Akhir 2015, perasaan jenuh itu mulai muncul. Saat itu saya tengah sibuk-sibuknya membereskan laporan tahunan keuangan, bertepatan dengan masa pergantian pimpinan unit, sehingga saya juga harus menyajikan pula laporan selama 5 tahun terakhir.
Frekuensi saya dalam menulis berkurang drastis. Blogging pun sangat jarang. Apalagi ikut event-eventcomunity gathering yang seringkali diadakan di Jakarta. Rasanya energi saya tak cukup untuk melakukan hal-hal yang sesungguhnya saya sukai.
Sampai pada titik dimana saya tidak ingin melakukan apa-apa selain JEDA. Sayangnya, jeda inipun tak bisa benar-benar saya lakukan. Rutinitas terus berjalan. Tanggung jawab pekerjaan tak tega untuk saya tinggalkan. Saya tak hanya menempatkan diri sebagai ibu di rumah, namun juga jadi "ibu" di kantor. Kalau saya tak ada, bagaimana urusan rumah tangga kantor?
Jeda, rasanya seperti sebuah kesalahan. Lantas saya merasa tak produktif. Seringkali saya hanya menenteng leptop ke kantor, lalu membawa pulang lagi tanpa disentuh sedikitpun. Tak ayal muncul rasa iri ketika melihat foto-foto teman-teman di media sosial yang terlihat begitu aktif, traveling, seminar, workhsop, atau sekedar join up di sebuah warung kopi.
Hingga saya menemukan quote dari Dewi "Dee" Lestari berikut ini,
?Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkan ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang??
Bijak sekali Dee bisa mengartikan jeda sedemikian baik, tanpa ada buruk sangka terhadap jeda itu sendiri. Iya juga, bahkan napas pun butuh jeda. Langkah kaki pun butuh jeda. Kenapa saya enggan mengakuinya?
Mungkin yang saya alami ini adalah fase yang wajar terjadi pada siapa pun. Ada momentum-momentum yang bisa menjadi pemicu. Yang saya rasakan kali ini, terjadi saat menjelang saya memulai hidup. Konon, hidup dimulai sejak usia forty tahun, benarkah? Banyak yang bilang begitu, berarti banyak yang mengalaminya. Satu kali saya mendengar, lupa siapa yang mengatakannya, di usia 40 tahun, jika bukan menjadi awal masa keemasan, maka akan menjadi awal kemunduran. Karena itu, berusaha sekuat tenaga mencapai goal-goal hidup di usia 40. Hm, pikiran-pikiran itu juga yang mungkin membuat saya terus merenung dan merenung, apa yang akan saya capai.
"Awal hidup" itu terjadi bulan Juli tahun ini. Sekaligus menjawab diri sendiri, kenapa saya merasa lelah dan ingin jeda sejak dua tahun lalu. Ini adalah masa di mana saya ingin sesuatu yang berbeda.
Saya bersyukur, saya berada dalam keramaian hati ketika melalui masa jeda tersebut. Ada suami saya yang sesekali mendengarkan curahan hati, namun seringkali sambil main game. Nggak apa-apa, saya tetap merasa didengarkan hehehe. Ada anak-anak, walaupun mereka ribut sendiri, keributannya mampu mengalihkan kekosongan pikiran saya. Ada grup chat Contestmania dan Asinan Blogger yang selalu ramai. Ada komunitas blogger yang sesekali masih mengajak saya ikut blogger accumulating, terimakasih banyak. Ada teman-teman kantor yang unik dan penuh rasa silaturahmi. Ada drama-drama unduhan yang menemani imajinasi saya. Ada berita hoax lalu lalang dan menyebalkan yang bisa saya jadikan obyek kekesalan, dibanding saya menyalahkan diri sendiri. Mereka adalah yang membuat saya beruntung bisa melalui kejenuhan dengan tidak sendiri.
Keramaian itu membuat saya bisa melalui jeda tanpa banyak yang tahu, hanya satu dua orang sahabat yang peka yang mengetahuinya. Kalaupun kini anda tahu, karena saya telah menuliskannya. Dua tahun sesudah jeda itu sendiri dimulai.
Tak dipungkiri, ada sejumlah nilai materi dan capaian yang terganti ketika saya jeda. Materi dan capaian yang terkira membanggakan oleh orang lain, ternyata saya mendapatkan ganti yang tak membuat saya menyesal melalui fase jeda. Sayangnya, saya tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata.
Jadi, sudah cukupkah saya mengambil jeda? Entahlah, karena seringkali jiwa meminta jeda tanpa kita sadari kapan waktunya. Bisa sebentar, bisa lama.
"Jeda di antara kita adalah ruang berpikir. Untuk tetap pergi atau kembali lagi" #Katasenja - Senjamelia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar