Tampilkan postingan dengan label Health. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Health. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 September 2020

Yuk, Pilih Cara Sehat Nggak Pakai Mahal !

Teringat saat saya mengantarkan anak untuk mendapatkan imunisasi di sebuah rumah sakit.  Imunisasi untuk pencegahan penyakit Hepatitis, Hib, Typus, MMR dan IPD (Pneumokokus) tidak didapatkan secara gratis di posyandu. Harga vaksinnya cukup mahal, menguras uang belanja selama seminggu. Kebetulan saja suami saya mendapatkan fasilitas kesehatan dari kantor, jadi sanggup bayar. Itupun masih diragukan sama suster di rumah sakit, "Vaksinnya harga sekian ya bu, bener ya mau imunisasi?" . Kesimpulannya, vaksin tersebut masih jarang digunakan orang karena harganya memang bikin orang berpikir seribu kali. Bukan nggak mau anaknya sehat, tapi karena nggak sanggup bayar!

Itu adalah potret kesehatan di Indonesia. Layanan kesehatan tergantung pada kemampuan. Yang sanggup bayar dapat sehat, yang nggak bayar harus pinter-pinter jaga kesehatan, jangan sampai sakit. Karena kalau sudah sakit lebih mahal lagi biayanya.

Tapi kita bisa apa? Menunggu pemerintah memberikan layanan kesehatan cuma-cuma untuk rakyat? Menunggu pengobatan gratis? Menunggu sumbangan sumber gizi? Menunggu perekonomian membaik ?

Kesehatan kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Kalau hanya menunggu tanpa upaya untuk sehat, artinya kita menunggu saat sakit tiba. Dan itu artinya masalah yang lebih besar akan kita hadapi.

Ijinkan saya kembali mengingatkan, ada banyak cara murah dan free of charge yang bisa kita pilih untuk menjaga kesehatan.

Mari sisihkan rasa gengsi terhadap hal yang sifatnya murah (apalagi gratisan). Kalau itu bisa menyehatkan kenapa pilih yang mahal?

Cara 1 : ASI itu murah, beri bayi ASI !

Sudah sering disebutkan bahwa bayi (wajib) diberi ekslusif 6 bulan pertama dan lanjutkan menyusui dengan tambahan MPASI hingga 2 tahun. Manfaat ASI untuk kekebalan dan kesehatan anak tidak diragukan lagi. Sayangnya, pada kenyatannya, masih cukup banyak ibu yang belum bisa memberikan ASI. Alasannya beraneka, antara lain tekanan lingkungan keluarga, tekanan kerja, kondisi fisik ibu.

Saya tidak ingin menuduh si ibu kurang usaha. Kesulitan setiap orang berbeda, tapi please, semoga bukan karena percaya bahwa susu system lebih baik. Yang benar adalah susu formula lebih mahal, dan ASI lebih baik. Kesehatan anak kita tidak bertumpu pada gengsi dan mahal kan?

Kalau ASI lebih baik, plus murah, kenapa tidak?

Cara 2 : Pilih makanan sehat yang murah

Jangan dikira makanan yang mahal-mahal selalu sehat. Di Indonesia, daging relatif lebih mahal daripada ikan. Tidak perlu panik karena tidak sanggup makan daging setiap hari. Pilih saja yang lebih murah, seperti tempe, tahu, telur. Sehat kok!

Makanan rumahan sudah pasti lebih murah. Kabar baiknya, makanan rumahan lebih sehat karena pengolahan terjaga dan minim zat adiktif. Dengan fakta ini, kenapa masih suka makan di resto cepat saji yang harga satu porsinya bisa untuk makan sekeluarga?

Bagi yang mampu, memilih menu sehat yang murah tidak akan membuat anda kelihatan miskin. Bagi yang belum pernah makan di restoran, tidak perlu minder. Bersyukurlah, makanan yang anda lebih aman.

Bagi yang uang belanja pas-pasan, hanya cukup untuk beli sayur-mayur dan tempe, jangan berkecil hati. Gizi tidak dipengaruhi oleh harga makanan.

Cara three : Jaga kebersihan

Kebersihan adalah sebagian dari iman. Demikianlah pentingnya kebersihan hingga agama sangat menganjurkan. Ada juga slogan bersih pangkal sehat. Bersih menjauhkan tubuh dari penyakit. Untuk menjaga kebesihan tidak perlu biaya tinggi. Yang diperlukan adalah rajin bersih-bersih ! Bersih dari debu, bersih dari tikus dan serangga penyebar penyakit, bersih dari sampah dan lain sebaginya. Bersih itu murah, bersih itu sehat.

Cara 4 : Lakukan olahraga yang murah.

Olahraga terbukti menyehatkan. Olahraga membuat otot tubuh bergerak dan bermanfaat untuk memperlancar metabolisme tubuh. Olahraga tidak harus mahal.  Jika kita tidak mampu membayar gym untuk fitness, bukan jadi alasan untuk tidak berolah raga. Banyak olahraga yang tidak perlu biaya, misalnya jalan sehat, lari, senam, atau sepak bola. Kita hanya perlu kemauan kita untuk melakukannya.

Cara five : Manfaatkan Posyandu dan Puskesmas

Posyandu adalah suatu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang berfokus pada manusia usia dini dan lanjut usia. Posyandu ada di tingkat desa, diberdayakan oleh ibu-ibu warga desa untuk warga desa secara free of charge. Di posyandu tersedia layanan penyuluhan gizi, bantuan gizi balita, imunisasi dan pemeriksaan kesehatan. Posyandu ini hanya dilakukan berkala, biasanya sebulan sekali.

Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah tempat pelayanan kesehatan yang berfokus pada penyembuhan penyakit berbagai usia. Puskesmas memberikan layanan pengobatan free of charge hingga murah. Biasanya pasien hanya dikenakan biaya administrasi. Obat dan jasa dokter free of charge. Puskesmas sifatnya adalah pengobatan ringan hingga sedang, pada kasus sakit yang lebih berat Puskesmas merujuk ke Rumah Sakit.

Dua pos layanan kesehatan ini sudah ada sejak lama dan dikenal masyarakat. Walaupun siapa saja boleh ke Posyandu dan Puskesmas, umumnya yang mau ke sini adalah masyarakat menengah ke bawah, termasuk miskin dan dhuafa. Dan memang selayaknya mereka memanfaatkan ini.  Puskesmas mempunyai kapasitas yang memadai untuk pertolongan sakit ringan hingga sedang. Puskesmas juga bisa membantu pemeriksaan tahap awal. Jadi jika terkena flu atau diare ringan, cukup datang ke puskesmas.

Memang bantuan Puskesmas sifatnya tidak paripurna. Puskesmas juga tidak membantu problema-problema yang menyertai trouble kesehatan, seperti bantuan pembiayaan.

Cara five : Pilih obat dan nutrition generik.

Masih terkait layanan kesehatan murah atau gratis, obat dan diet generik adalah sarana kesehatan yang murah. Obat dan nutrition generik adalah bahan aktif obat dan vitamin yang yang tidak diberi merk dagang sehingga mengurangi biaya produksi dan promosi.

Tidak semua masyarakat 'percaya' bahwa obat dan vitamin generik mempunyai khasiat yang sama seperti yang bermerk. Dan kenyataannya cukup sulit untuk benar-benar menyakinkan mereka.  Dalam benak mereka, obat dan vitamin yang mahal lebih ampuh daripada yang murah. Dampak pola pikir ini adalah menunda pengobatan atau menghentikan malah pengobatan.

Yang repot lagi kalau si miskin termakan promosi penjual obat-obatan yang harganya mahal.

Cara 6 : Urus Jamkesmas.

Salah satu cara pemerintah untuk memudahkan masyarakat memperoleh layanan kesehatan di Rumah Sakit adalah dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat.  Untuk mendapatkan kemudahan ini, tentu saja melalui prosedur pemeriksaan berkas untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan.  Sebagian orang merasakan prosedur ini sebagai hambatan.

Karena itu, masyarakat yang membutuhkan Jamkesmas sebaiknya mengurus kelengkapannya sejak masih sehat.  Kebanyakan baru terpikir Jamkesmas saat sudah sakit, sehingga keluarga panik dibuatnya.  Urusan yang serba terburu-buru juga tidak mudah.

Cara 7 : Manfaatkan layanan kesehatan cuma-cuma..

Beberapa lembaga kemasyarakatan telah membuat layanan kesehatan gratis. Sudah pernah dengan tentang LayananKesehatan Cuma-Cuma (LKC) dari Dompet Dhuafa? Ini merupakan lembaga non profit di bidang kesehatan yang melayani kaum Dhuafa secara paripurna. Jenis layanananya pun banyak melingkupi berbagai kebutuhan kesehatan seperti penyuluhan, gerai gizi, khitanan, pengobatan, operasi hingga mobil ambulans dan mobil jenasah. Sumber dananya diperoleh dari dana sosial masyarakat (ZISWAF- Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana sosial perusahaan.

Yang bisa menerima layanan kesehatan cuma-cuma adalah mereka yang telah terdaftar sebagai peserta dan disurvey. Prosesnya tidak lama, namun juga tidak mudah melayani yang mendadak. Ada baiknya yang membutuhkan segera mendaftar.

LKC Dompet Dhuafa, Bukan sekedar layanan cuma-cuma

Dalam menjalankan Visi dan misinya, LKC Dompet Dhuafa mempunyai berbagai macam application unggulan yang strategis, efektif, efisien, dan terukur. LKC membagi programnya dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan langsung dan tak langsung. Pendekatan langsung dirasakan langsung oleh penerima manfaat, Contoh programnya adalah gerai sehat, TB middle, Aksi tanggap bencana, aksi layanan sehat, khitanan masal, operasi masal, pembiayaan pasien, pos sehat, pondok keluarga sehat, penyuluhan, scientific test up, bina rohanii pelayanan ambulance dan mobil jenasah.

Pendekatan tak langsung berupa peningkatan kualitas layanan melalui peningkatan tender skill misalnya peningkatan kader TB Dots, Pusat Informasi TB Masyarakat (PIT Mas), Manajemen Laktasi, Peningkatan Kinerja Organisasi melalui Pembelajaran Organisasi (PKOPO), Program Konsultan Pendampingan Sarana Kesehatan, Program Pembangunan Sarana Kesehatan.

Sehat Milik Semua

Layanan kesehatan cuma-cuma bukan sekedar menyembuhkan, tetapi jangka panjangnya adalah mendidik masyarakat Indonesia lebih sehat. Harapannya, kesehatan menjadi milik semua. Pola hidup sehat nggak pakai mahal seperti yang saya sebutkan pada poin 1-6 di atas dapat mewujudkan kesehatan untuk semua. Yang miskin bisa tetap sehat karena sehat itu murah. Yang kaya tetap bisa sehat justru dengan menerapkan pola sehat sederhana.

Sedangkan poin 7, layanan kesehatan cuma-cuma, terutama pada aspek pengobatan, merupakan jembatan dari si mampu untuk dapat membantu si Miskin. Dalam wadah Dompet Dhuafa, si mampu dapat menyalurkan amal sedekah, infak dan zakat dalam bentuk layanan kesehatan cuma-cuma.

Konsep sehat milik semua seharusnya tidak berpihak kepada salah satu golongan. Konsep sehat nggak pakai mahal berlaku untuk semua masyarakat. Layanan kesehatan cuma-cuma yang membutuhkan pembiayaan diperuntukkan membantu kaum dhuafa. Sedangkan pengetahuan tentang kesehatan siapapun boleh menerimanya.

Referensi: www.Lkc.Or.Identification

Kamis, 27 Agustus 2020

Detektif TB (Tuberkulosis)

Anda tahu kan pekerjaan seorang detektif ? Bagi penyuka film action tentunya akrab dengan tindakan-tindakan yang dilakukan seorang detektif. Antara lain mengamati, menyelidiki, dan mencari tersangka.

Kali ini bukan tentang film action. Melainkan tentang penyakit tuberkulosis atau TB atau dulu dikenal dengan TBC.

Apa hubungannya dengan ditektif? Karena dibutuhkan ditektif-ditektif yang akan membantu ditemukannya penderita-penderita TB yang masih belum menyadari penyakitnya.

SekilasTB dan statusnya di Indonesia

Tuberkulosis atau disingkat TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Basil Tuberkulosis,Mycobacterium tuberculosis. Basil ini masuk dan berkembang biak di paru-paru.

Prevalensi atau jumlah penderita TB di Indonesia sudah menurun signifikan dalam beberapa tahun terakhir, namun masih tertinggi keempat di dunia, setelah Tiongkok, India, dan Afrika Selatan.

Penyakit Tuberkulosis (TB) termasuk penyebab kematian kedua terbanyak. Diperkirakan setiap jam ada sebanyak 175 orang meninggal karena TB. Menurut data Kementerian Kesehatan menyebutkan, setiap tahunnya terdapat 450 ribu penderita TB baru.

Bahkan akhir-akhir ini, kasus TB sering dikaitkan dengan HIV. Menurunnya imunitas penderita HIV menyebabkan rentan terjangkit TB.  Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah pasien TB dengan status HIV positif di Indonesia pada 2013, sebesar 7,5 persen. Terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan 2012 yang hanya 3,3 persen.

Mengapa PenderitaTB harus ditemukan?

Pertama, karena TB adalah penyakit menular yang mematikan.  Penularan TB adalah dari mulut ke mulut dengan perantara udara. Penderita TB yang bersin atau batuk dapat menyebarkan jutaan baksil TB kepada siapapun di sekitarnya.

Keberadaan satu orang penderita TB dalam sebuah kelompok, misalnya keluarga, kelas atau kantor, berpotensi menular kepada yang sehat. Lebih lanjut TB menular dari kelompok kecil ke dalam kelompok besar, misalnya dalam satu desa atau kerumunan masyarakat yang lebih luas.  Selain itu, penderita TB aktif bisa menjangkiti mantan penderita TB yang telah sembuh. Jika mata rantai penularan penyakit tidak diputus, maka seterusnya penyakit akan berputar-putar dalam lingkaran.

Kedua, gejala TB tidak selalu mudah dikenali dan bervariasi.  Apabila terlambat pengobatannya bisa mengakibatkan kematian penderita. Karena itu diperlukan kepedulian kita sebagai detektif TB.

Siapa yang bisa menjadi detektifTB?

Paling berkewajiban memperhatikan gejala TB adalah orang-orang terdekat yang ada di sekitar penderita, termasuk memperhatikan diri sendiri.

Jika anda seorang ibu/ ayah, perhatikanlah keluarga anda.

Jika anda seorang guru, perhatikanlah murid dan rekan sejawat anda.

Jika anda seorang karyawan, perhatikanlah rekan kantor anda. Dan sebagainya.

Sang detektif TB tentunya harus memahami gejala-gejala penyakit TB. Kemudian detektif TB dapat melakukan langkah intrapersonal untuk menyampaikan dugaannya. Tersangka penderita TB pertama kali mungkin akan syok atau terkejut mendengar dugaan tersebut. Masih banyak pendapat yang beredar  di masyarakat bahwa TB adalah penyakit yang sulit disembuhkan dan memalukan.  TB dianggap penyakit "kelas bawah".  Dalam hal ini penting untuk menguatkan mereka dan memberi penjelasan bahwa TB bisa disembuhkan. Juga bahwa TB bukan penyakit memalukan. Diharapkan  kemudian bisa membujuk penderita TB untuk memeriksakan diri dan berobat.

Kenali Tersangka PenderitaTB

Berikut adalah gejala umum TB yang dapat dijadikan acuan dalam menemukan penderita TB, antara lain:

  1. Panas badan atau demam berkepanjangan yang sulit sembuh walau diobati dengan penurun panas. Biasanya suhu tubuh berkisar 38-39 derajat celcius, dan rata-rata stabil pada 38 derajat celcius. Demam terutama pada sore dan malam hari.
  2. Batuk berkepanjangan, lebih dari 14 hari. Pada tingkat lanjut disertai sesak napas dan nyeri dada, bahkan batuk berdarah karena terjadinya luka pada saluran pernapasan.
  3. Nafsu makan berkurang sehingga berat badan turun.
  4. Penderita tampak kurus, lesu dan tak bergairah.
  5. Terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, ditandai dengan adanya tonjolan-tonjolan di sekitar leher dan pundak.
  6. Diare kronik. Walau tidak tergolong berat tapi terus menerus dan tak bisa diobati dengan obat biasa.
  7. Air seni keruh pada penderita TB tingkat lanjut.

Tidak semua penderita TB menunjukkan gejala tersebut tergantung pada ketahanan tubuh masing-masing. Ada yang hanya menunjukkan sebagian gejala dengan intensitas samar-samar.

Gejala TB pada anak berbeda daripada orang dewasa. Anak-anak penderita TB jarang menunjukkan gejala batuk. Hal ini dikarenakan tingkat kekebalan anak masih rendah sehingga baksil TB tidak hanya bersarang di paru, melainkan menyebar ke berbagai organ tubuh. TB pada anak dikenal dengan nama sesuai organ yang terserang antara lain TB tulang, TB hati dan limfa, TB selaput otak atau meningitis.

Ada beberapa pengalaman saya dalam melihat gejala penderitaTB.

Kasus 1.

Penting bagi orangtua memperhatikan kecukupan berat badan anak. Beberapa obrolan dengan ibu-ibu di ruang tunggu di rumah sakit adalah tentang anak-anaknya yang terindikasi TB dilihat dari berat badannya kurang. Setelah pemeriksaan, dokter menyatakan positif TB.

Dari situ saya belajar. Saat putri saya berusia 2 tahun, nafsu makannya kurang. Berat badannya sangat lambat dibanding pertambahan bulan-bulan sebelumnya. Anak saya cukup sering batuk pilek. Khawatir terkena TB saya memeriksakannya ke dokter. Setelah melakukan sejumlah pemeriksaan yaitu tes darah, rontgen dan tes mantoux, dokter menyatakan NEGATIF. Alhamdulillah. Saya telah waspada TB.

Rupanya anak saya mengalami gangguan pencernaan sehingga enggan makan dan hal itu menurunkan daya tahan tubuhnya. Jika dibiarkan bisa berakibat pada infeksi-infeksi penyakit termasuk diantaranya TB.

Dari sini saya berkesimpulan, pemenuhan gizi pada anak sangat penting. Anak boleh aktif, tapi bukan berarti pembenaran anak boleh kurus.   Banyak kita lihat anak kecil yang berat badannya kurang dari seharusnya (sesuai standar Kartu Menuju Sehat). Sebagian orangtua mengkhawatirkan dugaan ke arah TB.  Sebagian lagi orangtua menganggap berat badan kurang dikarenakan anak aktif.

Anak kurus, aktif ataupun tidak perlu diperiksa lebih lanjut. Keaktifan anak bukan berarti dia terbebas dari dugaan TB. Anak aktif karena memang usia anak-anak mempunyai energibyang sangat besar untuk bergerak

Kasus 2.

Saya mendapati seorang rekan kantor yang berat badannya kurus sejak lama. Orangnya aktif. Akhir-akhir ini mengalami batuk dan sering merasa kurang enak badan.  Saat saya perhatikan, terlihat beberapa tonjolan kelenjar di sekitar leher.  Awalnya saya ragu memintanya memeriksakan diri ke klinik terdekat. Ternyata hanya masalah memulai pembicaraan, ketika saya sampaikan adanya kemungkinan TB, beliau tidak keberatan memeriksakan diri. Beliau terbukti positif TB dan telah berobat selama 6 bulan. Sekarang beliau sehat dan tubuhnya sedikit lebih berisi.

Kenali lingkungan berpotensiTB

Tak hanya mengenali gejala penderita TB, untuk menemukan penderita TB bisa dilakukan dengan mengenali lingkungannya.

Baksil TB berkembang pada lingkungan yang lembab, kotor dan populasi yang padat. Karena itu perlu upaya menyadarkan masyarakat agar menjada kebersihan lingkungan, membuka jendela agar sirkulasi udara baik dan cukup cahaya.  Lingkungan yang sehat tidak hanya menekan baksil tetapi juga meningkatkan daya tahan manusia yang menghuninya sehingga tidak mudah tertular TB.

Lingkungan yang perlu diwaspadai contohnya adalah pasar tradisional yang lembab dan kotor, pasar current dengan sirkulasi udara ber AC dan ruang tertutup, asrama dengan jumlah penghuni ramai dalam satu kamar, tempat penitipan anak yang kurang sanitasinya, dan ruang kelas yang kurang cahaya dan sirkulasi udara.

Tugas detektif TB adalah memberikan pengertian pentingnya lingkungan yang sehat. Tugas ini dapat dilakukan dalam lingkup kecil disekitarnya, yaitu keluarga, sekolah atau kantor.

Kenali Orang dengan Laten TB

Sebelum TB benar-benar menginfeksi, menjaga kesehatan adalah cara menangkal penyakit TB berkembang.  Ada orang-orang yang sesungguhnya dalam tubuhnya terdapat baksil TB namun karena kondisi kesehatannya prima, maka gejala-gejala TB tidak muncul. Kejadian seperti ini disebut sebagai TB laten, yaitu keadaan seseorang yang terinfeksi TB namun tidak didapatkan bukti klinis maupun mikrobiologis sakit TB.

Menemukan dan merawat penderita TB laten merupakan salah satu tantangan pemberantasan TB.  Pada 10%  penerita TB laten diketahui berkembang menjadi TB aktif. Seseorang dengan TB laten, beresiko menjadi TB Aktif apabila mengalami penurunan kebugaran tubuhnya sehingga gejala klinis muncul.  Satu-satunya metode yang digunakan secara luas untuk menilai infeksi TB laten adalah uji tuberkulin atau sering dikenal sebagai tes mantoux.

Dugaan bahwa seseorang menderita TB laten adalah apabila dalam lingkungan terdekatnya terdapat penderita TB aktif. Keluarga adalah lingkup terkecil yang harus diawasi. Jika ada anggota keluarga kena TB, seluruh keluarganya harus diperiksa juga.

Bahaya laten TB juga terdapat pada bayi-bayi yang tidak diberi imunisasi BCG.  Bayi yang masih mengkonsumsi ASI ekslusif ketahanan tubuhnya masih baik. Setelah mengenal makanan tambahan dan bergerak aktif mengenal lingkungan yang lebih luas, kemungkinan terinfeksi TB menjadi lebih besar. Karena itu penting untuk mengingatkan para ibu untuk memberikan imunisasi BCG kepada bayinya.

PemeriksaanTB sebagai langkah lanjutan

Selanjutnya, antar atau anjurkan tersangka TB ke dokter atau Puskesmas. Diagnosa akan dilakukan oleh dokter atau tenaga medis. Pada orang dengan gejala TB akan dilakukan pemeriksaan darah, pengambilan sampel dahak, pemeriksaan rontgen paru dan tes mantoux.

Kendala menganjurkan pasien untuk periksa.

Tidak mudah menyarankan seorang tersangka TB untuk memeriksakan diri. Beberapa alasan yang sering dikemukakan adalah malu menerima kenyataan dirinya terkena TB, ketiadaan biaya, rasa malas, menganggap remeh penyakit karena gejala kurang terlihat dan kurangnya pengetahuan tentang bahaya TB.

Sebagai solusi, yang paling penting adalah edukasi masyarakat tentang apa dan bagaimana penyakit TB. Edukasi bisa dilakukan melalui siaran radio, televisi atau internet dengan bahasa yang mudah. Diharapkan dengan cara ini lebih banyak masyarakat yang sadar pentingnya peduli dan memeriksakan diri.

Untuk mengatasi keengganan memeriksa dikarenakan faktor biaya, perlu diinformasikan secara resmi dan luas bahwa pengobatan TB dapat dilakukan secara gratis di Puskesmas terdekat.

Sampai disini tugas sebagai Detektif TB sudah tunai. Masih ada peran berikutnya menanti. Yaitu menjadi pengawas minum obat. Soal pengobatan TB akan saya tuliskan pada seri-seri berikutnya.

[Bersambung]

Tulisan ini diikutkan dalam Seri I Lomba Blog "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB"

Referensi :

www.Tbindonesia.Or.Identification

www.Stoptbindonesia.Org

www.Depkes.Pass.Identity

www.Pppl.Kemkes.Pass.Identity

www.Cdc.Gov

www.Who.Org

www.Kncvtbc.Org

www.Fhi.Org

http://www.Info.Gov.Hk/tb_chest/contents/c126.Htm

http://www.Menkokesra.Move.Id/content material/hari-tb-sedunia-ini-permasalahan-tuberkulosis-di-indonesia

http://fitness.Kompas.Com/read/2013/05/30/14350652/Tiap.Jam.175.Orang.Meninggal.Karena.TB )

http://m.Okezone.Com/read/2014/01/27/482/932121/indonesia-bahas-tuberkulosis-di-who


Selasa, 25 Agustus 2020

Obat TB (Tuberkulosis) Gratis dan Mudah Cara Mendapatkannya

Setelah seseorang diketahui mengidap beberapa gejala TB, selanjutnya adalah memeriksakan diri dan berobat. TB wajib diobati karena dapat membahayakan pasien TB dan menulari siapapun di sekitarnya. Jika mata rantai penularan penyakit tidak diputus, maka seterusnya penyakit akan berputar-putar dalam lingkaran.

Berobat demi Masa Depan.

Pengobatan TB memang cukup berat karena basil TB tergolong basil yang kuat. Butuh minimal 6 bulan pengobatan non stop agar pasien benar-benar sembuh. Beberapa ibu yang saya ketahui anaknya positif TB mengaku enggan berobat.

"Aduh, nggak tega kalau anakku harus minum obat yang banyak selama 6 bulan. Minum obat aja susah apalagi harus 6 bulan? Terus kelupaan harus mengulang dari awal. Ditambah lagi biaya yang tidak sedikit" demikian alasannya.

Saya menangkap beberapa hal yang menyebabkan pasien enggan berobat, yaitu:

1. Malu dan menyerah. Tidak mudah bagi seseorang untuk mengakui dirinya sebagai pasien karena TB masih dianggap penyakit yang memalukan, ditakuti penularannya dan penderita dikucilkan.

2. Obat TB terdiri dari beberapa macam. Basil Mycobacterium tuberkulosis tergolong bakteri yang kuat. Karena itu diperlukan beberapa jenis obat.

Three. Agar penyakit bersih tuntas, obat harus diminum selama minimal 6 bulan.

4. Minum obat tidak boleh terputus satu hari pun, kalau pasien lalai maka akan terjadi resistensi basil TB (basil menjadi kebal dan lebih kuat) sehingga pengobatan terpaksa diulang dari awal.

5. Pasien TB enggan bolak-balik ke Puskesmas untuk kontrol, melakukan serangkaian tes dan mengambil obat.

6. Pasien mengira obat yang banyak membutuhkan biaya besar. Mereka tidak tahu bahwa saat ini obat TB bisa diperoleh di Puskesmas secara gratis.

Keenganan pasien untuk berobat menjadi penyebab tingginya kasus TB di Indonesia.  Tapi pilihannya hanya ada dua: berobat atau sakit bertambah parah ?  Tentunya, kesehatan menjadi pilihan.  Pengobatan minimal 6 bulan akan menyelamatkan masa depan anak yang masih panjang. Apalagi sekarang obat TB di Puskesmas gratis. Sekali lagi, gratis.

Obat TB Gratis, Mutunya Terjamin.

Terkait banyaknya kasus TB di dunia yang mengkhawatirkan, maka WHO menerapkan program penanggulangan TB di seluruh dunia. Menyadari bahwa faktor biaya adalah penghambat utama pengobatan, maka salah satu program WHO adalah pemberian obat gratis.

Selain gratis, obat TB mutunya terjamin. Terbukti telah digunakan secara international oleh WHO. Di Indonesia, pengobatan TB gratis terdapat di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dan BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru).

Jenis dan Dosis ObatTB.

Pasien akan mendapatkan obat setiap satu bulan sekali dan diwajibkan kontrol sebelum obat benar-benar habis. Pada 2-3 bulan pertama pasien akan mendapatkan Rifamphisin, Isoniazid, Pirazinamid dan Ethambutol. Four macam obat tersebut sudah dikemas dalam bentuk

Fix Dose Combination (FDC). Obat itu diminum setiap hari selama 2 bulan. Jika dievaluasi masih perlu tambahan maka diperpanjang hingga 3 bulan.

Kemudian bulan berikutnya obat tahap lanjutan berupa 2 macam yaitu Rifamphisin dan Isoniazid, dalam bentuk  FDC diminum 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Dokter Puskesmas akan memberikan penjelasan tentang aturan pakai obat ini.

Cara mendapatkan ObatTB Gratis

Obat TB gratis bisa didapatkan oleh pasien baik yang tidak mampu ataupun yang mampu. Pemberian Obat TB gratis lebih difokuskan pada penyakit TB, bukan pada kalangan penderitanya. Dengan catatan, obat gratis tersedia di Puskesmas atau BP4. Sedangkan di sebagian besar Rumah Sakit obat TB masih berbayar.

Bagi pasien yang berobat ke Puskesmas, pengobatan TB gratis sejak proses diagnosa. Pasien dapat memeriksakan diri ke dokter di Puskesmas, kemudian melakukan tes dahak dan rontgen di Puskesmas secara gratis dengan program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Setelah terdiagnosa positif TB, pasien akan menerima obat secara gratis.

Bagi pasien yang sebelumnya memeriksakan diri ke klinik atau rumah sakit, bisa membawa hasil tes dahak dan rontgen sehingga kemudian dapat mendapatkan pengobatan TB gratis.

Menebus resep di rumah sakit atau apotik tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kalau ada yang gratis di Puskesmas, kenapa tidak dimanfaatkan? Khasiat obat TB yang tersedia di Puskesmas atau BP4 sama dengan obat TB di rumah sakit. Tidak perlu ragu.

Pengobatan sampai tuntas

Pasien TB dinyatakan sembuh apabila mengikuti setiap proses pengobatan selama minimal 6 bulan tanpa putus.

Sayangnya, tidak sedikit pasien TB yang tidak mengikuti proses pengobatan ini secara tuntas. Begitu merasa badan lebih sehat lantas menghentikan pengobatan. Jika ini terjadi, maka basil TB akan mengalami resistensi (kebal) dan semakin sulit disembuhkan. Pasien seperti ini disebut suspek TB MDR (Multi Drug Resistance). Akibatnya, pasien harus mengulang dari awal dengan tambahan obat Streptomycin yang harus disuntikkan setiap hari pada 2 bulan pertama.

Agar pengobatan berjalan efektif, dikembangkan metode DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course), yaitu pengawasan minum obat yang dilakukan oleh orang terdekat pasien. Pengawas minum obat ini mendapatkan pembimbingan tentang aturan minum obat dan menjaga pasien tidak lalai.

Sistem DOTS ini sudah dilakukan di 95% Puskesmas dan 30% Rumah Sakit.  WHO telah mengembangkan enam titik strategi stop TB yang dibangun di atas keberhasilan DOTS, yaitu:

1. Komitmen politik dengan peningkatan dan kelanjutan pembiayaan.

2. Penguatan kualitas laboratorium bakteriologi dan surveilans resistensi obat.

Three. Pengobatan standar dengan pengawasan dan dukungan untuk pasien .

4. Pasokan obat dan sistem manajemen yang efektif .

5. Monitoring dan evaluasi sistem serta pengukuran dampak di masyarakat.

Periksa ulang.

Pasien TB wajib datang setiap bulan untuk periksa ulang atau kontrol.  Dokter biasanya memberikan obat untuk satu bulan. Jadi sebelum obat habis, pasien sudah harus periksa ulang. Kontrol bulanan ini penting juga untuk mengingatkan agar pasien tidak lalai minum obatnya sesuai aturan. Selain itu kontrol penting untuk konsultasi apabila pasien mengalami efek samping minum obat, misalnya muntah, vertigo dan lain-lain.

Data www.Msf.Ca

Dari pemeriksaan dokter akan menentukan apakah pengobatan tahap awal cukup dilakukan 2 bulan saja atau perlu ditambah menjadi 3 bulan. Baru kemudian dokter memutuskan kapan pengobatan lanjutan four bulan diberikan.

Peran keluarga dan orang terdekat sangat penting sebagai PMO (pengawas minum obat).  Dengan adanya dukungan-dukungan sosial dan psikososial dari masyarakat, pasien suspek TB akan lebih termotivasi untuk sembuh.

[Bersambung]

Tulisan ini diikutkan dalam Seri II Lomba Blog "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB"

Referensi :

www.Tbindonesia.Or.Id

www.Stoptbindonesia.Org

www.Depkes.Pass.Id

www.Pppl.Kemkes.Pass.Id

www.Cdc.Gov

www.Who.Org

www.Kncvtbc.Org

www.Fhi.Org

http://www.Msf.Ca/en/article/slow-reaction-risks-squandering-ancient-opportunity-address-worldwide-drug-resistant



Harapan Sembuh Pasien TB (Tuberkulosis)

"Saat sakit, tetaplah memiliki harapan. Karena harapan yang akan mendorong kita untuk kuat dan sembuh"

Orang hidup akan terus bekerja, berjuang, dan berusaha jika mereka mempunyai harapan. Begitupun pada orang yang sedang sakit, harapan akan membangkitkan kemauan untuk berobat dan sembuh.  Harapan memberikan kekuatan lagi pada mereka.

Seperti saya sampaikan dalam tulisan tentang TB (Tuberkulosis) di seri ke 2, bahwa penderita TB bisa disembuhkan. Terlebih dengan fasilitas obat gratis, diharapkan akan mengurangi keengganan pasien TB untuk berobat.

Harapan dan Kemauan Berobat untuk Sembuh

Ketika seseorang tervonis TB, hal pertama yang harus dilakukan adalah menerima kenyataan bahwa ia terkena TB. Hal berikutnya adalah menyadari bahwa penyakit TB harus diobati dan disembuhkan demi kesehatan diri, keluarga dan banyak orang.

Kemauan untuk sembuh membuat pasien tetap semangat menjalani pengobatan walaupun harus dilakukan dalam jangka panjang, dengan jenis obat yang banyak dan tidak boleh terputus.  Pengobatanpun tidak lepas dari efek samping yang tingkatannya berbeda setiap pasien

Kembalilah pada harapan dan semangat untuk sembuh. Pasien TB akan melakukan pengobatan sebagaimana melakukan perlombaan. Bedanya, kali ini berlomba melawan penyakit TB. Sebagian pasien terlihat menyerah dan akan berakibat fatal. Karena itu, melanjutkan pengobatan hingga tuntas adalah pilihan satu-satunya.

Di sinilah peran keluarga dan orang-orang terdekat sangat diperlukan untuk menumbuhkan semangat berobat hingga tuntas.

Tanda-tanda membaik

Keampuhan obat TB akan terlihat dari perbaikan kondisi pasien pada minggu ke 3-4 dari awal pengobatan.

Jika awalnya pasien dewasa mengalami batuk-batuk yang sering siang-malam, akan berangsur berkurang frekuensinya. Biasanya batuk masih akan datang malam hari saja saat suhu udara dingin, dan lama kelamaan akan menghilang sama sekali. Demam yang sering dirasakan pasien TB pun berangsur hilang.

Nafsu makan pasien TB juga akan membaik. Diiringi dengan asupan nutrisi yang efektif untuk tubuh karena tidak lagi terambil porsinya untuk energi melawan penyakit. Tak heran apabila berat badan pasien cenderung meningkat. Ada yang perlahan 1-3 kg, ada yang drastis hingga 20 kg. Intinya ada peningkatan sehingga tubuh pasien yang awalnya sangat kurus berangsur berisi.

Seiring hilangnya batuk, demam dan meningkatnya berat badan, tubuh pasien TB juga terasa lebih segar. Yang tadinya merasa lesu dan loyo, setelah pengobatan akan merasa lebih segar. Yang tadinya tidak sanggup berjalan, jadi punya energi lebih dan bisa berjalan kembali. Namun, pengobatan bukan tanpa efek samping. Sebagian pasien merasakan mual, muntah, pusing, atau pegal dengan tingkatan yang berbeda. Tidak perlu kuatir dan jangan hentikan pengobatan. Konsultasikan dengan dokter soal efek samping ini.

Rutin periksa dan lanjutkan pengobatan hingga tuntas

Tanda-tanda perbaikan kondisi pasien TB belum menjadi jaminan baksil TB sudah terbasmi tuntas. Karena itu pengobatan tidak boleh terhenti sebelum dokter menyatakan sembuh walaupun pasien terlihat membaik.

Pengobatan TB memang memerlukan waktu yang tidak singkat. Seringkali pasien yang berobat merasa sudah menjadi lebih baik dengan hilangnya gejala batuk, demam, berat badan turun dan lesu. Hal ini membuat pasien mengira dirinya sudah sembuh dan lantas berhenti berobat. Waduh, padahal berhenti di tengah masa pengobatan bisa mengakibatkan TB MDR (Multi Drug Resistant) atau penyakit menjadi kebal dan sulit diobati. Untuk kasus baru TB gold standard (pertama kali terkena TB) minimal harus berobat secara teratur selama 6 bulan.

Dokter akan memeriksa kembali dahak (sputum) selama 3 kali untuk melihat apakah masih terdapat kuman TB. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan foto Rontgen dada, untuk dijadikan perbandingan dari masa awal pengobatan TB. Kedua hal ini akan menjadi pertimbangan utama bagi dokter. Jika hasil tes dahak dinyatakan negatif dan foto rontgen menunjukkan hasil sama atau berkurang maka pasien dinyatakan sembuh.

Flek bekas TB di paru-paru tidak bisa dihilangkan. Bekas di paru timbul akibat penyembuhan jaringan paru yang terinfeksi sehingga menimbulkan bekas parut di paru yang tampak saat di rontgen. Hasil inilah yang membuat dokter yakin pasien sudah sembuh.

Pasien dinyatakan sembuh dari TB Primer harus tetap mewaspadai bahwa TB pada pasien tersebut dapat kambuh lagi sewaktu-waktu apabila kembali tertular.

Tetap menjaga kesehatan tubuh.

Penyembuhan pasien TB tidak hanya difokuskan pada minum obat semata, tetapi juga support kesehatan pada tubuh agar maksimal melawan penyakit. Bentuk support tersebut antara lain dengan asupan makanan sehat bergizi, olahraga ringan hingga sedang, menjaga kebersihan tubuh, sanitasi libgkungan, dan tidak merokok. Turunnya kondisi tubuh dapat menyebabkan sistem imunitas berkurang sehingga baksil TB sulit dilawan.

TB sembuh, harapan baru hidup sehat

Bagi pasien TB primer, 6 bulan pengobatan akan berlalu dengan kesembuhan. Dan bagi TB MDR suntik intravena setiap hari akan berlalu. Asalkan harapan dan semangat sembuh tetap ada.

Akhirnya hari-hari suram berlalu. Pasien TB berharap untuk yang terbaik , bahwa mereka bisa sembuh overall dan kembali berkumpul dengan keluarga tanpa perasaan turned into-turned into akan menular, dapat kembali bekerja dengan tubuh segar dan menikmati hidup secara ordinary. Tak perlu lagi merasa malu karena sering batuk di hadapan orang-orang.

Pesan untuk pasien TB : jangan menyerah. Tetaplah berharap dan semangat berobat. Anda tidak akan mati. Tuntaskan pengobatan dan TB dapat disembuhkan !

Untuk pengawas minum obat : " Sampaikan sugesti positif untuk pasien. Kata-kata penuh harapan akan bermanfaat untuk pasien karena mereka lebih kuat dalam minum obat obat ! "

Untuk orang-orang umum: "Mohon dukungan moril pasien TB ! Jangan kucilkan dan permalukan. Mereka dapat disembuhkan !"

[Bersambung]

Tulisan ini diikutkan dalam Seri III Lomba Blog "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB"

Referensi :

www.Tbindonesia.Or.Identification

www.Stoptbindonesia.Org

www.Depkes.Move.Identity

www.Pppl.Kemkes.Cross.Id

www.Cdc.Gov

www.Who.Org

kncv.Or.Identification

www.Fhi.Org

Minggu, 23 Agustus 2020

TB Resistan Obat, Penanganan Lebih Berat

Inilah mengapa dalam tulisan-tulisan sebelumnya saya sebutkan bahwa pengobatan Tb wajib secara tuntas, yaitu agar tidak terjadi Tb resistan obat. Minum obat  Tb  tidak diperbolehkan terputus satu hari pun selama 6 bulan. Jika pengobatan lalai atau terputus sementara masih ada baksil Tb yang masih hidup, maka dari baksil Tb tersebut memicu terbentuknya strain baru yang kebal dan lebih kuat. Akibatnya pengobatan yang telah dilakukan tidak efektif sehingga terpaksa diulang dari awal.

Tb resistan obat disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap isoniazid (H) dan rifampisin (R). Karena resisten pada lebih dari satu jenis obat dikenal juga dengan istilah Tb MDR (multi drug resistance).

Ada 2 jenis kasus resistensi obat yaitu kasus baru dan kasus telah diobati sebelumnya. Resistensi primer obat Tb yaitu apabila pasien terinfeksi galur M Tb yang telah resisten obat. Jika selama perjalanan terapi timbul resistensi obat lagi, maka disebut dengan resistensi sekunder atau Tb XDR (Extensively drug resistance).

Mekanisme Resistensi.

Resistensi disebabkan oleh mutasi genetik sehingga obat tidak efektif melawan basil mutan. Resisten lebih satu obat jarang disebabkan faktor genetik dan biasanya dikarenakan penggunaan obat yang tidak memenuhi syarat. Sebelum  penggunaan obat sebaiknya dipastikan baksil M Tb sensitif terhadap obat yang akan diberikan.

Populasi galur M Tb resisten dalam jumlah kecil dapat diobati dengan lebih mudah. Akan tetapi, terapi Tb yang tidak sesuai justru menyebabkan proliferasi dan meningkatkan populasi galur resisten obat. Bahayanya, penularan galur resisten obat pada sebuah lingkungan penduduk juga merupakan sumber kasus resistensi obat baru. Meningkatnya infeksi Tb bersama HIV mempercepat infeksi laten Tb  MDR  menjadi  penyakit  dan meningkat penularannya.

Banyak faktor penyebab Tb MDR, terutama disebabkan ketidakpatuhan pasien meminum obat.  Agar pengobatan berjalan efektif, dikembangkan metode DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course), yaitu pengawasan minum obat yang dilakukan oleh orang terdekat pasien. Pengawas minum obat ini mendapatkan pembimbingan tentang aturan minum obat dan menjaga pasien tidak lalai.  Sistem DOTS ini sudah dilakukan di 95% Puskesmas dan 30% Rumah Sakit.

Diagnosis dan Pengobatan.

Langkah awal mendiagnosis resisten obat Tb adalah mengenal pasien seperti halnya mengenali pasien Tb baru.  Tandanya adalah pasien yang telah berobat tidak mengalami perbaikan kondisi setelah 1-2 bulan pengobatan.  Sebaiknya segera dilakukan uji laboratorium dan tes dahak. Penanda terpenting resistensi obat adalah riwayat terapi Tb sebelumnya, kemajuan klinis, radiologi, dan asal pasien dari daerah insiden tinggi resisten obat.

Obat Tb kasus baru (lini pertama) adalah INH, Rifampisin, etambutol, streptomisin dan pirazinamid. Pada Tb MDR pasien resistan obat yg paling potensial yaitu INH dan Rifampisin. Kemudian penanganan kepada pasien Tb MDR akan diberikan obat  golongan fluorokuinolon, kanamisin, amikasin atau kapreomisin.  Pengobatan  Tb  MDR  lebih berat. Dibutuhkan waktu 2 tahun agar benar-benar tuntas dan dengan obat yang 100 kali lebih mahal dibandingkan pengobatan tahap satu.

Apabila terjadi resistensi obat lini kedua ini, maka terjadi Tb XDR. Tentunya pengobatan akan lebih sulit, rumit dan mahal.  Bukan menakuti-nakuti, ini adalah fakta yang terjadi pada pasien yang lalai meminum obat lini pertama.  Kunci pencegahan tb resistan obat adalah dengan mendiagnosis secara dini setiap pasien terduga.

Prevalensi Tb di Indonesia tahun 2006 adalah 253/100.000 penduduk dengan angka kematian 38/100.000 penduduk. Diketahui 2% dari kasus baru adalah Tb MDR (Multi Drug resistant),  dan 19% dari Tb kasus lama didapatkan Tb MDR.

Kasus Tb resistan obat adalah satu batu sandungan program kesehatan dalam pengendalian Tb. Pengobatan pasien Tb MDR lebih sulit, mahal, efek samping  lebih banyak dan angka kesembuhannya relatif rendah. Parahnya lagi, pasien Tb MDR dapat menularkan baksil Tb yang lebih kuat pada orang di sekitarnya.

Beberapa negara melaporkan keberhasilan pengobatan sebesar 50-60 % pada pasien tb XDR tergantung dari seberapa berat penyakitnya. Pasien Tb resistan obat masih punya harapan sembuh asalkan patuh berobat dan disiplin ketat. Jangan pernah berhenti berharap untuk sembuh.

[Bersambung]

Tulisan ini diikutkan dalam Seri IV Lomba Blog "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB"

Referensi :

www.Tbindonesia.Or.Identity

www.Stoptbindonesia.Org

www.Depkes.Cross.Identity

www.Pppl.Kemkes.Move.Identification

www.Cdc.Gov

www.Who.Org

kncv.Or.Identity

www.Fhi.Org

www.Ppti.Data


Sabtu, 22 Agustus 2020

Tantangan Besar Infeksi Gabungan HIV -TB

Maaf, ini adalah kabar buruk bagi peyandang HIV (human immunodeficiency syndrome). Orang yang hidup dengan HIV mempunyai resiko 30 kali lebih mungkin terinfeksi TB dibandingkan orang tanpa HIV.

Proses terjadinya Ko-Infeksi TB-HIV.

Secara singkat saya jelaskan kronologinya.

HIV menyerang sistem kekebalan tubuh melalui pertukaran darah yang terjadi karena gesekan atau luka antara penderita dengan orang baru.  Seharusnya, penyakit yang disebabkan virus bisa sembuh dengan sendirinya jika sistem imun tubuh baik. Virus akan tetap berada dalam tubuh namun tidak menimbulkan gejala sakit apabila kondisi kesehatan baik. Masalahnya, pada penderita HIV, justru sistem imunnya yang dirusak. Sehingga bisa dikatakan HIV tidak dapat disembuhkan, hanya bisa support kondisi penderitanya.

Sementara itu, raksasa penyakit lainnya bernama TB sangat mudah menular melalui udara kepada siapapun. Karena orang dengan HIV mengalami penurunan imunitas, tak pelak lagi TB sangat mudah menyerang penderita HIV dan kedua penyakit tersebut menyerang bersama-sama. Infeksi gabungan ini dikenal dengan istilah Ko-Infeksi.

Pintu masuk koinfeksi HIV-TB bisa dari HIV maupun TB. Artinya, seseorang yang terinfeksi HIV baru kemudian terpapar TB dan sebaliknya.  Namun terkait cara penularannya TB lebih mudah dibanding HIV, maka lebih banyak yang terjadi sesuai proses pertama.

TB menular melalui paparan konstan dengan orang yang terinfeksi, seperti orang yang berada pada satu tempat kerja atau tempat tinggal. baksil menular di tempat-tempat dengan ventilasi yang buruk atau kondisi yang penuh sesak.

Jika seseorang positif HIV, sebaiknya segera mempertimbangkan apakah aman untuk terus bekerja di tempat-tempat seperti: rumah sakit, klinik, atau dokter atau penampungan bagi tunawisma.

HIV dan Jenis InfeksiTB.

Ada dua jenis infeksi TB, laten dan aktif. Jika seseorang memiliki infeksi laten, kuman tetap dalam tubuhnya, tetapi tidak menimbulkan gejala. Jika sistem kekebalan tubuh lemah, kuman dapat berkembang biak dan menjadi aktif, dan memunculkan gejala dan penyakit.

Penyakit akan aktif menginfeksi jika seseorang memiliki HIV, terutama jika jumlah CD4 di bawah 200. Apa itu CD4 ? CD4 adalah sel sistem kekebalan tubuh. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko TB aktif adalah kehamilan, kurang gizi, peminum alkohol, dan pengguna narkoba. Nah loh, jadi wajib jauhi alkohol dan narkoba!

MendiagnosisTB dengan HIV.

Segera setelah tahu bahwa terkena HIV, pasien mendapatkan tes kulit tuberkulin/ mantoux. Seseorang HIV-positif harus diuji untuk TB untuk membantu mengontrol dan pengobatan, juga untuk mencegah kerusakan yang lebih besar sistem kekebalan tubuhnya.

MengobatiTB pada pasien dengan  HIV.

Pasien TB bisa diobati segera dan menyelesaikan proses terapi sesuai petunjuk dokter.  Obat untuk HIV dan obat-obatan untuk TB dapat berinteraksi satu sama lain. Dokter akan menentukan kombinasi obat yang terbaik bagi pasien. Selama jumlah CD4 tidak terlalu rendah, dokter anda dapat merekomendasikan mengobati tuberkulosis sebelum menempatkan memberikan antiretroviral untuk HIV. Pasien diminta dikarantina selama beberapa minggu sehingga tidak menyebarkan penyakit. Setelah sekitar tiga minggu pengobatan, pasien tidak akan dapat menularkan penyakit lagi karena biasanya batuk reda.

TB-HIV pada Ibu Hamil dan Anak.

Bayi yang dilahirkan dengan HIV-positif beresiko tertular penyakit TB justru dari imunisasi.  Karena itu penting untuk mengetahui ada tidaknya infeksi HIV pada bayi yang ibunya mengidap HIV.

Dokter harus menyadari dan bertindak. Sekali seseorang telah teridentifikasi sebagai pasien HIV-positif, dan diketahui telah menerima BCG, maka dapat memulai pengobatan antiretroviral dari awal untuk mencegah dampak negatif. Komite Keamanan Vaksin WHO pada merekomendasikan untuk penundaan BCG vaksinasi sampai anak berusia enam minggu.

Penularan vertikal .

Penularan TB dari ibu-ke-bayi sejak dalam rahim, dengan menyebarkan melalui darah di tali pusat atau dengan menelan cairan ketuban yang terinfeksi. Selama persalinan, penyakit juga dapat menyebar dari ibu ke bayi melalui kontak dengan cairan atau sekret genital.

Mendiagnosis TB pada kehamilan tidak mudah karena banyak gejala tertutup oleh gejala-gejala kehamilan seperti mudah lelah dan penurunan berat badan tidak terlihat karena kenaikan berat badan kehamilan.

Jumlah tertinggi infeksi HIV dan TB terjadi pada wanita usia subur (15-49 tahun). Ko-infeksi selama kehamilan dan setelah melahirkan sering mengakibatkan kematian bayi dan ibu.

Untuk mengatasiTB terkait HIV WHO merekomendasikan kegiatan TB-HIV kolaboratif. Informasi lengkap tentang kegiatan kolaborasi TB-HIV ini bisa dilihat pada link http://www.Tbindonesia.Or.Id/tb-hiv/

Kita berharap banyak kegiatan kolaborasi ini dapat mengurangi beban masyarakat pada kedua penyakit tersebut dan koinfeksinya. Mengutip kata-kata Nelson Mandela "Kita tidak dapat memenangkan pertempuran melawan AIDS jika kita tidak melawan TB juga".

[Bersambung]

Tulisan ini diikutkan dalam Seri V Lomba Blog "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB"

Referensi :

www.Tbindonesia.Or.Id

www.Stoptbindonesia.Org

www.Depkes.Cross.Identity

www.Pppl.Kemkes.Pass.Identification

www.Cdc.Gov

www.Who.Org

kncv.Or.Identification

www.Fhi.Org

www.Aidsmap.Com

www.Irinnews.Org

Jumat, 21 Agustus 2020

Kompleksitas Beban Ekonomi dan Kematian Akibat Tb

Ketika seseorang terkena sakit, beban yang akan disandangnya bukan hanya beban fisik dan mental juga beban ekonomi. Logikanya, sakit ringan saja dapat menurunkan produktifitas, apalagi sakit Tb yang sudah jelas tergolong sakit berat dan butuh pengobatan lama.

Kemiskinan dan Tb adalah lingkaran setan.

Karakteristik baksil Tuberkulosis menyebar

melalui udara sehingga mudah menular dalam satu kerumunan masyarakat. Kawasan masyarakat dengan ekonomi lemah dan padat umumnya rawan penyebaran Tb.  Pemukiman yang padat kurang memiliki ventilasi udara dan pencahayaan yang baik. Masyarakat miskin juga terbentur pada kurangnya gizi dan akses layanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut menjadikan Tb di daerah miskin lebih cepat menyebar.Belum lagi kesadaran masyarakat untuk mau berobat sampai tuntas.  Walaupun obat Tb gratis, biaya lain-lain bukan jumlah sedikit.

Padahal terganggunya kesehatan karena Tb menjadikan tingkat produktivitas menurun. Penghasilan keluarga pun berkurang, dan bahkan ada yang hilang sama sekali. Yang sudah miskin bertambah miskin karena sakit Tb. Begitulah, beban ekonomi pada masyarakat miskin lebih berat dan berputar-putar menjadi lingkaran setan.

Miskin dan kondisi hidup dalam pemukiman yang penuh sesak meningkatkan risiko infeksi menular. TB dan kemiskinan menciptakan lingkaran setan, dimana penyakit memperburuk kemiskinan, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan tertular TB. Ini adalah berita yang sangat menyedihkan bagi 2,7 miliar di seluruh dunia yang hidup dengan $ 2 per hari atau kurang.

Sementara yang tadinya kaya atau mampu bisa berkurang produktivitasnya, penghasilanpun berkurang. Lambat laun, jumlah masyarakat miskin akibat Tb akan meningkat jika tidak segera diatasi.

Beban Ekonomi dan Kematian karena Tb.

Beban biaya ekonomi karena sakit Tb antara lain adalah biaya medis perawatan pasien Tb, biaya rumah tangga pasien Tb, kerugian produktivitas akibat disabilitas selama sakit, dan kerugian produktivitas akibat kematian.

Pasien Tb yang mendapatkan perawatan dan yang tidak terdapat perbedaan biaya. Biaya perawatan memang tinggi, namun tidak sebesar kehilangan yang terjadi akibat kematian pasien Tb. Beban kematian prematur pasien TB yang tidak mendapat perawatan dapat mencapai 20 kali lipat dari pasien yang mendapat perawatan. Pada kasus Tb MDR, beban pasien yang tidak mendapat perawatan 7 kali lipat lebih besar.

Beban penanggulangan Tb masih cukup tinggi. Setiap tahunnya ada 460.000 kasus baru dan 67.000 diantaranya meninggal.

Foto dari www.Nypost.Com

Dampak TB pada Keluarga.

Pengobatan TB memang gratis, tetapi pasien menanggung biaya lainnya, seperti biaya transportasi dan rumah sakit. Pada saat yang sama mereka beresiko mengurangi jam kerja atau berhenti bekerja. WHO memperkirakan bahwa pasien TB kehilangan rata-rata tiga sampai empat bulan pekerjaan dan sampai 30 persen dari pendapatan rumah tangga tahunan.

75 persen kasus TB muncul selama tahun-tahun paling produktif masyarakat, antara usia 15 dan 54.  Dalam sebuah keluarga, apabila sang ayah terkena Tb, secara signifikan berpengaruh pada ekonomi keluarga. Ayah sebagai tulang punggung keluarga akan sering absen kerja karena sakitnya dan butuh waktu untuk pergi berobat. Masih untung jika sang Ayah tidak kehilangan pekerjaannya. Tidak sedikit pasien Tb yang terpaksa resain atau malah terkena PHK karena dikuatirkan menularkan wabah Tb di lingkungan kerja.

Jika Tb mengenai ibu, akan berpengaruh dalam roda rumah tangga mengingat peran ibu sangat penting. Secara langsung berpengaruh pada kinerjanya sendiri. Secara tidak langsung mempengaruhi kinerja suami dan proses belajar anak. Beban TB terbesar bagi wanita pada usia subur mereka. Selama lima tahun ke depan, tanpa pengobatan yang efektif, empat juta wanita akan meninggal akibat TB dan 50 juta anak-anak akan menjadi yatim piatu.

Selanjutnya, ratusan ribu anak-anak akan meninggal akibat TB selama periode yang sama. Diperkirakan bahwa 250.000 anak menderita TB setiap tahun dan one hundred.000 mati. Namun, TB ini sangat sulit untuk mendiagnosis pada anak-anak dan karena itu banyak ahli percaya beban pediatrik TB bahkan lebih tinggi.

Gambar dari www.Etsy.Com

Pengaruh Tb pada beban anggaran negara

Dalam biaya layanan Tuberkulosis, Indonesia memiliki komitmen untuk mandiri. Pernyataan sikap tersebut disampaikan serempak oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit, Penyehatan Lingkungan Kementerian, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung dan Kementerian Kesehatan RI. Komitmen untuk mandiri dari donor tersebut juga diterapkan pada keberlanjutan pembiayaan program penanggulangan tuberkulosis di Indonesia.

Pemerintah mengharapkan, pada tahun 2016, eighty% dari seluruh kebutuhan pendanaan untuk pelayanan program tuberkulosis dapat bersumber dari domestik. Oleh sebab itu, diperlukan informasi biaya pelayanan software TB dan beban ekonomi TB di Indonesia.

Dengan estimasi adanya 460.000 kasus TB/ tahun otomatis butuh biaya besar untuk mengatasinya. Satu kasus Tb bernilai $20 sen per kapita. Setiap pencegahan kasus TB dapat menghemat beban biaya yang dikeluarkan pemerintah. Pencegahan kasus Tb menghemat biaya sistem kesehatan hingga mencapai $171 dan mengemat pengeluaran keluarga hingga $791. Sedangkan untuk MDR-TB, biaya yang dapat ditekan mencapai $ 4.972 dan beban keluarga mencapai $ 4.077.

Dampak TB di Dunia.

Bank Dunia memperkirakan bahwa hilangnya produktivitas disebabkan TB mencapai 4 sampai 7 persen dari PDB beberapa negara . Seluruh ekonomi dipengaruhi oleh epidemi TB di dunia. Selain biaya perawatan medis, setiap kasus Tb menguras dana sistem-sistem kesehatan yang sudah terstruktur. Tak heran, banyak negara TB-endemik tidak mampu untuk mengobati pasien mereka sendiri karena beban epidemi TB pada sistem kesehatan nasional.

TB akan menguras negara-negara termiskin di dunia dari sekitar $ 1 sampai $ three trilyun selama 10 tahun ke depan. Dampaknya tidak proporsional di mana ninety four persen kasus TB dan 98 persen kematian akibat TB terjadi justru di negara berkembang. Bagaimanapun akan mengganggu bagi kesejahteraan dunia pada umumnya.

Investasi negara dalam pengembangan obat TB lini pertama mengacu pada dua hal, kepentingan kemanusiaan dan kebijakan ekonomi. Sebab, penelitian menunjukkan mengobati MDR-TB lebih panjang, rumit, dan mahal biayanya.  Investasi dalam pengembangan obat pada Tb lini pertama lebih pendek, lebih aman, dan terjangkau.  Untuk alasan ini, dunia harus berinvestasi dalam pencegahan dan pengobatan kasus baru.

[Bersambung]

Tulisan ini diikutkan dalam Seri VI Lomba Blog "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB"

Referensi :

www.Tbindonesia.Or.Id

www.Stoptbindonesia.Org

www.Depkes.Pass.Identification

www.Pppl.Kemkes.Pass.Identification

www.Cdc.Gov

www.Who.Org

kncv.Or.Id

www.Fhi.Org

www.Tballiance.Or

Kamis, 20 Agustus 2020

Tb Terkendali Jika Kita Peduli

Sebagaimana yang telah saya ulas pada tulisan berjudul Ditektif Tb, bahwa yang paling tahu keberadaan pasien Tb adalah orang-orang yang paling dekat dengan pasien. Jika anda seorang ibu/ ayah, perhatikanlah keluarga anda. Jika anda seorang guru, perhatikanlah murid dan rekan sejawat anda. Jika anda seorang karyawan, perhatikanlah rekan kantor anda. Dan sebagainya.

Diperkirakan sebanyak 1/3 kasus Tb masih belum terakses atau dilaporkan. Setiap tahunnya 9 juta orang terjangkit Tb, tapi 3 juta diantaranya tidak mendapatkan pengobatan.  Bahkan sebagian besar kasus TB terlambat ditemukan sehingga saat diagnosa ditegakkan mereka sudah dalam tahap lanjut bahkan kuman telah resistan obat sehingga sulit untuk diobati. Nah, kalau sudah seperti itu kasusnya, tanggung jawab ada di pundak masyarakat.

Peran masyarakat diharapkan dapat menemukan pasien Tb sehingga tidak ada lagi "kecolongan" adanya pasien Tb yang tidak terobati. Tidak mudah menyarankan seorang pasien TB untuk memeriksakan diri. Beberapa alasan yang sering dikemukakan adalah malu menerima kenyataan dirinya terkena TB, ketiadaan biaya, rasa malas, menganggap remeh penyakit karena gejala kurang terlihat dan kurangnya pengetahuan tentang bahaya TB.

Siapa saja yang berperan mengendalikan Tb ? Kelompok-kelompok masyarakat dapat bersinergi melakukan bentuk kepedulian dengan cara yang sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

1. Ahli Medis peduli

2. Posyandu peduli

3. Rukun Tetangga yang peduli

4. Lingkungan kerja yang peduli

five. Sekolah peduli

6. Komunitas peduli

7. Blogger peduli

eight. Dll

Kita semua dapat menjadi "Relawan Tb" yaitu siapa saja yang tergerak untuk ambil bagian dalam pengendalian Tb.

Hal-hal yang bisa kita lakukan adalah :

1. Membekali dirinya dengan informasi dasar tentang Tb, sehingga paham benar apa dan bagaimana harus bergerak. Bagi ahli medis tentunya sudah mempunyai pengetahuan mumpuni soal Tb, tinggal bagaimana menyampaikannya kepada masyarakat luas dengan bahasa yang mudah. Relawan lainnya dapat membekali diri dengan membaca dari berbagai sumber website terpercaya seputar kesehatan dan penyakit Tb.

2. Menyampaikan kepada masyarakat terdekatnya tentang Tb dengan bahasa yang mudah dipahami. Peran relawan tidak sama dengan peran dokter, karenanya informasi yang disampaikan bersifat mudah dan ringkas agar mudah dicerna. Hendaknya juga relawan tidak melangkahi peran dokter, yaitu tidak membuat diagnosa sendiri atau meresepkan obat sendiri kepada pasien. Blogger adalah salah satu kelompok yang sangat berperan memberikan edukasi luas kepada masyarakat melalui tulisan-tulisan tentang Tb dalam blognya. Komunitas, kelompok pengajian, atau arisan juga bisa menjadi penggerak untuk sosialisasi Tb.

3. Sekolah menjadi pusat edukasi pada pelajar tentang Tb. Sebagaimana diketahui sekolah merupakan kerumunan yang berpotensi menularkan Tb dan pelajar merupakan kelompok yang rawan terkena Tb. Di sisi lain, pelajar adalah akses mudah pendidikan Tb. Dengan mendidik pelajar melalui sekolah-sekolah akan banyak target sasaran yang bisa dirangkul.

4. Kelompok masyarakat yang solid (misalnya RT, RW, keluarga masjid dll) dapat melakukan "sweeping" Tb pada anggota masyarakat di sekitarnya untuk menemukan pasien Tb dan melakukan pendataan serta pelaporan pada Puskesmas atau Dinas Kesehatan terdekat. Aksi "sweeping" ini dilakukan dengan pendekatan damai secara personal mengingat pasien Tb biasanya merasa malu dan terpuruk dengan sakitnya. Membesarkan hati pasien Tb termasuk juga dalam daftar tugas Relawan Tb.

5.  Bergerak bersama kelompok mengantarkan pasien Tb yang ada di sekitarnya dan menghubungkannya pada akses medis. Termasuk membantu dalam kepengurusan asuransi kesehatan, membantu pasien menemukan dokter yang tepat, mengantar ke Puskesmas dan laboratorium uji, hingga pasien mendapatkan terapi pengobatan.

6. Menggalang dana atau menghubungkan dengan pihak donatur guna menolong pasien Tb dari kelompok miskin sehingga mengurangi beban ekonomi dan mencegah kematian.

Siap menjadi relawan Tb? Kepedulian kita bersama akan mampu melawan Tb di Indonesia. Let's Fight against Tb !

[Bersambung]

Tulisan ini diikutkan dalam Seri VII Lomba Blog "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB"

Referensi :

www.Tbindonesia.Or.Id

www.Stoptbindonesia.Org

www.Depkes.Move.Identity

www.Pppl.Kemkes.Move.Id

www.Cdc.Gov

www.Who.Org

www.Kncvtbc.Org

www.Fhi.Org

Rabu, 19 Agustus 2020

Aksi Sehat 5 Menit Konsumsi Buah dan Sayur

Para mama sering "memaksa" anaknya memakan buah dan sayur. Eh, jangankan anak-anak, orang dewasa pun ada yang kurang suka makan buah dan sayur. Hayo, ngaku...! Siapapun, yang tidak suka buah dan sayur itu sebenarnya merugi.

Buah dan sayur adalah menu wajib yang harus ada sehari-hari kalau anda ingin sehat.  Buah dan sayur adalah penyumbang terbesar kebutuhan vitamin, mineral dan serat bagi tubuh. Manfaat buah dan sayur untuk metabolisme dan daya tahan tubuh tidak diragukan lagi. Dengan mengkonsumsi buah dan sayur dalam jumlah cukup akan menjaga tubuh dari ancaman penyakit jantung, stroke dan kanker saluran cerna.World Health Organization (WHO) menyarankan agar setiap orang bisa mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 400 gram/hari.

Sayangnya, konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia relatif sangat rendah. Penyebab rendahnya konsumsi buah dan sayur ini adalah pola hidup masyarakat yang menganggap sayur dan buah sebagai makanan selingan, makanan utama adalah nasi dan lauk (daging, ikan, gorengan).  Penyebab lainnya adalah mahalnya harga buah di Indonesia, terutama buah impor dan ketakutan-ketakutan pada residu pestisida dan kuman yang menyertai buah dan sayuran mentah.

Karena untuk alasan terakhir tadi, kebiasaan sehat mengkonsumsi buah dan sayur di keluarga saya, "wajib" didahului dengan mencuci menggunakan sabun dan air.

Lebih lengkapnya saya jabarkan disini.

Pestisida dan bakteri di balik segarnya buah dan sayur.

Kuliah di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, IPB membuat saya tahu besarnya peran pestisida dalam budidaya tanaman. Apalagi suami saya juga bekerja di perusahaan agrochemical, jadi semakin tahu bagaimana proses sayur dan buah bisa mulus dan bebas dari kerusakan hama dan penyakit. Pestisida masih menjadi andalan petani dalam mengatasi masalah hama dan penyakit. Terlebih lagi pada tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran yang memang lebih rentan serangan hama dan penyakit. Serangan hama yang parah memaksa petani main semprot pestisida, kadang-kadang malah over dosis.

Sebagian pestisida disemprotkan secara lokal pada bagian tanaman yang terserang, misalnya daun atau buah. Sebagian lagi bersifat sistemik,  disemprotkan di tanah atau udara, lalu menyebar ke seluruh jaringan tanaman mengikuti alur transportasi. Pestisida akan mengendap di daun, buah atau bagian lain tanaman. Akibatnya, hampir semua buah dan sayur yang kita konsumsi membawa residu (sisa) pestisida. Residu yang berakumulasi dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan.

Hasil penelitian yang dirilis Environtmental Working Group di Amerika, ditemukan fakta rata-rata kentang memiliki lebih banyak pestisida berat daripada makanan lainnya, dan dalam sebuah sampel anggur satu berisi 15 pestisida. Sampel tunggal seledri, tomat, kacang polong jepret impor dan stroberi menunjukkan 13 jenis pestisida berbeda masing-masing. Sebaliknya, alpukat, kiwi, nanas, mangga dan melon sedikit mengandung residu pestisida.

Tinggi rendahnya residu dipengaruhi oleh jenis tanaman, jenis pestisida, dosis pestisida dan frekuensi penyemprotan serta kapan terakhir kali penyemprotan dilakukan sebelum panen. Disarankan, penyemprotan pestisida paling akhir 2 minggu sebelum panen. Tujuannya agar pestisida sudah terurai saat dipanen dan residunya minimal. Kenyataannya, di lapang sulit untuk benar-benar menerapkan hal itu, begitu juga sulit untuk memantaunya. Bisa saja petani baru menyemprotkan 2-3 hari sebelum panen. Bisa dibayangkan betapa racun-racun itu masih melekat pada tanaman yang dipetik.

Tanaman organik mulai banyak dilirik konsumen guna menghindari residu pestisida. Sayangnya, pertanian organik di Indonesia masih sedikit jumlahnya dan terbatas pada daerah-daerah tertentu sehingga ketersediaannya masih sangat kurang dan harganya lebih mahal.  Tanaman organik dibudidayakan dengan meminimalkan penggunaan bahan kimia. Pertahanan tanaman dari serangan hama dan penyakit didukung dengan menciptakan lingkungan yang sesuai dan nutrisi. Salah satunya adalah pemberian pupuk kandang.

Tanaman organik bukan tanpa resiko. Pemberian pupuk kandang berpotensi menebarkan bakteri dari kotoran hewan terbawa pada hasil panen tanaman. Terutama bagi tanaman yang buahnya ada di dalam tanah atau bersentuhan dengan tanah, misalnya kentang, bawang, wortel, bit, semangka, melon, dan banyak lagi.

Itulah ancaman dibalik segarnya buah dan sayur. Bukan maksud saya menakut-nakuti, melainkan agar kita perlu lebih berhati-hati.

Jangan takut konsumsi buah dan sayur,

yuk cermat memilih!

Siapa yang tidak khawatir akan adanya residu pestisida dan cemaran bakteri pada sayur dan buah? Namun mengingat manfaatnya sebagai sumber vitamin, mineral dan serat, maka konsumsi buah dan sayur tidak boleh surut.

Tetapi kami tidak takut mengkonsumsi buah dan sayur. Selalu ada jalan keluar untuk menghindar dari residu pestisida dan bakteri.

Sebaiknya kita tahu asal-usul sayur dan buah yang akan kita beli. Namun tidak mudah bagi konsumen memperoleh informasi tentang sebuah komoditi, termasuk ada tidaknya residu pestisida dan cemaran bakteri. Dalam hal ini konsumenlah yang harus pandai-pandai mengolah sayur dan buah.

Karena itu kita mesti cermat memilih, berikut hints yang saya terapkan dalam memilih buah dan sayur:

  • Saya usahakan membeli sayuran dan buah segar yang sedang dalam musimnya, dimana tidak membutuhkan penyimpanan dan distribusi yang panjang. Di tempat penyimpanan, pestisida diaplikasikan untuk mencegah pembusukan buah oleh jamur dan bakteri, juga kerusakan yang disebabkan oleh hama gudang.
  • Buah impor yang kulitnya terlalu mengkilat bisa jadi mengandung lapisan parafin (lilin) untuk mencegah buah keriput karena penguapan. Buah seperti ini berada dalam pilihan terakhir saya.
  • Waspada pada bercak putih pada sayur dan buah karena mungkin saja

merupakan sisa-sisa pestisida yang telah mengering. Saya lebih baik memilih buah dan sayur yang sedikit berlubang atau robek. Lubang menunjukkan bekas gigitan hama. Ada kemungkinan tanaman tersebut adalah produk organik, atau paling tidak hal itu menunjukkan pestisida terakhir diaplikasikan jauh hari sebelum dipanen.

  • Jika memungkinkan, saya membeli sayuran hidroponik. Cirinya tanaman hidroponik yaitu memiliki akar yang panjang. Biasanya tanaman ini dipelihara dalam rumah kaca tertutup sehingga jarang terserang hama dan mengurangi kemungkinan adanya aplikasi pestisida.
  • Menanam sendiri sayur dan buah menjadi alternatif yang baik. Di rumah saya menanam cabai, singkong, bayam, kemangi, pepaya, sawo dan sirsak.  Ada beberapa tanaman dengan ukuran tidak terlalu besar mudah ditanam di dalam polybag dan cepat dapat dipetik. Bayam, seledri, kailan, sawi, selada, kemangi, kenikir dan terong dapat dipanen setelah umur 1-2 bulan, sedangkan cabai dan tomat dipanen umur 2-3 bulan. Pemetikan dapat dilakukan beberapa kali hingga habis masa produksinya. Tauge adalah sumber vitamin E yang paling mudah ditumbuhkan sendiri di rumah. Membuat tauge dapat sekaligus mengajarkan pada anak-anak proses pertumbuhan tanaman.
  • Saya lebih sering membeli buah lokal Indonesia, seperti nanas, rambutan, sawo, manggis dan lain-lain, relatif minim penggunaan pestisida. Logikanya, buah lokal tidak perlu penyimpanan lama dalam distribusi, jadi tidak menggunakan pestisida di tempat penyimpanan.  Sementara itu, dari data yang dirilis oleh Environtmental Working Group di Amerika, berikut urutan buah-buahan yang paling besar kandungan (klik disini). Dari daftar tersebut, sebagian buah-buahan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Aksi Sehat five Menit kurangi resiko pestisida dan bakteri.

Jangan sampai manfaat buah dan sayur tidak kita dapatkan hanya karena takut akan bahaya residu pestisida dan kontaminasi kuman. Kita bisa menyiasatinya dengan melakukan hal sederhana, hanya 5 menit saja. Ya, cukup dengan melakukan aksi sehat five menit.

Saya mendengar pertama kali gerakan "aksi sehat 5 menit" dari facebook Mama Indonesia. Ternyata aksi sehat 5 menit serupa dengan kebiasaan saya dan keluarga sejak lama.  Aksi Sehat 5 Menit merupakan gerakan sosial yang dicanangkan oleh PT Lion-Wings bersama produknya Mama Lime Anti Bacteria. Tujuan aksi ini adalah membangkitkan kesadaran masyarakat Indonesia agar lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur.

Berikut langkah Aksi Sehat five Menit :

1.5 menit waktu digunakan untuk mencuci buah atau sayur.

Rendam dan cuci buah dan sayur dalam air yang telah diberi beberapa tetes sabun / cairan pencuci. Perendaman ini untuk melarutkan minyak pembawa pestisida, juga untuk membunuh bakteri, kuman dan membuang telur cacing pada kulit buah dan sayur. Cucilah bagian-bagian tanaman dengan detil, misalnya pada lipatan-lipatan kubis, tangkai-tangkai bayam, serta gumpalan-gumpalan kuntum bunga kol dan brokoli. Ada kemungkinan pestisida dan bakteri masuk ke dalam celah-celah tersebut.

1.5 menit waktu digunakan untuk membilas buah dan sayur.Bilas sayur dan buah dengan air mengalir. Mencuci dengan air mengalir dapat mengurangi 20-70 % residu pestisida yang menempel, tergantung jenis pestisidanya. Tidak disarankan membilas menggunakan air diam karena racun yang telah larut dapat menempel kembali pada sayur dan buah. Jika anda membilas dalam baskom, aduk-aduk air dan pastikan bilas dengan seksama agar cairan pencuci benar-benar hanyut.

2 menit waktu digunakan untuk menyantap buah dan sayur secara langsung. Sayuran juga bisa langsung dimasak.

Cepat kan? 5 Menit yang menyehatkan.

Memilih Sabun Pencuci yang Aman (Food Grade).

Mencuci dengan air saja tidak cukup.  Untuk membersihkan sesuatu dari kotoran kita mengenal adanya sabun untuk mencuci.  Sabun bersifat basa atau alkali, memiliki tingkat pH 8 sampai 9 sehingga tidak membahayakan kulit kita atau menyebabkan iritasi. Sementara itu, kebanyakan bakteri, kapang, khamir atau bahkan beberapa virus hanya dapat bertahan hidup pada tingkat pH sedikit asam sekitar pH 3-7. Bakteri dan kuman yang terkena sabun akan mengalami kerusakan membran / kulit selnya sehingga rusak atau mati.  Sabun juga mampu memecah ikatan kimia antara air dan minyak sehingga minyak larut dalam sabun dan terbawa oleh bilasan air.

Nah, mencuci dengan sabun juga berlaku pada buah dan sayur. Pestisida dirancang waterproof agar tidak terbilas oleh air hujan. Pestisida dijerap dengan minyak agar menempel lebih lama pada buah dan sayur. Minyak ini juga menyebabkan kuman seperti bakteri dan jamur menempel lebih lama. Penggunaan sabun dalam mencuci buah dan sayur dapat melarutkan minyak dan lilin sebagai zat pembawa pestisida pada kulit buah dan sayur. Sabun diharapkan juga mampu membunuh bakteri sesuai cara kerja sabun. Bahkan saat ini, sabun telah ditambah lagi zat antiseptik sehingga mampu membunuh bakteri dan kuman lebih ampuh.

Tentu saja bukan sembarang sabun.  Harus sabun yang aman untuk makanan (food grade). Sabun dapat menyerap ke dalam pori-pori buah dan sayur. Karena itu dalam membilas harus dilakukan dengan seksama.  Sabun yang baik adalah yang formulanya mampu membersihkan minyak dengan cepat, sekaligus mudah dibilas dengan air.

Saya mengenalMama Lime Anti Bacteria  sebagaipioneer cairan sabun pencuci piring yang sekaligus aman digunakan untuk mencuci buah dan sayur (food grade).Mama Lime Anti Bacteriamengandungformula baruBioguardyangmampu bersihkan pestisida dan bunuh kuman hingga 99%. Saya menggunakanMama Lime Anti Bacteriaawalnya karena suka aromanya yang lembut dan mudah dibilas sehingga tidak meninggalkan bau pada buah dan sayur yang dicuci.Mama Lime Anti Bacteria adalah cairan pencuci yang paling bersahabat dengan kulit tangan saya yang sensitif.

Sippp! Sekarang kita semakin tahu seluk beluk buah dan sayur serta bagaimana cara sehat mengkonsumsinya. Dengan menerapkan ?Aksi Sehat 5 Menit? Dalam pola konsumsi buah dan sayur maka masyarakat Indonesia dapat terhindar dari berbagai penyakit. Harapannya, semakin banyak generasi kini dan nanti yang menjadi penikmat sayur dan buah agar harapan hidup lebih panjang dan sehat.

Referensi :

  • Diskusi dengan Ir. Ari Budiawan, Product Development Manager sebuah perusahaan agrochemical.
  • Materi Kuliah Pestisida dalam Pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan.
  • http://www.ewg.org/foodnews/ dengan judul artikel : EWG's 2014 Shopper's Guide to Pesticides in Produce
  • www.foodnews.org , judul artikel : Why Should You Care About Pesticides?
  • https://www.facebook.com/notes/mama-indonesia/press-release-mama-lime-anti-bacteria-targetkan-semua-masyarakat-indonesia-menja/509830992452372
  • Irfan Arief dalam http://www.pjnhk.go.id/content/blogcategory/30/33/9/54/ judul artikel : Cara memilih buah yang baik. Artkel Pusat Jantung Nasinal Harapan Kita.

Tulisan ini diikutkan dalam MAMA LIME ANTI BACTERIA #AS5M Blogger Competition

Dan menjadi juara.

Selasa, 18 Agustus 2020

Bersahabat dengan Pasien Tb

Beban mental pasien Tb tidak lebih ringan dari beban fisik yang dideritanya.  Label negatif atau stigma yang selama ini dilekatkan pada pasien Tb menjadi penyebabnya.

Stigma dan Mitos Tb.

Sudah umum bagi pasien TB menderita diskriminasi sebagai akibat dari stigma dan mitos seputar penyakit.

Dalam beberapa budaya, TB dikaitkan dengan ilmu sihir atau kutukan pada keluarga karena derita yang mengikutinya dan sulit disembuhkan. Dalam perkembangannya hingga kini, penyakit Tb juga sering dikaitkan dengan kemiskinan, tunawisma, penyalahgunaan narkoba, pengguna rokok dan alkohol, penghuni penjara, dan pengungsi. Terlebih pada pasien Tb-HIV, anggapan HIV sebagai penyakit "kotor" akan disematkan juga padanya.

Beberapa mitos penyakit Tb juga banyak dijumpai di masyarakat. TB memang mudah menular dan butuh kehati-hatian, namun bukan berarti setiap berinteraksi dengan pasien Tb akan tertular. Baksil Tb akan menginfeksi apabila sesorang terpapar udara dengan baksil Tb selama 8 jam atau lebih. Jadi, ketakutan Tb akan menular saat berdekatan dengan pasien Tb di angkutan umum adalah mitos. Karena, durasi berinteraksi dengan pasien tidak lama.

Ada mitos yang mengatakan bahwa obat-obatan TB dapat membahayakan pasien yaitu menyebabkan impotensi dan kemandulan. Masyarakat pun salah mengira TB penyakit keturunan atau menyebar seperti AIDS melalui praktik seks yang tidak aman. Mitos bahwa TB menyebar melalui jabat tangan dan berbagi makanan menyebabkan pasien Tb menjauh dari lingkungan, bahkan oleh anggota keluarga mereka sendiri.

Perempuan sering dituding sebagai sumber TB, dan mereka yang terkena penyakit dapat bercerai atau dianggap tidak layak menikah. Stigma telah mengambil bagian yang besar pada wanita dibandingkan pada laki-laki

Dampak Stigma dan Mitos

Stigma dan Mitos membuat masyarakat umumnya mendeskriminasi dan mengucilkan pasien Tb. Perilaku masyarakat yang mengarah pada stigmatisasi diperkirakan dapat menghambat pengendalian TB. Stigma TB menyebabkan pasien menarik diri dan mengabaikan gejala awal. Mereka enggan memeriksakan diri sehingga diagnosa Tb terlambat. Stigma juga mengurangi kepatuhan pengobatan

Stigmatisasi ini menjadi masalah bagi penyedia layanan kesehatan. Tidak mudah untuk menelurusuri keberadaan pasien Tb dalam sebuah kelompok masyarakat karena cenderung disembunyikan.

Tuberkulosis tidak hanya penyakit yang harus diobati dengan antibiotik, melainkan dengan mempelajari akar sejarah dan budaya yang berjalan panjang dan mendalam untuk kemudian dilakukan pendekatan pada masyarakat.

Bagaimana jika temanmu pasien Tb?

Keluarga dekat pasien Tb umumnya akan mengerti dan merawat si pasien. Tapi bagaimana dengan teman? Misalnya teman sekantor, teman sekolah atau tetangga ? Solidaritas pada teman umumnya tak sekental pada keluarga. Teman akan lebih mudah menjauh saat tahu seseorang terkena Tb. Ini adalah bentuk stigmatisasi dan deskriminasi.  Bayangkan jika anda sebagai pasien Tb, tidak nyaman bukan?

Untuk menghentikan stigmatisasi dan deskriminasi, diperlukan edukasi cara penularan penyakit Tb, memperjelas mana mitos dan mana fakta, serta edukasi cara pencegahan penyakit Tb dan pengendaliannya.

Dengan beberapa langkah pencegahan, maka tidak perlu lagi enggan bergaul dengan pasien TBC asalkan sudah menjalani pengobatan. Baksil Tb sudah tidak aktif saat pasien sudah menjalani 2 minggu -1 bulan pengobatan, seiring frekuensi batuk berkurang.  Dalam kondisi terkontrol, kuman TBC akan menjadi tidak aktif dan menurunkan risiko penularannya. Meski begitu, kadang-kadang risiko penularan masih mungkin terjadi sehingga ada baiknya tetap berhati-hati.

Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan saat bergaul dengan pasien TBC adalah :

1. Batasi kontak di masa awal pengobatan

Seseorang yang didiagnosis TB aktif dan harus menjalani pengobatan biasanya akan diisolasi selama kurang lebih 2 minggu. Sebaiknya tidak melakukan kontak langsung selama masa tersebut, karena risiko penularan masih cukup tinggi. Sebagai teman, anda bisa memberikan support melalui telepon atau e mail.

2. Jangan lupa munisasi

Anak-anak dan orang dengan kondisi daya tahan tubuh lemah sangat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi Bacille Calmette-Guerin (BCG). Anjuran ini juga berlaku bagi yang ingin bepergian ke daerah endemis yang tingkat penularannya masih tinggi.

3. Gunakan masker

Seperti kita ketahui, kuman TB menyebar melalui pernapasan, yakni ketika menghirup droplet atau bercak dahak yang keluar saat batuk atau bersin. Penggunaan masker penutup hidung akan mengurangi risiko infeksi pada masa-masa awal pengobatan. Pasien Tb sebaiknya ingat untuk mengenakan masker. Memang kurang nyaman, namun ini bentuk kepedulian pada kesehatan bersama.

Four. Nutrisi cukup untuk menangkal Tb.

Baksil Tb mudah menyerang pada orang dengan kondisi kurang fit dan daya tahan tubuh lemah.  Dengan alasan ini, penting bagi kita semua membentengi diri dengan nutrisi yang cukup. Suplemen penambah daya dapat membantu membentengi diri dari infeksi.

Dalam kehati-hatian, hendaknya kita tetap melakukan komunikasi aktif dengan pasien Tb tentang berbagai hal keseharian selayaknya tidak ada penyakit. Bersikap wajar, tetap ramah akan membuat pasien Tb semangat untuk berobat. Tumbuhkan kepercayaan bahwa mereka masih memiliki kita sebagai sahabat.

"Mereka" membutuhkan kita. Pasien Tb butuh dukungan lahir dan batin. Jika ketakutan dapat diluruskan, siapapun tak lagi enggan bersahabat dengan pasien Tb. Mari bekali diri dengan pengetahuan seputar Tb untuk menghapus stigma dan mematahkan mitos yang berlaku selama ini.

Dalam 8 serial tentang Tb yang saya tulis ini, menjadi perpanjangan informasi dari Departemen Kesehatan dan Tb Indonesia untuk masyarakat. Tulisan dari berbagai aspek dan sudut pandang. Semoga bermanfaat dan berperan dalam menurunkan angka penderita Tb di Indonesia.

[TAMAT]

Tulisan ini diikutkan dalam Seri VIII Lomba Blog "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB"

Referensi :

www.Tbindonesia.Or.Id

www.Stoptbindonesia.Org

www.Depkes.Go.Id

www.Pppl.Kemkes.Go.Identification

www.Cdc.Gov

www.Who.Org

www.Kncvtbc.Org

www.Fhi.Org

Dokter Kandungan Favorit

Sudah lama tidak mengirim testimoni ke tabloid Nakita, eh bulan Juli kemaren dimuat lagi. Serasa punya infant lagi, ingat masa senang-senangnya mejeng di media cetak ^_^.

Iseng saja saya mencoba berkomentar pada fanpagenya Nakita. Pertanyaan yang dilontarkan adalah : siapa dokter kandungan favoritmu, praktik dimana dan mengapa alasannya? Beberapa kalimat saya ketik dalam kolom komentar. Yang terbayang adalah dr. Inayatullah Rivai SPOG. Beliau menolong kelahiran Cinta dan Asa. Saya mengenal beliau dari rekomendasi teman. Kebetulan praktik di rumah sakit Azra dekat rumah.

Dokter Inayat banyak sekali pasiennya. Hebatnya, beliau terlihat mengingat satu persatu pasien yang ditanganinya. Yang membuat saya mantap memilih beliau karena karakternya yang sabar dan menyemangati. Pas banget buat calon ibu atau ibu muda yang become-turned into akan melahirkan. Apalagi saya jauh dari ibu dan keluarga. Jadi butuh banget yang namanya ketenangan. Saya dan suami mempercayakan kelahiran pada dokter Inayat.

Dari pengalaman-pengalaman ibu-ibu lain yang dimuat di Nakita, banyak alasan yang bisa menjadi pertimbangan kita. Bisa diklik gambar berikut untuk memperbesar dan membacanya.

Sabtu, 15 Agustus 2020

[Doctor For A Day] Jadi Dokter Cilik di Mount Elizabeth Hospital

Pengantar :

Sungguh sebuah kejutan dan kehormatan. Tidak ada kompetisi, kuis atau proposal apapun yang saya ajukan sebelumnya, tiba-tiba hari itu, saya mendapatkan email pemberitahuan bahwa saya dan Cinta diundang untuk menghadiri acara Doctor-For-A-Day (DFAD) di Mount Elizabeth Hospital, Singapura. Selain saya, undangan lain adalah dari Majalah Ayahbunda, MommiesDaily.com, Superkids Indonesia, Kompas.com serta blogger Alanda Kariza.

Yeaay, jalan-jalan gratis nih berdua Cinta! Seluruh akomodasi berupa tiket pesawat Garuda dan menginap di Hotel ditanggung penyelenggara, masih bonus uang saku selama dua hari, dan tentunya pengalaman baru yang luar biasa. Akhir pekan di Singapura bersama Cinta, saya tuliskan dalam beberapa postingan. Berkah Blogging !

****

Inilah acara utama kunjungan saya dan Cinta ke Singapura, mengikuti application Doctor For A Day dan Hospital Land di Mount Elizabeth Novena Hospital.

Bersama tim media, saya tiba di Mount Elizabeth Novena Hospital tepat pukul 10.00 waktu setempat. Ternyata peserta bukan hanya kami tim media. Mereka adalah penduduk lokal. Untuk mengikuti program ini mereka dikenakan biaya 15 dollar per anak. Hospital land dilaksanakan yaitu 27-28 September 2014. Jadi kami kebagian giliran pada hari ke 2. Ada sekitar 9720 pengunjung Hospital land dalam dua hari itu. Wow..!

Rumah sakit ini adalah bagian dari Parkway Hospital Group, berdiri sejak Juli 2012 dan memiliki 333 ruang rawat inap dengan tempat tidur single current. Mount Elizabeth Novena Hospital memenuhi permintaan berkelanjutan untuk jasa pelayanan kesehatan berkualitas tinggi dengan harga kompetitif di Singapura dan seluruh dunia.

Hospital Land adalah karnaval  dan pameran pendidikan medis.  Hospital land memberikan kesempatan para anak dan orang tua untuk belajar mengenai kesehatan dan kebugaran melalui beragam aktivitas. Mereka juga akan belajar mengenai profesi yang berbeda di dalam bidang industri medis seperti dokter mata, apoteker dan banyak lagi.

Kami bertemu dengan Mrs Lynndy Lee, Marketing Manager untuk Regional Mount Elisabeth Hospital. Beliau mengungkapkan melalui program ini anak-anak akan dididik sedari dini agar mampu mengapresiasi industri pelayanan kesehatan secara lebih baik dan untuk menginspirasi mereka agar dapat menjadi tenaga medis yang profesional ketika mereka dewasa nanti.

Doctor-For-A-Day (DFAD) merupakan program khusus anak-anak (5-10 tahun) dimana mereka bisa bermain menjadi dokter dengan setting rumah sakit. Para "dokter cilik" ini akan dipandu untuk melakukan aktivitas-aktivitas medis dalam ruang-ruang perawatan di rumah sakit.  Anak-anak bergabung dalam kelompok terdiri 10-12 anak. Cinta membaur dengan anak-anak lokal. Para dokter cilik ini dipandu mengunjungi satu per satu sentra interaktif.  Pada setiap sentra ada 2 pemandu. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Nyatanya anak-anak dari Indonesia-pun mengerti karena dibantu alat peraga dan sangat interaktif.

Ada 5 sentra dengan aktivitas yang menyenangkan. Kelompok dokter cilik diajak mencoba satu persatu sentra peragaan. Setiap menyelesaikan satu tahapan sentra, mesing-masing anak mendapatkan reward berupa pin lucu. Berikut 5 sentra aktivitas yang dimaksud:

Radiology, sentra ini berfokus pada tanggung jawab seorang radiolog. Dengan menggunakan mesin berteknologi penampakan yang canggih, seorang radiolog berusaha untuk memberikan diagnosis yang tepat jika ada kelainan dalam tubuh manusia.Anak-anak dapat belajar bagaimana untuk memindai pasien dan PET-MRI scan pada sesi interaktif ini.

Build A Body. Dipandu oleh ilustrasi yang informatif, pada sentra ini anak-anak mengungkap misteri sistem tubuh, melihat struktur dan menemukan bagaimana bagian dalam tubuh manusia bekerja. Anak-anak di sini bermain puzzle menempelkan bagian-bagian tubuh sambil mendengarkan penjelasan pemandu.

A-B-Seeadalah sentra di mana anak-anak belajar tentang peran pekerjaan seorang dokter mata. Mereka mempelajari cara untuk mengidentifikasi masalah penglihatan untuk melihat apakah sesseorang perlu kacamata.  Beberapa metode sederhana yang diperagakan antara lain seperti melihat benda dari jauh dengan menutup mata secara bergantian, membaca huruf dari besar hingga kecil dan menebak huruf dalam pola polkadot warna-warni untuk menguji buta warna.

Be A Pharmacist. Apa yang dilakukan seorang apoteker di dalam sebuah apotek? Apoteker memberikan obat kepada pasien sesuai resep dokter dan memberi penjelasan kepada pasien tentang penggunaan obat dan efek samping dari obat-obatan. Seorang apoteker wajib menjelaskan tentang manfaat dan efeksamping obat kepada pasien agar terhindar dari kesalahpahaman dalam meminum obat.

Di Hospital Land, juga ada aktivitas tambahan yaitu My Food Plate, adalah sentra bermain dengan alat interaktif nutrisi yang membimbing orang tua dan anak-anak dalam membuat pilihan makan yang ideal. Sstt, pada sentra ini saya dapat menebak makanan kesukaan anak-anak itu dengan memperhatikan jenis makanan yang diambilnya. Cinta mengambil ek krim dan telur ceplok. :)

Oiya, Hospital land ini sebenarnya adalah pre-event untuk menyambut diluncurkannya Aplikasi digital untuk tablet dan iPad bertajuk "Doctor For A Day". Aplikasi ini memungkinkan anak-anak untuk  peran-bermain dalam skenario medis yang berbeda dan memperoleh poin.

Di Singapura aplikasi ini sudah tersedia dalam versi bahasa Inggris. Kabar baiknya,  di Indonesia nanti akan menyusul versi dalam bahasa Indonesia. Asyiiik, bakal ada game seru kaya mafaat buat anak. Aplikasi Doctor For A Day ini baru akan diluncurkan bulan November 2014.

Usai mencoba semua sales space di loby Mount Elizabeth Novena Hospital, anak-anak berganti baju dengan baju dokter. Para doker cilik diajak ke lantai dua untuk mengikuti satu persatu aktivitas di ruang-ruang medis yang berbeda. Nah, di sini puncak keseruannya. Bayangkan, mereka berada di ruang-ruang medis sesungguhnya dan memegang langsung peralatan medis tersebut.

Oiya, pada sesi DFAD ini para orangtua tidak boleh mendampingi atau mengambil gambar. Tapi kami, tim media Indonesia malah dipersilakan mengambil gambar dengan bergiliran satu persatu masuk ke ruang-ruang tempat dilaksanakan DFAD.

Ruang Bayi (Nursing Room).

Pada ruang ini para dokter cilik diajarkan memandikan, mengganti popok, memberi susu dan menidurkan boneka bayi.

Ruang Operasi (Operating Theater).

Dari ruang bayi para dokter berpura-pura menaiki mobil ambulance menolong korban kebakaran. Korban dibawa ke ruang operasi. Para dokter cilik memperagakan cara menggunakan masker, membersihkan luka bakar dari kulit mati, dan mengeringkannya dengan kain.

Ruang Jantung (Heart Room).

Sebuah ruang didesain gelap dengan alat peraga jantung berukuran besar.  Di ruang ini ditunjukkan simulasi jantung yang tidak berdetak. Para dokter cilik diminta mencari saluran pembuluh jantung yang terlepas atau bocor dan menggantinya dengan yang baru. Para dokter cilik juga diajarkan menggunakan alat pacu jantung hingga terdengar bunyi jantung berdetak.

Pada sesi terakhir, para dokter cilik memasuki ruang wisuda dan mendapatkan sertifikat Doctor For A Day. Setiap anak mendapatkan goodie bag berisi cokelat, kartu pos, celengan lucu dan pulpen berbentuk jarum suntik. Sungguh pengalaman yang sangat berkesan bagi anak dan orang tua.

Selesai. Alhamdulillah.

Thanks to Parkway Hospital. I and My Daughter appreciate this invitation so much.  We got so many memorable and valuable experiences from Doctor For A Day activity.

Hopefully, I can be invited again on the following applications of Parkway Hospital. See you :)

Infomasi lebih lanjut / More facts see :

https://www.Fb.Com/mountelizabethnovenahospital

http://mountelizabeth.Com.Sg/doctorforadayapp/

Tulisan terkait / Related post to Doctor For A Day Singapore 2014 :

Cinta Jalan-jalan ke Singapura [Part 1]

Cinta Jalan-jalan ke Singapura [Part 2]

http://www.Superkidsindonesia.Com/ina/news-occasion/8401102014131818/

http://www.Superkidsindonesia.Com/ina/information-event/1201102014220131/

http://m.Kompas.Com/health/examine/2014/10/04/124313023/Serunya.Belajar.Jadi.Dokter-dokteran