstra kesabaran, serta mempunyai kepekaan tinggi akan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Maka sudah sangat tepat apabila perempuan memilih weblog sebagai sarana juangnya di era digital ini.

Melalui tulisan ini, saya ingin menyemangati para perempuan untuk lebih ?Percaya diri? Ngeblog.

“Malas ah berurusan dengan template, gadget/widget, link, banner, html dan perangkat blog lainnya.” Cukup sering saya mendengar keluhan yang intinya kira-kira seperti itu.

Sssst, jangan dikira weblog saya ini serumit yang dikira. Saya pake template easy dan heritage yang disediakan blogspot. Tinggal tambah foto header, pasang machine sesuai keinginan di aspect bar kanan, perbanyak posting. Dan taraaa! Jadilah weblog saya yang cukup cantik ini.

Terlepas dari kemampuan teknis dan desain weblog yang pas-pasan, saya beranikan diri untuk menyemangati teman-teman disekitar saya untuk membuat weblog.

Tenang saja, soal educational weblog sudah banyak beredar di google.Com . Tinggal ketik di kotak pencarian tentang kesulitan yang ditemui, hampir selalu ada jawabanya kok. Menurut saya kendala pertama adalah keengganan untuk memulai dan mencari tahu. Nah, ini biasanya menjadi virus pada semua kegiatan ya, malas memulai. Padahal, percaya deh, sekalinya kita mencoba membuat satu postingan, seterusnya akan ketagihan.

Nah, setelah bisa nge-weblog, jangan lupa percentage (berbagi) hyperlink.

“Ah, tapi kan kamu jago lomba dan sering dimuat di media, tulisanmu bagus, blognya bagus buat di-share. ” Banyak yang bilang begitu.

Hm, terimakasih pujiannya. :)

Soal lomba dan tulisan di media itu hanya soal keunikan weblog saja. Kebetulan memang saya membuat blog tujuannya untuk rekam jejak karya. Tetapi, bukan berarti semua weblog harus seperti weblog saya. Sejujurnya, di balik pujian, juga ada celaan. Semua berperan dalam proses pendewasaan. Tapi saya tetap melangkah dan berkarya seperti inilah jati diri saya.

Sekali lagi, hanya soal karakteristik weblog. Percaya diri adalah kuncinya. Tulisan kita, resep kita, foto kita, curhat kita, catatan academic kita, adalah rekam karya kita. Minimal bermanfaat untuk diri sendiri, dan bonusnya, tanpa kita selalu tahu, blog kita bisa jadi sangat bermanfaat untuk orang lain.

Kenapa harus minder, kalau kita bisa saling menghargai.

Kenapa harus takut, kalau kita bisa saling membantu, belajar bersama-sama.

Dulu saya membuat weblog untuk dibaca-baca sendiri. Sampai saya kenal Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB) pada tahun 2012. Dalam KEB saya merasa leluasa untuk berbagi weblog, karena semua anggotanya perempuan, sangat sesuai dengan ranah tulisan saya.

Dan di sinilah sekarang saya berada, menjadi satu dari 10 Finalis Srikandi Blogger 2014.

Seperti kita tahu, Srikandi adalah seorang perempuan tokoh pewayangan yang dikenal sebagai pejuang tangguh, cerdas, dan cermat membidikkan anak panah. Jadi, Srikandi Blogger menurut saya adalah seorang blogger perempuan yang mempunyai semangat juang, cerdas, berkarakter kuat, dan berpengetahuan luas. Srikandi blogger juga harus mampu menjadikan blognya sebagai anak panah yang dilepaskan dari kejauhan dan tepat mengenai sasaran. Itu adalah perumpamaan, bahwa keberhasilan pesan yang saya tulis terukur oleh seberapa luas menjangkau pembaca dan seberapa kuat bisa menularkan semangat nge-blog.

Saya mengikuti tahapan demi tahapan seleksi Srikandi Blogger 2014 DENGAN KESADARAN, tanpa paksaan, tanpa keraguan.

Seandainya saya terpilih menjadi Srikandi Blogger, beberapa hal yang akan saya lakukan terkait gelar ini adalah :

  1. Menjalankan peran sebagai Srikandi Blogger 2014 dengan mendukung aktif visi, misi dan kegiatan KEB baik on line maupun off line, dengan tetap menyelaraskan pada kegiatan saya dalam keluarga dan institusi tempat bekerja saat ini.
  2. Bersama KEB, menyebarkan semangat dan memotivasi lebih banyak orang (perempuan) agar aktif ngeblog karena “Nge-blog itu mudah, siapapun boleh nge-blog.”
  3. Mengkampanyekan tagline Srikandi Blogger: satu dalam karya, satu dalam cinta. Berkarya lewat blog sesuai kemampuan dan keinginan masing-masing, meningkatkan percaya diri dan menghargai satu sama lain dalam keragaman karya.
  4. Konsisten menulis konten positif, karena sadar sebagai Srikandi Blogger akan menjadi sorotan, inspirasi dan (mungkin) panutan bagi blogger lain. Saya tetap bisa aktif berpendapat dengan tetap menghargai pilihan orang. Kita tidak bisa memaksa orang lain melakukan seperti yang kita lakukan, cara terbaik adalah dengan melakukannya sendiri. Bukan maksud jaim (jaga image) loh, melainkan sebuah usaha menjadi diri yang lebih baik.
  5. Tetap aktif nge-blog dan berkarya sesuai minat saat ini (menulis untuk media dan lomba), dan mengembangkan potensi sesuai perkembangan minat saya berikutnya. Terbukti, dengan mengusung blog seperti apa adanya diri saya, menonjolkan keunikan dan kelebihan blog, akhirnya mengantarkan saya pada tahap ini sekarang.

Dalam pelaksanaannya, saya membutuhkan dukungan dari KEB. Karena saya juga tidak luput dari keterbatasan.

Saya menyadari kelebihan dan kekurangan blog saya. Kedepannya akan saya perbaiki. Kadang kala datang kritik, dan komentar yang tak urung membuat hati ini ciut. Di balik itu, saya mendapatkan banyak dukungan. Ketika ada yang menyampaikan “tulisanmu inspiratif”, “thanks for sharing”, “ijin share ya” atau “ijin dimuat untuk bulletin”, maka saya pun kembali bersemangat.

Ah, mungkin terkesan sedemikian semangat. Atau emosional?

Tetap dengan segala kerendahan hati, saya adalah emak blogger yang membaur bersama sekian ribu emak-emak blogger yang lain. Siapapun yang nantinya akan mendapatkan mahkota Srikandi Blogger, saya akan mendukung sepenuhnya. Saya terbiasa berkompetisi dengan semangat, dan tak perlu menunggu lama untuk bisa legowo menerima hasil akhirnya.

Spirit Srikandi Blogger akan tetap dihati.

Srikandi Blogger

Sumberdata :

*) salingsilang.Com Juli 2011 dalam http://giewahyudi.Com/media-sosial-indonesia-dalam-statistik/

**) http://asmarie.Blogdetik.Com/2011/eleven/07/3-1-perbandingan-blogger-wanita-dan-pria-di-bloggernusantara/***) okezone.Com dalam http://sumber-informasikita.Blogspot.Com/2009/09/jumlah-blogger-wanita.Html)

Jumat, 28 Agustus 2020

Smart Mommy VS The Geek Athaya

Sebuah weekend, antara makan siang di luar bareng keluarga, dan keinginan menuntaskan novel kece : Geek in High Heels.

Membaca sosok Athaya, tokoh utama dalam novel chicklit itu membuat saya membandingkan dengan diri sendiri. Saya dan Athaya adalah sama sama blogger. Yeesss!! Bedanya , Athaya jago dalam desain web sedangkan saya baru pada tahap pengguna template gratisan. Hihihihi...

Tapi saya juga geek dalam soal ilmu parenting. Dari majalah , buku ebook, seminar, sampai situs parenting semua saya lalap habis. Menjadi orangtua adalah proses belajar seumur hidup. Selain berbekal pengalaman yang membuat saya jadi smart beradaptasi, perlu juga untuk selalu up date dengan pengetahuan-pengetahuan baru seputar parenting.

Tidak jarang urusan mengasuh anak bikin pusing. Tapi saya nggak memilih highheels sebagai mood booster. Malah, bisa dibilang saya anti highheels. Alas kaki selalu tipis biar lincah bergerak. Teman sehari-hari saya adalah sebuah smartphone sejuta umat produk Korea. Smartphone ini membantu dalam berbagai urusan.

Saya dan smartphone ini  BFF banget deh! Best friend forever. Saat buntu bingung menentukan menu masakan, tinggal googling resep praktis dan lezat untuk anak. Saat panik si kecil sakit, googling dulu cara pengobatan alami sebelum ke dokter.

Smartphoneku juga asisten sekaligus guru private. Urusan bayar sekolah, asuransi, listrik, air dan pulsa semua beres dari ngenggaman. Anak bertanya soal pelajaran sekolah yang susah, ya tinggal googling aja.

Ia juga pintar menghibur.  Kalau lagi pengen rileks, satu persatu saya mainkan game farming, bakery, restaurant dan pet shop story. Terasa punya perusahaan sendiri, menghibur sekaligus melatih manajemen.  Nah, kalau lagi pengen baca buku, tinggal download saja dari penyedia e book dan tadaaa, smartphone menjadi perpustakaan pribadi. Semoga buku-buku Stiletto segera ada e book nya, nanti saya borong deh!

Buat mengatasi pegal-pegal juga bisa dengan smartphone. Hah? Gimana caranya? Dipake mijat? Enggaklah....caranya googling titik "refleksi untuk mengilangkan pegal" trus pijat sendiri dooong, hihihi

Oiya, aneka curhat selama menjadi mama saya tuliskan dalam blog pribadi. Tentunya dari cellphone juga ngeblognya.

Smart mommy kan? Tentu, smartphone + mommy = smart mommy, hahahaha.

Saya berterimakasih banget  sama BFF ku ini. Dari bangun pagi langsung mencari-cari smartphone di bawah bantal. Sampai mau bobok yang dilihat terakhir adalah layar smartphone. Addict sih, tapi kenyataannya memang butuh dan sangat membantu.

Untungnya, saya cukup dengan satu gadget saja, tidak perlu ganti-ganti. Walaupun ngiler dengan gadget seri terbaru, ya pikir-pikir juga kalau mau beli. Beda dengan Athaya yang suka beli highheels baru.

Membaca buku karangan Octa NH ini bikin nagih, gak mau berhenti sampai akhir. Namanya emak-emak, susah nyari waktu untuk bisa baca dengan tenang. Untungnya, saya sudah teradaptasi untuk membaca sambil momong hehehe.

Sambil jalan-jalan akhir pekan dan makan siang di luar saya sempatkan nyicil membaca. Dekat kolam, dekat perosotan, dekat sepasang patung bangau. Yuhuuu....so sweet sepasang bangau ini. Sama manisnya dengan kisah Athaya menemukan cintanya, Kelana.

......Di sebuah acara e-book signing, Kelana berbicara lewat microphone,

"Gue sulit mengungkapkan apa yang ada di hati gue. Gue ingin lo memahaminya sendiri. Are you k with that?"

Semua semakin bingung. Dia melakukan itu tanpa pikir panjang. Dia hanya ingin mendekat ke arah Kelana. Athaya berhenti tepat di hadapan Kelana. Dia menatap Kelana dalam-dalam........

Penasaran kan? Segera cari bukunya dan baca :)

Dan spesial buat Octa NH, teman saya sesama emak blogger, sukses terus ya. Toss!!

Menjadi Penulis Betulan, kapan ya?

Walaupun dalam deskripsi blog di atas saya tulis "writer", sebenarnya saya merasa belum menjadi penulis betulan.

Apa sih maksudnya penulis betulan?

Deskripsinya agak susah ya, hingga sekarang saya belum bisa menemukan arti penulis betulan.

Contoh penulis betulan banyak, Dewi Dee Lestari, Andrea Hirata, Sita Karina, Fira Basuki, Alberthine Endah, Clara Ng dan lain-lain, mereka bisa dipastikan penulis betulan.

Eh, penulis best seller tepatnya. Sudah pasti kan, penulis best seller adalah penulis betulan.

Kalau penulis buku fiksi- non fiksi, tapi nggak best seller gimana?  Dalam definisi saya, mereka juga penulis betulan. Mau bukunya hanya bertahan 3 bulan di rak buku depan, mau bukunya dicetak indie, mau bukunya banyak tapi namanya belum dikenal karena tidak pernah best seller, buat saya mereka adalah penulis betulan.  Lebih bagus daripada saya yang masih menjadi writer wannabe. Dengan catatan, kalau acuannya pada buku yang telah ditulis.

Penulis cerpen atau artikel untuk koran dan majalah, sudah tergolong penulis betulan belum ya?

Saya tergolong kategori ini. Tapi karena frekuensinya tidak rutin, jadi saya merasa belum jadi penulis betulan.

Tapi saking inginnya menyandang kata "penulis" sebagai identitas saya, bolehlah kalau disebut penulis lepas atau freelancer. Golongan ini juga mencakup penulis lepas untuk konten web atau resensi.

Penulis cerpen atau artikel lepas (artinya tidak terikat ke satu penerbitan media), banyak yang sangat produktif. Namanya dikenal sebagai penulis di berbagai majalah. Setiap bulan mejeng di beberapa media. Keren banget !!

Lantas, redaktur media apakah juga disebut penulis ? Buat saya mereka juga penulis, yaitu penulis artikel. Atau kalau yang ditulis berita atau liputan, bisa disebut jurnalis. Profesi redaktur atau jurnalis ini sebenarnya cita-cita saya nomor satu. Lebih dari keinginan menulis buku.

Penulis  blog , kenapa tidak?

Saya sih berharap penulis yang suka menulis di blog juga masuk kategori penulis betulan.  Soalnya tulisannya tidak kalah bagus dengan penulis buku atau penulis media.  Blogger menulis spontan.  Sebagian dari mereka enggan melalui proses seleksi di penerbit atau media, mendingan langsung ditulis di blog dan dibaca banyak orang. Nggak butuh royalti kali ya? hihihi. Padahal kalau dihitung dari jumlah pengunjung blog, nggak sedikit yang tergolong best seller.

Tidak semua blogger penulis, tapi sebagian blogger penulis. Maksudnya, ada sebagian blogger foto, craft atau artwork.

Nah, saya juga tergolong penulis blog.  Beberapa teman mengatakan, kalau tulisan saya di blog dibukukan, sudah lebih dari satu buku bisa lahirkan.  Tapi saya juga tahu diri, penerbit mana yang mau menerbitkan tulisan campur-campur di blog saya ini?

Dahlan Iskan itu penulis atau menteri?

Salah satu tokoh masyarakat, dan juga pejabat, yang banyak menulis buku adalah Dahlan Iskan.  Beliau tergolong penulis atau menteri ya? Yang pasti buku-bukunya laris manis, dan banyak.

Itu contoh satu orang saja tokoh masyarakat yang menulis.  Kita lihat ada dokter menulis, ahli gizi menulis, peneliti menulis, psikolog menulis, guru menulis, budayawan menulis, dan sebagainya.  Mereka menulis berdasarkan kepakaran.  Dugaan saya, tujuan menulis juga bukan untuk best seller, melainkan untuk menyampaikan materi kepakarannya dalam bentuk buku. Tujuan mulianya agar bisa dibaca dan mendidik banyak orang.

Dalam hal ini, saya suka malu sendiri.  Saya menulis soal parenting, bisa! Walaupun bukan pakar ilmu keluarga. Menulis soal global warming, bisa ! Walaupun bukan saintis. Menulis soal kesehatan, bisa ! Padahal bukan dokter. Boleh ya??? Namanya juga belajar menulis alias writer wannabe. Toh informasi di internet sudah banyak dan mudah diakses.

Dengan alasan itulah saya belum berani membukukan tulisan-tulisan di blog (selain juga belum ada yang mau menerbitkannya).  Karena saya ingin menjadi penulis yang bertanggung jawab, artinya materi yang saya tulis adalah yang benar-benar saya pahami. Bukan sekedar copy paste informasi.

Sampai kapan saya jadi writer wannabe?

Menulis untuk media sudah pernah. Tapi saya masih merasa jadi writer wannabe.  Menulis untuk blog juga sudah pernah, sering malah. Tapi saya masih merasa jadi writer wannabe.  Menulis untuk buku, sudah pernah menulis. Tapi belum terbit, jadi masih writer wannabe juga.

Beberapa draft buku tersimpan di komputer pribadi.  Kapan mau diterbitkan? Hm, belum tahu.  Menunggu diterima penerbit? Sebenarnya enggak, buat saya cetak indie pun tak masalah. Tapi merasa belum "jadi" saja bukunya. Masih ada kurang ini - itu. Takut mengecewakan.

Dan kalaupun nanti buku saya sudah terbit, belum tentu saya berhenti merasa menjadi writer wannabe.

Tulisan ini menjadi salah satu dari 17 tulisan yang akan di bukukan oleh mozaic publisher

Cerita dari Arena Zona Main Rinso

Awal tahun saat program Zona Main Rinso diluncurkan di facebook Rinso Indonesia, teman-teman kuis hunter (termasuk diantaranya beberapa teman Contestmania) ramai membicarakan ini.  Cara ikutnya gampang, tinggal kirim foto ibu dan anak bersama produk Rinso, kemudian akan diaudisi dan terpilih 16 peserta untuk bertanding.

Dari 16 peserta, 2 sahabat yaitu Nunung Yuni Anggraeni dan Wiwin Kuswinarti berhasil lolos menjadi peserta. Artinya, minimal paket rinso satu tahun sudah didapatkan.  Kalau menang di babak penyisihan akan mendapatkan uang tunai 5 juta, dan babak-babak selanjutnya meningkat nominalnya. Total hadiah Rp. 100 juta dan liburan ke Bali bagi team yang menang. Rinso pada khususnya, dan Unilever pada umumnya, memang luarrrr biasa kalau bikin event.

Saya sendiri tidak ikut dari awal, karena tahu bakal susah kalau beberapa kali cuti kantor untuk audisi dan syuting. Tapi saya aid penuh teman-teman kuis hunter yang ikut, caranya dengan nonton di Trans TV setiap hari minggu, pukul 08.00 WIB.

Dan kalaupun saya bisa hadir pada hari selasa eleven Februari 2014 saat mbak Nunung dan mbak Win syuting di hari yang sama, tapi beda sesi, itu karena kebetulan saya memang ijin ke kantor Parenting Indonesia untuk mengambil hadiah. Pulang dari kantor Parenting Indonesia saya langsung ke Bumi Perkemahan Cibubur untuk menyaksikan syuting mereka.

Saya tiba di Cibubur pukul 12.00. Langsung bertemu mba Murti Yuliastuti bersama putrinya yang cantik, Anggita.  Saat itu sedang berlangsung babak terakhir games mba Nunung lawan Bunda Netty.  Dari kejauhan tampak wajah tegang mba Nunung menunggu perhitungan poin total.  Dan hasilnya adalah mba Nunung......menang..!! Yeay, 5 juta ditangan. Wajahnya langsung sumringah.

Setelah istirahat sekitar satu jam, syuting sesi kedua dimulai.  Kali ini adalah mbak Wiwin dan putranya Rafi, melawan Bunda Sulastri dan putrinya yang bernama Putriku Cerla.

Sebelum acara, kedua team diberi pengarahan oleh kru Trans TV agar syuting berjalan lancar dan hemat waktu.  Para penonton juga diberi pengarahan agar rapi berdiri di tepi area. Setiap ada orang atau mobil yang lewat di jalan di belakang arena diberitahu agar tidak melewati area itu. Motor yang parkir jauh dibelakang presenter pun diminta bergeser agar tidak tertangkap gambarnya. Memotret pun juga harus dari sisi yang sama dengan kameramen, maka saya mengambil posisi tersebut.

Untungnya kemampuan zoom kamera saya cukup baik sehingga leluasa memotret dari kejauhan.  Paling suka memotret dua host keren, suami-istri Arie Untung dan Fenita. Mereka kompak, sporty, dan keren banget bawain acaranya. Masing-masing team dibantu bintang tamu yang juga artis, Kadek dan Natalie Sarah

Syuting dimulai. Ada 3 zona yang harus dilalui, Jembatan Anti Noda, Labirin Jemuran dan Lintasan Bonus Rinso.

Di Zona Jembatan Anti Noda peserta harus melalui jembatan yang bisa miring ke kanan-kiri, plus licin, demi mendapatkan huruf di seberang jembatan. Huruf itu adalah jawaban dari pertanyaan yang diajukan host. Jangan ditanya susahnya melewati jembatan super licin dan bergoyang ini.  Berbagai gaya dan strategi telah dicoba oleh pemain, tetapi selalu gagal dan nyebur ke kolam. Seruuu!!

Di Zona Labirin Jemuran, ibu ditawan dan diikat dengan rantai berkunci oleh Badut Noda dan disembunyikan di balik labirin-labirin kain. Sementara, anak bertugas mencari kunci yang cocok yang berada di beberapa titik dalam labirin untuk membebaskan sang ibu.

Saya tidak mendapatkan foto pemain dalam labirin, jadi foto saya mejeng aja ya :)

Terakhir adalah Zona Lintasan Bonus RInso. Di sini anak harus merayap dibawah lintasan tali sambil meraih bendera sebanyak mungkin. Lalu berlari ke arah ibu agar ibu bisa mencuci pakaiannya yang kotor. Anak juga harus sigap mengganti pakaian dengan yang baru sebelum berlari lagi mencari bendera. Demikian dilakukan berulang.

Ssst, si ibu bener-bener cepat lho proses mencucinya. Dalam hitungan detik, kucek-kucek sebentar, baju sudah bersih seperti semula dan siap di jemur.  Karena proses mencuci ini sangat cepat, pada akhir acara diperlukan pengambilan ulang gambar saat ibu sendang mencuci.  Kereeen, mencuci aja pake pengarah gaya, hihihi.

Oiya, satu unsur yang sangat penting agar acara ini seru adalah kehadiran penonton. Penonton yang hadir di arena syuting ini boleh siapa saja. Yang memang mau ikut acara harus mendaftarkan diri pada kru Trans TV (langsung on the spot) dan mengikuti sampai acara selesai.  Nantinya ada pemandu sorak kapan penonton bertepuk tangan dan bersorak.  Kebanyakan yang hadir adalah ibu-ibu dan anak-anak.  Mereka tampak senang karena buat mereka sama dengan mendapatkan hiburan gratis, diberi tanda terimakasih juga (tidak tau besarannya berapa)

Yap, begitulah sedikit cerita behind the scene Zona Main Rinso.  Ternyata, jadi artis itu berat, syuting itu berat. Harus panas-panasan dan artinya badan harus fit.  Tapi kelihatan kok kalau semuanya happy.  Bermain di luar, kotor-kotoran itu bikin happy, terutama anak-anak.  Nah, buat ibu, jangan takut lagi kalau baju anak kotor karena bermain...kan bisa dicuci.. :)

Nah, buat saya pribadi, hadir ke syuting ini adalah untuk menemui sahabat-sahabat saya.  Plus foto-foto ekslusif dan agar bisa diceritakan langsung betapa serunya acara ini.