Diprediksi pada tahun 2020 separuh dari anak-anak di dunia akan dilahirkan di kota besar.
Keluarga saya tinggal di Bogor, sebuah kota besar, berdekatan dengan ibu kota Jakarta. Anak-anak saya, Cinta dan Asa tak asing lagi berada pada lingkungan perumahan yang padat, lalu lintas ramai dan macet, asap kendaraan, dan gedung-gedung pencakar langit. Inilah realita anak-anak perkotaan. Serba sempit, serba cepat dan terbiasa waspada.
Adaptasi Bermain Anak Perkotaan.
Satu-persatu ruang bermain terbuka terenggut dari anak-anak perkotaan. Sebagai bentuk adaptasi mereka bermain di gang-gang sempit, tanah kosong milik orang, tempat parkir, trotoar bahkan di tepi jalan raya sekalipun. Berbahaya memang, namun seiring waktu anak-anak beradaptasi dan mengantisipasi bahaya di sekitarnya. Tentu saja hanya sebatas kemampuan anak-anak.
Sebagai bentuk adaptasi lainnya, sebagian anak lebih suka bermain di dalam rumah. Orangtua juga melarang mereka ke luar rumah mengingat bahaya yang mungkin ditemui apabila mereka pergi tanpa pendampingan. Kemudian muncul kebiasaan yang merebak akhir-akhir ini yaitu menjadikan mal sebagai tujuan bermain keluarga yang adem. Bahkan di dalam kepadatan mal, anak-anak pun bermain.
Tapi saya sama sekali tidak mengijinkan Cinta dan Asa memilih permainan bergerak di dalam mal seperti ini, karena membahayakan diri sendiri san orang-orang di sekitarnya.
Mencari dan Memberi Ruang.
Anak-anak butuh ruang untuk bermain. Karena dalam kegiatan bermain terdapat aktivitas fisik seperti berlari, melompat, bergerak, atau menjelajah. Bermain penting untuk pertumbuhan fisik dan intellectual anak. Tampak sekali bahwa Cinta dan Asa menikmati suasana bermain di luar daripada di dalam ruangan. Alhamdulillah kami masih memiliki halaman yang cukup untuk berlari-lari atau bermain tenda. Lihat juga betapa bahagianya saat mereka bermain pasir di halaman rumah kakeknya.
Realitanya, orangtua perkotaan kesulitan menyediakan ruang bermain karena keterbatasan lahan. Sebagai solusi orangtua bisa mencarikan ruang bermain dengan membawa anak-anak ke ruang terbuka yang merupakan fasilitas umum. Di Bogor ada Kebun Raya Bogor, Taman Matahari, Taman Buah Mekarsari dan banyak lagi. Sayangnya, tidak bisa berkunjung ke sana setiap hari karena lokasi cukup jauh dan berbayar. Kalau mau yang gratis, pilihannya adalah di halaman kampus IPB, halaman masjid atau lapangan.
Harapan-harapan.
Seandainya Pemerintah Kota bisa memberi ruang untuk anak-anak bermain dengan membangun taman-taman bermain gratis yang di setiap kelurahan. Anak-anak tentu akan senang sekali mendapatkan ruang untuk bermain bebas bersama teman-temannya. Taman dibuat rindang dan herbal sehingga udara sejuk.
Seandainya setiap sekolah mempunyai ruang terbuka untuk siswanya bermain. Pembangunan gedung sekolah diarahkan bertingkat agar tidak mengurangi luasan lapangan sekolah.
Seandainya para pengusaha merelakan sebagian kecil luasan usahanya untuk dirombak dijadikan taman kota. Tentu kami sangat berterimakasih.
Seadainya pemerintah daerah tidak menambah ijin pembuatan mal baru dan menggantinya dengan taman kota.
Seandainya setiap masyarakat sadar menjaga kebersihan pemukimannya sehingga anak-anak bermain dengan nyaman.
Seandainya perindustrian diletakkan jauh dari pemukiman sehingga asap pabrik tidak mengganggu pernapasan.
Seandainya saya dan keluarga bisa libur lebih panjang, saya akan membawa anak-anak ke pantai atau persawahan.
Anak-anak perkotaan memerlukan ruang yang aman dan nyaman untuk bermain. Hanya saja, tidak semuanya bisa mengungkapkan. Mari kita suarakan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar