Selasa, 25 Agustus 2020

Obat TB (Tuberkulosis) Gratis dan Mudah Cara Mendapatkannya

Setelah seseorang diketahui mengidap beberapa gejala TB, selanjutnya adalah memeriksakan diri dan berobat. TB wajib diobati karena dapat membahayakan pasien TB dan menulari siapapun di sekitarnya. Jika mata rantai penularan penyakit tidak diputus, maka seterusnya penyakit akan berputar-putar dalam lingkaran.

Berobat demi Masa Depan.

Pengobatan TB memang cukup berat karena basil TB tergolong basil yang kuat. Butuh minimal 6 bulan pengobatan non stop agar pasien benar-benar sembuh. Beberapa ibu yang saya ketahui anaknya positif TB mengaku enggan berobat.

"Aduh, nggak tega kalau anakku harus minum obat yang banyak selama 6 bulan. Minum obat aja susah apalagi harus 6 bulan? Terus kelupaan harus mengulang dari awal. Ditambah lagi biaya yang tidak sedikit" demikian alasannya.

Saya menangkap beberapa hal yang menyebabkan pasien enggan berobat, yaitu:

1. Malu dan menyerah. Tidak mudah bagi seseorang untuk mengakui dirinya sebagai pasien karena TB masih dianggap penyakit yang memalukan, ditakuti penularannya dan penderita dikucilkan.

2. Obat TB terdiri dari beberapa macam. Basil Mycobacterium tuberkulosis tergolong bakteri yang kuat. Karena itu diperlukan beberapa jenis obat.

Three. Agar penyakit bersih tuntas, obat harus diminum selama minimal 6 bulan.

4. Minum obat tidak boleh terputus satu hari pun, kalau pasien lalai maka akan terjadi resistensi basil TB (basil menjadi kebal dan lebih kuat) sehingga pengobatan terpaksa diulang dari awal.

5. Pasien TB enggan bolak-balik ke Puskesmas untuk kontrol, melakukan serangkaian tes dan mengambil obat.

6. Pasien mengira obat yang banyak membutuhkan biaya besar. Mereka tidak tahu bahwa saat ini obat TB bisa diperoleh di Puskesmas secara gratis.

Keenganan pasien untuk berobat menjadi penyebab tingginya kasus TB di Indonesia.  Tapi pilihannya hanya ada dua: berobat atau sakit bertambah parah ?  Tentunya, kesehatan menjadi pilihan.  Pengobatan minimal 6 bulan akan menyelamatkan masa depan anak yang masih panjang. Apalagi sekarang obat TB di Puskesmas gratis. Sekali lagi, gratis.

Obat TB Gratis, Mutunya Terjamin.

Terkait banyaknya kasus TB di dunia yang mengkhawatirkan, maka WHO menerapkan program penanggulangan TB di seluruh dunia. Menyadari bahwa faktor biaya adalah penghambat utama pengobatan, maka salah satu program WHO adalah pemberian obat gratis.

Selain gratis, obat TB mutunya terjamin. Terbukti telah digunakan secara international oleh WHO. Di Indonesia, pengobatan TB gratis terdapat di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dan BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru).

Jenis dan Dosis ObatTB.

Pasien akan mendapatkan obat setiap satu bulan sekali dan diwajibkan kontrol sebelum obat benar-benar habis. Pada 2-3 bulan pertama pasien akan mendapatkan Rifamphisin, Isoniazid, Pirazinamid dan Ethambutol. Four macam obat tersebut sudah dikemas dalam bentuk

Fix Dose Combination (FDC). Obat itu diminum setiap hari selama 2 bulan. Jika dievaluasi masih perlu tambahan maka diperpanjang hingga 3 bulan.

Kemudian bulan berikutnya obat tahap lanjutan berupa 2 macam yaitu Rifamphisin dan Isoniazid, dalam bentuk  FDC diminum 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Dokter Puskesmas akan memberikan penjelasan tentang aturan pakai obat ini.

Cara mendapatkan ObatTB Gratis

Obat TB gratis bisa didapatkan oleh pasien baik yang tidak mampu ataupun yang mampu. Pemberian Obat TB gratis lebih difokuskan pada penyakit TB, bukan pada kalangan penderitanya. Dengan catatan, obat gratis tersedia di Puskesmas atau BP4. Sedangkan di sebagian besar Rumah Sakit obat TB masih berbayar.

Bagi pasien yang berobat ke Puskesmas, pengobatan TB gratis sejak proses diagnosa. Pasien dapat memeriksakan diri ke dokter di Puskesmas, kemudian melakukan tes dahak dan rontgen di Puskesmas secara gratis dengan program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Setelah terdiagnosa positif TB, pasien akan menerima obat secara gratis.

Bagi pasien yang sebelumnya memeriksakan diri ke klinik atau rumah sakit, bisa membawa hasil tes dahak dan rontgen sehingga kemudian dapat mendapatkan pengobatan TB gratis.

Menebus resep di rumah sakit atau apotik tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kalau ada yang gratis di Puskesmas, kenapa tidak dimanfaatkan? Khasiat obat TB yang tersedia di Puskesmas atau BP4 sama dengan obat TB di rumah sakit. Tidak perlu ragu.

Pengobatan sampai tuntas

Pasien TB dinyatakan sembuh apabila mengikuti setiap proses pengobatan selama minimal 6 bulan tanpa putus.

Sayangnya, tidak sedikit pasien TB yang tidak mengikuti proses pengobatan ini secara tuntas. Begitu merasa badan lebih sehat lantas menghentikan pengobatan. Jika ini terjadi, maka basil TB akan mengalami resistensi (kebal) dan semakin sulit disembuhkan. Pasien seperti ini disebut suspek TB MDR (Multi Drug Resistance). Akibatnya, pasien harus mengulang dari awal dengan tambahan obat Streptomycin yang harus disuntikkan setiap hari pada 2 bulan pertama.

Agar pengobatan berjalan efektif, dikembangkan metode DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course), yaitu pengawasan minum obat yang dilakukan oleh orang terdekat pasien. Pengawas minum obat ini mendapatkan pembimbingan tentang aturan minum obat dan menjaga pasien tidak lalai.

Sistem DOTS ini sudah dilakukan di 95% Puskesmas dan 30% Rumah Sakit.  WHO telah mengembangkan enam titik strategi stop TB yang dibangun di atas keberhasilan DOTS, yaitu:

1. Komitmen politik dengan peningkatan dan kelanjutan pembiayaan.

2. Penguatan kualitas laboratorium bakteriologi dan surveilans resistensi obat.

Three. Pengobatan standar dengan pengawasan dan dukungan untuk pasien .

4. Pasokan obat dan sistem manajemen yang efektif .

5. Monitoring dan evaluasi sistem serta pengukuran dampak di masyarakat.

Periksa ulang.

Pasien TB wajib datang setiap bulan untuk periksa ulang atau kontrol.  Dokter biasanya memberikan obat untuk satu bulan. Jadi sebelum obat habis, pasien sudah harus periksa ulang. Kontrol bulanan ini penting juga untuk mengingatkan agar pasien tidak lalai minum obatnya sesuai aturan. Selain itu kontrol penting untuk konsultasi apabila pasien mengalami efek samping minum obat, misalnya muntah, vertigo dan lain-lain.

Data www.Msf.Ca

Dari pemeriksaan dokter akan menentukan apakah pengobatan tahap awal cukup dilakukan 2 bulan saja atau perlu ditambah menjadi 3 bulan. Baru kemudian dokter memutuskan kapan pengobatan lanjutan four bulan diberikan.

Peran keluarga dan orang terdekat sangat penting sebagai PMO (pengawas minum obat).  Dengan adanya dukungan-dukungan sosial dan psikososial dari masyarakat, pasien suspek TB akan lebih termotivasi untuk sembuh.

[Bersambung]

Tulisan ini diikutkan dalam Seri II Lomba Blog "Temukan dan Sembuhkan Pasien TB"

Referensi :

www.Tbindonesia.Or.Id

www.Stoptbindonesia.Org

www.Depkes.Pass.Id

www.Pppl.Kemkes.Pass.Id

www.Cdc.Gov

www.Who.Org

www.Kncvtbc.Org

www.Fhi.Org

http://www.Msf.Ca/en/article/slow-reaction-risks-squandering-ancient-opportunity-address-worldwide-drug-resistant



Tidak ada komentar:

Posting Komentar