Sabtu, 30 Mei 2020

Ekowisata Mangrove, Pantai Cengkrong Trenggalek

Ekowisata Mangrove, Pantai Cengkrong Trenggalek

Ekowisata Mangrove, Desa Karanggandu, Pantai Cengkrong, Kec. Watulimo, Trenggalek.

Mudik 2017 dalam rangka Idul Fitri 1438 H terasa sangat berkesan. Selain karena ini mudik yang memang diniatkan jalan-jalan seru dan santai, ini juga mudik pertama yang kami lakukan sejak diangkatnya Bupati Trenggalek Bapak Emil Dardak. Beliau hits karena adalah suami artist Arumi Bachsin, namun sebenarnya beliau juga sangat pintar jika dilihat dari riwayat kependidikan dan karirnya.

Sejak Bupati Emil Dardak memimpin, Trenggalek mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sebelum ini, saya sangat sering mendengar pertanyaan Trenggalek itu mana? Ketika si penanya tahu asal saya dari Trenggalek. Biasanya sih saya jawab, Trenggalek itu kota kecil dekat Australia. Hehehe..

Salah satu tempat kekinian (sebenarnya sudah ada sejak lama tapi baru hits sekarang-sekarang ini) adalah Hutan Mangrove, Pantai Cengkrong, di Desa KarangGandu Kecamatan Watulimo, Trenggalek.

Memasuki Ekowisata Mangrove yang terlihat adalah hamparan hijau mangrove, dengan pemandangan gunung biru berbalut awan putih di kejauhan. Suasana terasa sedikit mistis, tapi indaaaah banget.

Ekowisata Mangrove, Pantai Cengkrong Trenggalek

Baru-baru ini di Ekowisata Mangrove dibangun jembatan kayu yang menghubungkan ke dalam hutan mangrove sehingga pengunjung nyaman melintasinya. NamanyaJembatan Galau.Ekowisata Mangrove ini dikelola oleh POKDARWIS, kependekan dari Kelompok Sadar Wisata yang anggotanya terdiri dari masyarakat sekitar.

Suasana yang serba hijau, membuat jembatan galau ini menjadi factor of interest yang menarik untuk foto-foto. Tak jarang, pasangan yang akan menikah melakukan sesi foto pre wedding di sini. Tak mau kalah sama yang muda, saya pun berfoto dengan suami.

Keindahan Ekowisata Mangrove ini tak lepas dari keseriusan POKDARWIS untuk merawatnya. Di beberapa titik sepanjang Jembatan Galau, disedikan tempat sampah sehingga tak ada alasan pengunjung buang sampah sembarangan.

Hutan Mangrove berguna sebagai penahan material atau sampah-sampah yang terbawa aliran sungai sehingga tidak sampai ke laut. Hutan Mangrove juga untuk mencegah perembesan air laut ke daratan agar terhindar dari erosi dan abrasi pantai. Dedaunan Hutan Mangrove sendiri menjadi sumber O2 bagi lingkungan di sekitarnya.

Di tengah kawasan Ekowisata Mangrove, ada pos tempat dimana pengunjung dapat menaiki perahu dan mengelilingi Ekowisata Mangrove dari sudut pandang yang berbeda. Lamanya naik perahu sekitar 30 menit.

Jenis-jenis identifikasi Mangrove ditulis pada papan di sekitaran kelompok-kelompok Mangrove, sehingga kita bisa dengan mudah mengenali namanya dengan melihat ukuran daun dan karakteristik batangnya.

Pada gerbang Ekowisata Mangrove terdapat aneka warung yang menjual aneka seafood dan buah kelapa untuk minumannya. Beberapa fauna dipelihara di sini, antara lain sekelompok monyet dalam kandang, kura-kura, kepiting, kalkun dan burung merpati. Jika ada pengunjung yang menebarkan beras atau jagung, burung-burung merpati tersebut akan terbang mendekat.

Pembangunan Ekowisata Mangrove ini dilakukan secara bertahap, oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek, terakhir hingga tahun 2014. Ekowisata Mangrove adalah salah satu obyek wisata hits di Trenggalek. Tahun depan jadi pengen main ke sini lagi.

Tak jauh dari Ekowisata Mangrove ada Pantai Cengkrong. Sebuah pantai berwarna air hijau yang merupakan muara menuju Pantai Selatan. Pemandangannya bikin takjub, air yang hijau dengan deretan perahu nelayan berjajar, serta berbatasan dengan dinding bukit nan hijau.

Foto-foto menggunakan kamera Samsung galaxy S7 mode otomatis :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar