Kamis, 04 Juni 2020

Asus Zenfone 3 : Capturing The Flavors of Indonesia

Saya bukan fotografer profesional, melainkan seorang street food lover.

Dalam sebuah lorong bernama Kampus Dalam ? Sisi luar Kampus IPB Bogor ? Adalah ?Surga? Bagi penyuka jajanan kaki lima seperti saya ini. Lorong yang di kedua sisinya berjajar warung-warung sederhana semi kumuh. Pararel dengan rombong-rombong jajanan kaki lima yang tak jeda dikerubuti para pembelinya, kebanyakan adalah mahasiswa. Lorong sempit dengan diveristi makanan yang sangat tinggi.

Saya pun memulai langkah dengan perut kosong dan tangan menggenggam Asus Zenfone 3 ZE520KL. Sekalipun saya buka fotografer handal, memotret makanan buat saya seperti kegiatan selfie bagi beauty blogger. Setiap saat ingin menangkap momen tercantiknya kan? Begitupun saya, ingin menangkap tampilan paling menggiurkan dari sepiring makanan yang akan saya santap.

Jadi, mau dimulai darimana perburuan ini?

Teringat pada 1996, saya memulai tinggal di Bogor. "Lidah Trenggalek? Saya harus menyesuaikan diri dengan rasa-rasa baru. Untuk pertama kalinya saya membeli pecel di Bogor dengan ekspektasi akan tersaji pecel Madiun. Ternyata yang muncul adalah sepiring sayuran komplit berlumur bumbu kacang yang menyerupai gado-gado yang selama ini saya kenal. Hingga 21 tahun berlalu, saya masih belum bisa membedakan pecel atau gado-gado. Jadi pasrah saja, peduli amat soal nama. Yang penting sepiring sayuran, kol, kentang, wortel - komposisi yang berganti-ganti, suka-suka yang membuatnya - dicampur aduk dengan lontong, tahu dan tempe, berlumur bumbu kacang yang gurih, pedas dan lumer. Berantakan tapi enak. Gado-gado is pleasant salad inside the international !

Ah iya, gado-gado!

Kenangan itu membantuku memilih keputusan. Kutemukan rombong gado-gado oriental. Bukan dari China, tapi maksudnya gado-gado khas Jawa Timur. Tampaknya si masnya tahu kekeliruan yang sering terjadi di sini saat pembeli memesan gado-gado atau pecel? Jadi dipastikan ini gado-gado yang benar versi Jawa Timur.

Behind the lens :

Saya menggunakan mode otomatis dariAsus Zenfone 3 ZE520KL karena proses pemotretan ini saya lakukan cepat mengingat kerupuk dan gado-gadonya keburu lembek. Alas dan bunga saya bawa sendiri. Piring milik tukang gado-gado.

Pixel master digicam pada Asus memudahkan pengguna amatir seperti saya untuk mendapatkan hasil gambar setara profesional. Pixel master camera mengintegrasikan teknologi photograph stabilizer untuk menghasilkan gambar yang tidak goyang seindah gambar aslinya.

Generasi terbaru PixelMaster three,zero mengangkat fotografi ZenFone 3 jauh di atas standar smartphone lainnya, dilengkapi dengan kamera 16MP, lensa aperture f/2.0 yang besar, dan laser vehicle-recognition untuk setiap jarak dan pencahayaan instan yang jelas hanya dalam zero,03 detik.

Gado-gado, captured by Asus Zenfone three ZE520KL

Seharusnya sepiring gado-gado telah membuat saya kenyang. Untungnya saya berjalan sendirian, jadi tidak perlu malu saat mata ini masih mencari-cari ? Selanjutnya apa?

Pilih pempek Palembang atau singkong keju?

Terbayang aroma cuko-nya sukses membuatku lapar lagi. Kuah cuko asam, manis pedas berpadu dengan pempek yang digoreng renyah dengan aroma gurih ikan ? Entah berapa persen ikannya, yang pasti harganya terjangkau.

Saya melanjutkan menyusuri lorong Kampus Dalam. Beuh, suasananya seperti bulan Ramadhan sore hari saat orang berburu makanan untuk takjil. Hei, ini masih siang, kawan! Teriakan dalam hati yang hanya basa-basi. Nyatanya begitu melihat segarnya buah potong dan rujak buah – glek – saya pun menelan ludah.

Sebenarnya saya ingin segera berlalu dari lorong penuh godaan ini, tapi kaki ini malah berjalan melambat di sisi aneka jajanan buat teman ngopi. Sialan, manis-manis semua semanis saya :p

Mereka adalah es pisang hijau, klepon, dodongkal, bandros, kue ape, martabak mini dan teman-temannya. Jangan paksa saya memilih mana yang lebih enak di antara yang lainnya. Saya beli saja semuanya. Tak berat untuk mengeluarkan uang 5000 ? 6000 rupiah saja untuk setiap jenisnya. Yang berat adalah timbangan badan saya setelah menghabiskan semuanya itu.

Behind the lens :

Foto kue ape dan bandros menggunakan mode otomatis karena cahaya cukup. Sedangkan foto es pisang hijau menggunakan mode manual, saya menambahkan iso 800 (maksimal hingga 1600) karena ruangan redup dan langit mendung.

Dalam kondisi minim cahaya, Pixel Master Camera mengombinasikan ukuran pixel dan mengolahnya sehingga kepekaan cahaya meningkat hingga 400% dan kontras hingga two hundred%.

Asus ZenFone 3 memiliki teknologi eksklusif auto-recognition Tritech. Untuk pertama kalinya dalam dunia smartphone, telah digabungkan tiga teknologi yang berfokus pada laser, deteksi fase, dan vehicle-recognition yang berkesinambungan ke dalam satu sistem yang harmonis. Sehingga dapat diperoleh fokus yang jelas hanya dalam zero,03 detik dalam kondisi yang berbeda-beda, untuk semua skenario - dan sepuluh kali (10x) lebih cepat dari kedipan mata.

Pemotretan kue ape dengan Asus Zenfone 3 ZE520KL
Pemotretan bandros dengan Asus Zenfone 3 ZE520KL
Pemotretan es pisang ijo dengan Asus Zenfone 3 ZE520KL

Tapi jika dipaksa memilih juga ? Buat saya pribadi lho ya ? Bandros / Kue Pancong adalah juaranya. Orang di sini biasa menyebutnya dengan kedua nama itu. Rasanya gurih. Semenit sejak penjualnya menuang adonan tepung beras, santan dan parutan kelapa ke dalam cetakan khusus di atas kompor, saya sudah menggigit bibir. Aduuuh ! Aroma gurihnya menguap. Adonan pun mengembang dan menampilkan kelembutan yang selalu membayangi saat saya minum kopi di lain waktu. Sayangnya, bandros ini tidak dijual di cafe-cafe mewah. Mungkin tidak ada yang tahu bahwa bandros ini pasangan paling serasi dengan secangkir kopi. Tapi ada baiknya juga tetap begini, biar saja bandros terus menjadi makanan murah.

Sudah, puas? Kenyang?

Mana mungkin. Masih ada sederet makanan berkuah segar sedikit pedas yang menggiurkan.

Pilih Mi Atjeh atau Soto Mie Bogor ?

Mie Atjeh yang ditumis dengan kuah ?Nyemek-nyemek? Yang kaya aroma rempah. Pedasnya bikin ketagihan.

Sementara Soto Mie, adalah soto khas Bogor. Lebih mirip sup karena bening. Isinya rame, ada mie kuning, bihun, potongan risoles, potongan daging atau kikil, kubis, seledri, daun bawang dan emping.

Behind the lens :

Foto Mie Atjeh saya ambil menjelang magrib dan cahaya kurang. Saya menggunakan fitur lampu senter untuk pencahayaan. Lumayan, tekstur mie terlihat dan gambar tidak goyang.

Saya mencoba fitur kedalaman bidang untuk foto Soto mie sehingga hanya bagian yang saya pilih yang menjadi fokus, area lainnya tampak blur.

Pemotretan mie atjeh dengan fitu lampu senter
Mie Atjeh, captured by Asus Zenfone 3 ZE520KL
Pemotretan Soto Mi dengan fitur kedalaman bidang
Soto Mie Bogor, captured by Asus Zenfone 3 ZE520KL

Oiya, sekedar tips ringan dari aku buat kamu yang mau searching foto-foto kuliner di suatu tempat.

  1. Pastikan menggunakan smartphone yang oke kameranya dan punya daya tahan baterai lama. Saya sih pakai Asus Zenfone 3 ZE520KL. Banyak pilihan produk Asus dengan variasi harga yang sesuai kantong dan berkualitas oke.  Memotret dengan smartphone lebih fleksible untuk foto-foto di tempat umum. Asus Zenfone 3 sudah bisa di-setting profesional kok, jadi bisa diatur pencahayaan, kecepatan rana dll. Tapi saya sih seringnya pakai mode otomatis saja, karena kan seringnya memotret kuliner dengan keterbatasan waktu.
  2. Kosongkan perut sebelum berangkat, karena sesuai misi kali ini adalah hunting makanan.
  3. Kalau bisa, beli makanan dalam porsi kecil. Tapi kemungkinan besar nggak bisa, porsi sudah ditentukan segitu sama penjualnya.
  4. Untuk mengatasi persoalan nomor 3, bawa teman untuk membantu memakan makanan yang telah dipotret (baik-baik meminta teman bersabar menunggu).
  5. Kalau tidak mengajak teman, bawa kotak makanan untuk mengemas makanan sisa jepret kuliner, bagikan ke teman-teman saat berjumpa kemudian. Pasti mereka tambah sayang, hihihhi.
  6. Bawa properti foto seperti alas, sendok, garpu, sumpit, bunga dll dalam tasmu. Tentunya pilih yang ukuran kecil dan bisa dibawa. Jangan memaksakan bawa meja lipat atau pot bunga ya, hahaha.
  7. Bawa lap atau tisu untuk merapikan kuah yang ada di tepi mangkok.
  8. Jika memungkinkan, pinjam bahan-bahan masakannya sama si penjual. Misal telur, tomat, daun bawang untuk background sepiring nasi goreng.
  9. Pilih posisi duduk yang terang. Letakkan obyek berseberangan dengan cahaya agar tidak backlight saat mengambil foto.
  10. Siapkan properti saat penjual tengah memasak makanan yang dipesan, jadi begitu disajikan bisa langsung foto-foto. Usahakan proses foto ini tak lebih dari 7 menit ya, nanti keburu makanannya dingin lho. Bagaimanapun, makan secara langsung saat fresh lebih nikmat daripada hanya melihat fotonya, iya kan?
  11. Trial and eror adalah hal biasa. Lakukan latihan terus menerus agar lebih akrab dengan Asus yang kita gunakan, kenali fitur-fiturnya dan sesuaikan dengan kondisi ruangan dan cuaca saat kamu memotret. Semakin banyak latihan, semakin sempurna hasilnya

Sebelum menutup tulisan, masih sanggup satu menu lagi kan?

Ini wajib karena juga favorit saya ? Lumpia Basah khas Bandung ! Berbeda dengan lumpia semarang yang kering, lumpia ini basah sesuai namanya ( ya iyalah ;p) . Komposisinya adalah telur diorek, tauge dan bumbu-bumbu ditumis, lalu dibungkus dengan kulit lumpia yang lembek (tidak kering).

Asyiknya membeli makanan di pedagang kaki lima adalah kita bisa melihat proses pembuatannya. Karena lumpia basah dibuat dadakan saat ada pesanan, dengan senang hati saya mengantri demi makanan yang terrific duper lezat ini.

Behind the lens :

Karena ingin mendapatkan little by little proses memasak lumpia basah, saya menggunakan fitur otomatis saja biar aman. Hasilnya cukup tajam.

Jika terlihat foto tampak realistis itu karena teknologi trench isolation yang dalam, mencegah cahaya foto dari kehilangan dari salah satu pixel pada sensor ke lainnya, sehingga menghasilkan detail yang lebih jelas. Sensor koreksi warna mendeteksi subjek cahaya yang tidak biasa dan membuat obyek terlihat natural.

Bagaimana, terasa kan enaknya makanan-makanan ini ?

Lumpia Basah, captured by way of Asus Zenfone 3 ZE520KL

Fine, enough!

Jangan kalap seperti tidak ada hari esok. Saya bekerja di Kampus IPB dan petualangan nikmat ini akan bisa saya rasakan lagi ? Dan lagi.

Lorong Kampus Dalam ini adalah pertemuan kuliner dari penjuru nusantara. Sebagaimana kebhinekaan yang ada di kampus IPB – mahasiswa  berasal dari berbagai daerah di Indonesia – maka tak heran jika makanan khas daerah pun hadir mengikuti di sini. Selain untuk pemuas rindu para mahasiwa akan makanan khas kampung halaman, juga menjadi ajang eksplorasi makanan khas dari daerah lain.

Sebagai avenue food lover, saya bersyukur para pedagang kaki lima ini bertahan ? Bahkan berkembang dan berkreasi ? Di tengah kepungan makanan asing yang relatif mewah dan mahal.

Gerobak makanan di mana-mana, pembeli tak pernah sepi. Karena makanan kaki lima itu murah. Dan pastinya, enak banget ! Jajanan kaki lima itu telah mengalihkan niat diet saya. Tak mampu saya menolak kelezatannya. Sejenak saya lupakan pakem kesehatan yang membuat saya merasa bersalah.  Saya terus terbayang kelezatannya dan akan kembali membelinya walaupun berulang kali berjanji tidak akan menyentuhnya lagi demi berat badan. Janji tinggal janji.

Coz, I am a street food lover.

Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh Blogger Gandjel Rel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar