Rabu, 05 Agustus 2020

Peran "Si Merah" dalam Kehamilanku

?Penuhi kebutuhan zat besi semasa kehamilan? Bukanlah nasehat klise semata

Ketika hamil kedua (di usia 32 tahun), saya rutin memeriksakan kehamilan setiap bulan ke dr. Inayatullah Rifai, SPOG di RS Azra Bogor. Memasuki usia kehamilan 7 bulan, dokter meminta saya melakukan tes darah, dan diketahui hemoglobin (hb) saya rendah.  Hal ini tidak terjadi pada kehamilan saya yang pertama.  Dokter pun memperingatkan saya dan memberikan berbagai tindakan penanggulangan anemia.

Transfusi sebelum melahirkan.

Karena tekanan darah saya tinggi, dan mengarah pada pre eklamsia, dokter menyarankan proses induksi melahirkan pada usia kehamilan 37 minggu.  Saya kembali menjalani pemeriksaan darah.  Rupanya Hb saya naik, namun masih di bawah batas normal.

Proses induksi terpaksa ditunda karena kadar hemoglobin saya rendah. Saya harus menjalani tranfusi darah sebelum proses induksi. Persalinan baru dimulai ketika Hb sudah mencapai 11 gr/dl. Proses pembukaan dan kelahiran terasa lebih lama dan sulit dibandingkan persalinan anak pertama.  Salah satu penyebab lamanya persalinan adalah karena Hb saya rendah.

Kurang darah atau anemia bukan hal baru yang saya dengar.  Pengalaman saya yang cukup melelahkan dan menegangkan menjelang melahirkan telah menyadarkan bahwa “penuhi kebutuhan zat besi semasa kehamilan” bukanlah nasehat klise semata.  Hemoglobin, zat yang terkandung dalam sel darah merah ini menjadi salah satu penentu keberhasilan persalinan.

Kenapa Hb turun saat hamil ?

Disebutkan dalam banyak literatur, frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi, yaitu 63,5%. Saat hamil, volume plasma darah meningkat hingga 30% - 40%, namun sel darah hanya meningkat 18% sehingga terjadi pengenceran darah dan menyebabkan kadar hemoglobin rendah , yaitu dibawah 11 gr/dl.  Kondisi ini dinamakan anemia kehamilan.

Pada  awal kehamilan, saya sering mengalami mual sehingga pola makan terganggu dan asupan nutrisi kurang, termasuk kurangnya zat besi pembentuk sel darah merah.  Sedangkan pada trimester akhir kehamilan, anemia terjadi karena janin mengambil cadangan zat besi dari ibu dan menimbunnya untuk cadangan selama satu bulan pertama sesudah lahir. Jadi saat saya sudah doyan makan, rupanya kebutuhan janin akan zat besi juga lebih banyak.

Seharusnya, saya perhatikan gejala anemia.

Ada penyesalan karena saya merasa "sok kuat" saat hamil, dan mengabaikan gejala-gejala anemia yang tak selalu tampak jelas.

Hemoglobin diperlukan sepanjang masa kehamilan.  Tugas utamanya adalah sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru ke seluruh jaringan tubuh dan janin. Dengan berkurangnya hemoglobin, sirkulasi oksigen dalam tubuh akan menurun, inilah yang menyebabkan pusing, ngantuk dan letih. Ibu hamil perlu waspada jika sering mengalami pucat, lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh dan gangguan dalam proses penyembuhan luka.

Hm, dulu saya merasa letih, sedikit pusing dan kurang nafsu makan adalah hal-hal biasa dalam kehamilan. Iya benar itu hal biasa, tapi harus diatasi.

Seharusnya, sebelum merencanakan kehamilan, saya melakukan serangkaian tes pra kehamilan, termasuk pemeriksaan kadar hemoglobin. Apabila saat sebelum hamil  hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, dikhawatirkan pada saat hamil kadarnya akan lebih rendah lagi.  Dengan mengetahui gejala lebih awal maka bisa dilakukan upaya peningkatan hemoglobin sejak awal kehamilan.

Untungnya, dokter meminta saya melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin pada pertengahan kehamilan.  Hal ini penting karena kelancaran proses persalinan sangat ditentukan oleh kecukupan hemoglobin dalam darah.

Anemia menyebabkan proses persalinan lebih lama.

Dr. Inayatullah Rifai, SPOG menjelaskan tentang mengapa perlunya saya mencapai kadar hemoglobin everyday.

Anemia yang terus berlanjut dapat mempersulit proses persalinan.  Anemia dapat menghambat metabolisme tubuh dalam merespon hormon-hormon yang berperan dalam proses persalinan. Akibatnya, pembukaan berjalan lambat atau terhambat,  otot rahim lelah berkontraksi, gangguan his, dan tidak adanya kontraksi rahim yang menjadikan proses persalinan berjalan lama.

Lebih lanjut, anemia dapat menyebabkan terjadinya keguguran, kelahiran prematur, syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca-bersalin, pendarahan pada sang ibu karena rahim sulit mengkerut kembali dan rentan infeksi.  Sedangkan bagi janin, anemia menyebabkan  pertumbuhan janin terganggu, kematian janin, keguguran, cacat bawaan, berat badan lahir rendah (BBLR).

Bagi ibu yang menderita anemia berat dan akan menjalani persalinan, terutama yang didahului dengan proses induksi,  perlu dilakukan transfusi darah sebelumnya agar respon tubuh baik.

Seberapa banyak zat besi dibutuhkan?

Ibu hamil membutuhkan tambahan zat besi sebanyak  2-3 mg /hari.  Biasanya dokter akan meresepkan tablet tambah darah pada 90 hari pertama masa kehamilan.  Setiap tablet mengandung 200 mg ferrosulfat,  setara dengan 60 miligram zat besi dan 0.25 mg asam folat. Pemberian zat besi dan asam folat akan lebih efektif dalam pembentukan hemoglobin.

Saya pun mendapatkan tablet tambah darah tersebut. Adapun merknya bisa berbeda-beda antara resep dokter yang satu dengan lainnya. Tak masalah, itu hanya soal merk. Yang penting kandunganya sama. Vitamin tambah darah ini juga bisa didapatkan di Puskesmas.

Sebagian ibu hamil mengalami efek samping setelah meminum tablet tambah darah, yaitu mual, nyeri lambung, muntah, diare, atau sembelit. Untuk mencegah efek samping tersebut saya mengkonsumsi pill tambah darah di malam hari setelah makan.

Kebutuhan zat besi juga dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi (Fe) contohnya yaitu, daging tanpa lemak, kacang-kacangan, dan sayuran yang memiliki warna hijau tua seperti bayam, kangkung  dan brokoli. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Sebaliknya, minuman berkafein sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang mengandung zat besi karena dapat mengganggu proses penyerapan zat besi.

Nah, nah...Jadi ingat semasa hamil saya suka minum teh, dan kopi. Itulah kenapa minum teh dan kopi dibatasi maksimal 2 cangkir according to hari.

Juni 2010, Asaku Mulia lahir secara regular. Alhamdulillah kami ibu dan anak sehat. Pengalaman kekurangan HB saat hamil hingga proses tranfusi harus dilakukan menjadikan pelajaran berharga yang ingin saya bagi.

Pasca lahiran saya masih penasaran soal anemia ini.Dari berbagai sumber yang saya baca di internet, beberapa faktor yang memperberat anemia antara lain:

  1. Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun karena remaja membutuhkan zat besi lebih banyak untuk pertumbuhan.
  2. Keadaan fisiologis ibu hamil, yaitu peningkatan volume plasma yang tidak diikuti peningkatan hemoglobin.
  3. Keadaan imunologis, misalnya adanya penyakit yang mengganggu jumlah sel darah merah dalam tubuh, yaitu lupus dan talasemia.
  4. Kebiasaan pola makan, apakah sudah kaya akan zat besi, asam folat dan vitamin B12 .
  5. Sosial ekonomi,  yaitu pendapatan yang rendah berpengaruh pada ketersediaan makanan.
  6. Ibu dengan riwayat premature, penyakit diabetes, ginjal dan hipertensi sebelumnya lebih berisiko mengalami anemia.
  7. Ras kulit hitam memiliki 2 kali lipat risiko anemia pada kehamilan dibanding dengan kulit putih.
  8. Di daerah tropis seperti Indonesia zat besi lebih banyak keluar melalui keringat.

Sebuah pelajaran berharga dari kehamilan saya yang kedua. Bahwa ibu jangan pernah mengabaikan kebutuhan  tubuh akan "si merah".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar