Fix. Setahun ini saya pensiun dari lomba-lomba blog.
Sebenarnya sudah saya sounding ke teman-teman blogger dekat rumah bahwa saya sudah kepengen pensiun ikut lomba-lomba. Dan ternyata tanpa ada perasaan gimana-gimana satu per satu lomba blog terlewati tanpa penyesalan.
"Alhamdulillah saya bisa tidur nyenyak semalam," gitu rasanya tiap kali gagal ikut lomba. Hihihi...
Sudah lah ya, sementara ini tutup dulu obrolan soal perbloggeran. Kan lagi bosen, kok malah dibahas. Kata mba Ratna, salah satu blogger dekat rumah tadi, "Nikmati aja masa hiatusnya, ikuti hati kali lagi pengen sesuatu yang lain."
Ya iya bener juga, setahun ini keinginan-keinginan dalam keluarga makin panjaaaaang daftarnya. Anehnya, makin tua bukannya makin kalem tapi malah menggebu-gebu. Segala sesuatunya pengen dieksekusi cepat biar gak kepikiran lama-lama.
Tulisan ini semacam kaleidoskop yang ditulis lebih awal, demi menyelamatkan blog biar tidak terlalu lumutan. Hahaha..
Jadi gini, setahun ini saya merasa banyak hal besar yang berhasil diselesaikan dalam keluarga. Banyak yang terjadi dengan sukses dan dimudahkan urusan dengan tempo diluar dugaan. Ini adalah rejeki lain yang tidak bisa diukur secara materi. (Karena itu juga saya santai pensiun lomba blog, merasa cukup dan sedang menuai hasil).
#1 Bye-bye Avanza Biru.
Awal tahun, ujug-ujug aja suami pengen ganti mobil. Hanya gara-gara sebuah penawaran via WA dari seorang sales. Suami bilang, "Asal situ bisa menjualkan si Biru, saya mau ganti mobil. Soalnya kami tidak punya untuk DP yang baru". Eeeh, ternyata ditanggapi serius sama Mas Sales. Prosesnya sangat cepat. Si Biru yang sudah menemani kami selama 4,5 tahun harus dilepas, ganti baru dengan si Hitam. Sebelum benar-benar berpisah, kami pakai keliling Bogor dulu, jemput adik dan kakak di sekolah, dan memeluk mobil biru. Melow juga, walau hanya sebuah mobil. Bagaimanapun, cerita kami, obrolan kami tersimpan di dalam mobil itu.
Last photograph with blue automobile |
#2 Yogyakarta
Long weeknd di awal februari, kami sukses jalan-jalan ber 4 ke Yogya selama 4 hari dan hanya ngendon di Malioboro dan sekitarnya. Saya senang bisa merasakan berdiam di suatu tempat agak lama tanpa terburu-buru, menikmati ritme Malioboro yang santai dan refresh. Kami sempat mencoba angkutan umum, sempat smencoba berbagai suasana dari pagi-siang-sore-malam di Malioboro. Saya juga sempat jalan kaki mengunjungi 5 toko bakpia berbeda dan membandingkannya. Bahkan si Kakak sempat ke toko KPOP di adaerah Sleman dengan naik Gocar sekitar 20 menit. Wah pokoknya puas jalan-jalan ke Yogyakarta tanpa terburu-buru. Tapiiii, bukan berarti urusan dengan Yogyakarta kelar ya.. masih banyak target-target berikutnya yang belum sempat disambangi.
(Note : Walau sudah pernah ke Bringharjo, tapi belum kelar urusanku dengan pasar ini, hihihi..)
#3 Neo Taman AsaCinta.
Lompat ke awal Mei 2019. Bermula dari niatan sedikit merapikan tembok belakang di rumah yang berbatasan dengan tetangga, namanya rejeki, project merapikan rumah lanjut hingga seluruh bangunan total, alias renovasi total. Tembok belakang yang kami namai Taman Asa Cinta, merupakan bentuk proklamasi bahwa taman kecil di rumah kami adalah Taman Asa Cinta. GPS nya pun udah dibuat.
Tidak menyangka, tembok belakang ini awal renovasi total rumah. Bapak Tukang bilang, kalau ada rejeki, sekalian saja renov rumah, mumpung dianya lagi kosong. Jiaah..Renov kok karena tukang nganggur? E tapi beliau juga memberi penawaran harga yang menarik. Untuk pekerjaan borongan termasuk murah. Jadilah saya dan suami berani memulai. Padahal saat itu tabungan baru ada 70% dari total estimasi biaya.
Ramadhan 1440 H dimulailah pembangunan rumah. Alhamdulillah urusan IMB lancar walau ada sedikit drama, nyari pinjaman uang lancar, nyari kontrakan lancar dan pindahan dibantu tukang juga lancar. Ya kami merasa sangat bersyukur dan dimudahkan. Mungkin inilah rahasia rejeki. Ujug-ujug berani renov rumah walaupun sampai saat tulisan ini dibuat kami tengah tertatih tatih mencukupi kekurangannya.
#four. CingCing Si Kucing
Hari pertama kami renov rumah, 3 Mei 2019, seekor kucing kecil buta mengeong di depan pagar. Rupanya nyemplung di selokan Biasanya kami cuek sama kucing, enggan memelihara. Tergerak rasa kasihan karena kucing ini buta, akhirnya kami sediakan teras rumah untuknya berteduh. Niat saya sih sebenarnya biar Asa berani memegang kucing. Itupun dengan catatan, si kucing enggak boleh masuk rumah karena saya malas bebersih lantai. Jadi cukup dikasih makan saja.
2 minggu berjalan, kucing ini masih belum kami lepaskan. Anak-anak pun makin sayang. Ya sudahlah, mungkin kucing ini penanda pentingnya hari itu.
Asa memanggilnya Kamen Rider. Saya memanggilnya Cingcing. Akhirnya lebih sering dipanggil cingcing. Baiklah, namanya Cingcing Sikucing, kucing biasa. ??
Saat kami pindah ke kontrakan, Cingcing ikut. Kebetulan tetangga depan rumah kontrakan adalah pemilik shelter kucing. Pas lah. Cingcing akhirnya dipelihara di sana. Sesekali dia datang ke rumah.
Berita duka datang di bulan ke 3. Cingcing mulai keluyuran. Dalam keterbatasannya tak bisa melihat, Cingcing kabur pagi-pagi dan ditemukan tewas tertabrak mobil. Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Cingcing telah membuat Asa berani sama kucing.
#five Solo dan Sangiran
Ketagihan eksplorasi suatu kota, pilihan berikutnya adalah Kota Solo. Kami manfaatkan waktu pra - lebaran untuk tour dengan Mobil Hitam (baru) ke Solo sekaligus lanjut mudik ke Trenggalek.
Di Solo kami staycation 2 malam di Hotel Aston, dengan agenda keluyuran ke Museum Purba Sangiran, Pabrik Gula Colomadu, foodcourt Galabo dan pastinya nge-mall di sekitar hotel. Berhubung jelang lebaran, Mall jadi rameeee banget. Saya hanya membeli penjepit kertas yang lucu. Udah itu aja. Dari mal ke hotel saya jalan kaki sama Cinta. Lumayan nyaman pedestriannya walau belum senyaman Malioboro.
Kami justru terkesan dengan ex Pabrik Gula Colomadu. Bangunan peninggalan Belanda ini sangat cantik untuk berfoto. Di dalam pabrik gula masih ada mesin-mesin penggilingan berukuran raksasa. Masih terlihat kemegahan dan kejayaan Pabrik Gula Colomadu yang kini alih fungsi jadi museum.
Museum berikutnya yang kami kunjungi adalah Museum Purba Sangiran. Di sini Asa dan Ayahnya betah berlama-lama. Mereka berdua penyuka sejarah. Satu persatu benda diperhatikan dan dibaca keterangannya.
Biaya masuk kedua museum tersebut relatif murah. Pengunjung juga tidak terlalu ramai. Mungkin karena aksesnya tidak terjangkau kendaraan umum, apalagi Sangiran yang terletak di pinggiran Solo. Senang sekali bisa melihat museum yang cantik dan nyaman untuk belajar sejarah.
#6. Mendadak Singapura.
Lima tahun lalu ketika saya mendadak ke Singapura dengan Cinta dalam sebuah event momblogger, saya berjanji kepada Asa akan mengajaknya juga suatu saat. Berlarut-larut hingga hampir 5 tahun janji belum terlaksana. Kesempatannya belum ada. Moodnya juga belum ada. Tetiba, tahun ini janji itu terpenuhi.
Suatu hari di bulan Juli. Berita bahwa Suami mendapat tugas selama 3 bulan di kantor Singapura kami tanggapi dengan perasaan gado-gado. Antara senang karena ada kepercayaan dari kantor, tapi sebagai family man yang banget-banget, penugasan itu tentu terasa berat bagi suami (juga bagi kami). Periode Agustus - Oktober 2019 menjadi periode super sibuk yang akan kami kenang sebagai momen penting.
Sementara itu, kami masih tinggal di rumah kontrakan. Rumah sendiri baru akan jadi diperkirakan oktober. Jadi sumpeknya bertambah-tambah. Sumpek dengan penugasan ini, sumpek tinggal di rumah kontrakan, namun kami harus kuat dan sehat agar segala sesuatunya terurus dengan baik. Agar suami fokus pada pekerjaannya, otomatis urusan bahan bangunan untuk renovasi rumah saya yang mengerjakan.
Untungnya, penugasan suami di Singapura tidak mewajibkan dia live terus menerus di sana. Bisa pulang kapan mau dengan biaya kantor. Suami sih maunya pulang muluw, tapi saya bilang, kami juga mau dong sesekali ke Singapura. Sekalian menunaikan janji saya pada Asa, mumpung tempat tinggal di sana ada tumpangan (menumpang di kamar suami).
Akhirnya saya dan anak-anak melakukan 2x kunjungan ke Singapura. Tiket kami beli sendiri. Begitupun dengan meals dan transportasi selama di sana. Suami tetap bekerja seperti biasa, saya dan anak-anak keluyuruan. Pada hari libur barulah suami ikut jalan-jalan bareng kami.
Walaupun sudah sangat sering dinas di negeri Tumasik ini, suami bilang kalau dia tidak pernah jalan-jalan seperti halnya saat bersama kami. Singapura menjadi lebih mengesankan karena kehadiran kami. Cieee..
Alhamdulillah, dibalik kegalauan, Allah memberikan keberkahan yang tiada tara. Alhamdulillah..Alhamdulillah..
Dan apakah cerita Singapura berujung pada akhir Oktober ini? Hanya Allah yang tahu.
#7 My New Passion.
Entahlah, apakah sudah dibisa ardour ku berubah. Atau hanya latah dan ikut-ikutan orang-orang yang kulihat. Dulu saya tidak suka memasak, entah kenapa sekarang pengen banget memasak. Masalahnya dapurnya belum siap. Hahaha.. Atau keinginan ini muncul justru karena dapurnya belum siap. Giliran siap, kita lihat saja nanti. Wkkkk
Mungkin karena masih serangkaian dengan renovasi rumah, sehingga memunculkan mimpi-mimpi baru. Seandainya saya bisa banyak waktu di rumah, saya akan membuatkan bento untuk anak-anak, bisa membersihkan rumah, bisa ngeblog dari rumah, bisa masak-masak lalu makanannya difoto-foto dulu sebelum dihidangkan. Seandainya..Seandainya..
Seandainya saya bisa pensiun dini, saya juga akan bisa mengikuti suami kemanapun dia ditugaskan. Jalan-jalan terus. Seadainya saya pensiun dini, lalu saya bosan lantas mau ngapain? Haruskah ikut perkumpulan penyelemat kucing jalanan? Atau ikut gerakan bersih-bersih Bogor? Atau apa?
Demikianlah, tahun yang sibuk di 2019 ini. Biarlah mengalir saja. Tahun yang sibuk dan penuh berkah. Tak henti-henti kami syukuri semua ini.
Nb. Alhamdulillah.. Pada 18 Oktober 2019 kami kembali ke rumah Neo Taman Asa Cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar