Tiba juga saya di fase ini.
Saat blog lama tak di isi.
Saat melewatkan berbagai lomba blog tawaran job, tanpa penyesalan.
Saat melihat hadiah gadget mewah atau uang jutaan rupiah, lalu saya hanya membantin "Oooh, gitu". Dan sudah.
Begitupun dengan media sosial fb, instagram dan twitter yang selama ini saya pelihara. Saya berada pada kegalauan, nyari follower lagi gak ya? Buat apa, toh tidak semua kenal saya. Dan saya juga bukan siapa-siapa. Posting ke publik gak ya? Buat apa?
Sejak kapan saya tiba di fase ini, saya tidak ingat tepatnya. Bermula dari tim saya di kantor yang semula 3 orang menjadi 1 orang sendiri, lantas saya tertarik dalam arus pekerjaan yang tiada henti. Semula saya pikir saya bakal kewalahan, ternyata sebaliknya, bekerja sendiri membuat ritme kerja lebih cepat, menguasai alur pekerjaan sendiri dan saya lebih bahagia dalam bekerja. Ya, inilah penyebab saya tidak sempat ngeblog lagi, bagaimanapun waktu dan energi kita hanya one hundred%. Bukan lebih.
Berangsur, obrolan soal blog tak semenarik dulu. Peduli amat dengan DA, PA, damaged link dll. Lebih asyik ngobrolin diskon apa yang sedang berlaku di Giant, tempat makan baru dekat kantor, curhat anak dan rumah tangga, plus gosip-gosip kapan THR cair . Receh gak sih? Tapi saya menikmatinya.
Lalu saya mulai enggan melihat timeline medsos, dan lebih suka melihat timeline sendiri saja, menghitung jumlah jempoler dan menjawab sedikit komentar yang masuk pada foto makanan yang saya unggah. Udah, bahagia. Adem.
So, jika ada teman yang merasa timelinenya panas, coba cara saya di atas, lihat timeline sendiri aja. Hahaha..
Mungkin juga karena saya bosan dengan kepanasan medsos akibat Pemilu. Banyak teman-teman medsos yang sikapnya berubah, tak lagi seperti yang selama ini kukenal. Mereka berekspresi sangat tajam. Haknya sih, tapi saya jadi bingung mau komentar apa, hehehe..Mending nonton drama korea aja yang adeeem..
Satu announcement yang banyak dilontarkan orang dan sering membuat bingung, ketika seseorang menyebut seseorang lainnya sok merasa paling benar, di situlah dia sebenarnya sedang merasa paling benar.
Gimana, bingung kan? Hahaha.. Ya intinya apa saat kita menunjuk ke satu orang, sebenarnya jari kita yang lain menunjuk ke diri sendiri.
Gimana? Lebih mengerti atau tambah bingung? Hihi..
Ya sudah lihat foto-foto saya dulu deh. Foto yang saya ambil dari balik jendela kereta api Taksaka dalam perjalanan Jakarta-Yogya pada awal Februari 2019.
Saya berpikir, fase-fase yang kita lalui dalam hidup akan berubah seiring waktu. Ada fase saat saya suka menulis, ngeblog, visiting menggebu-gebu, medsosan, dan kini, fase apa ya ini? Fase rehat? Benarkah?
Benar kata seseorang di facebook yg saya lupa namanya, jika kita terjebak di fase rehat, atau writing block atau malas dan dibiarkan berkepanjangan, maka kita akan sulit kembali untuk produktif.
Itu sih kalau kena writing block, saya bukan lagi menderita itu, saya lagi kesedot dalam pekerjaan lain yang membuat saya tidak punya waktu untuk menulis.
Ternyata, membiarkan diri terlalu lama dalam sebuah fase akan menimbulkan kejenuhan. Toh dimanapun fase kita berada, suka dukanya tetap ada. Namanya juga kehidupan.
Sekarang, saya ingin kembali membangun keseimbangan dengan energi yang tersisa. Mungkinkah?
Ibarat naik kereta api, fase-fase ini adalah stasiun tempat berhenti sejenak, lalu melanjutkam perjalanan hingga stasiun akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar