Sabtu, 09 Mei 2020

Dari Tabungan Blog Terbeli Rumah

Apa bisa beli rumah dari penghasilan blog? Bisa. Saya telah membuktikannya.

Ya, tahun ini saya boleh sedikit berbangga dengan keberhasilan membeli rumah kedua dari penghasilan blog. Antara percaya dan tidak, akhirnya saya bisa menabung sedikit demi sedikit selama 3 tahun dan berhasil membeli sebuah rumah. Rencananya, rumah kedua tersebut akan saya gunakan untuk memuat koleksi portofolio weblog. Ya, semacam museum atau galeri pribadi. Saya akan menamainya Rumah Asacinta.

Sebenarnya, penghasilan blog yang saya terima tidak rutin dan tidak sebanyak penghasilan saya sebagai PNS. Alhamdulillah, yang tidak rutin tersebut tetap bisa terkumpul. Apa rahasianya?

Semoga tulisan ini menginspirasi pembaca untuk menabung.

Menabung itu butuh motivasi.

Sekian tahun saya memiliki penghasilan sendiri, saya pernah berada pada perasaan bahwa jerih payah sia-sia karena tidak memiliki tabungan yang berarti. Banyak faktor yang menjadi penyebab kegagalan dalam menabung.

Saya berusaha mengikuti berbagai pedoman dan cara menabung, antara lain dengan menyisihkan uang, membuat pos-pos tertentu, hingga tiba pada satu kesimpulan : keberhasilan menabung ditentukan oleh motivasi dan keteguhan niat.

Ketika kebutuhan masa kini harus berbagi dengan kebutuhan masa depan, di situlah menabung menjadi hal penting. Tambah penting ketika sang buah hati lahir. Saya mulai menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan biaya sekolah, biaya kesehatan, biaya renovasi rumah, biaya mantu (kelak) dan biaya-biaya lainnya. Artinya apa? Semakin dini dana dipersiapkan, semakin besar tabungan. Maka saya membuat beberapa akun tabungan berbeda sesuai peruntukannya, salah satunya tabungan untuk rumah.

Belajar dari kegagalan.

Apa yang sering menggerogoti uang tabungan kita sehingga gagal dalam menabung?

Pertama adalah adanya biaya-biaya mendesak yang tidak diperkirakan sebelumnya, atau kebutuhan rutin tahunan yang terus dilupakan, misalnya uang kegiatan sekolah, pajak kendaraan, biaya hari raya, kebutuhan alat dan buku sekolah yang hampir selalu dilupakan dan dianggap enteng. Nyatanya, pada waktunya tiba, terpaksa mengutak atik tabungan yang harusnya dijaga keutuhannya. Solusinya, kebutuhan mendesak ini harus bisa diidentifikasi sejak awal dan disiapkan di masa mendatang.

Kedua, tanpa disadari seringkali terjadi merembetnya jumlah kebutuhan. Semula hanya satu kebutuhan yang mendesak, namun dengan alasan sekalian dalam pengerjaan atau pembelanjaan, sehingga budget belanja ditambah. Contohnya, ketika ingin menabung untuk membeli rumah baru, ditengah jalah muncul kebutuhan-kebutuhan mendesak seperti memperbaiki rumah lama, mengganti keramik dll. Biasanya, biaya-biaya ini merembet dari satu kerusakan ke kerusakan lainnya dengan dalih mumpung ada tukang jadi sekalian saja diperbaiki. Tanpa disadari, separuh tabungan terkuras. Solusi satu-satunya adalah fokus pada rencana semula.

Ketiga, anggapan bahwa kegunaan tabungan tidak dianggap penting sehingga merasa tidak masalah apabila digunakan. Contohnya beberapa waktu lalu saya membeli leptop baru dengan dalih ingin menghadiahi diri sendiri. Memang sih, hanya mengurangi sebagian kecil tabungan, tetapi kan jika dipikir-pikir, leptop lama masih berfungsi. Solusinya, fokus pada tujuan utama.

Keempat, dan ini sering terjadi, adalah menyerah di tengah jalan. Biasanya, semakin banyak terkumpul tabungan, semakin kita bangga melihat hasilnya dan semakin enggan untuk menggerogotinya. Sebaliknya, sekalinya tabungan diutak-atik dan digunakan sebagian, niat menabung akan berkurang. Agar tidak terganggu, kita harus berpikir sekecil apapun tabungan itu sangat berharga.

Menabung itu ibarat membuat bola salju.

Ketika segumpal salju dikumpulkan dengan gumpalan lainnya, semakin lama akan membesar, padat dan sulit untuk terurai. Maka semakin kita termotivasi memperbesar bola salju tersebut, atau termotivasi membuat bola salju lainnya.

Sebaliknya, ketika gumpalan yang besar itu kita ambil secuil bagian, salju yang terambil akan mencair. Lantas kita cuil lagi, mencair lagi, dan seterusnya hingga habislah bola salju tadi.

Begitupun dengan tabungan. Jika kita teguh menabung sedikit demi sedikit, semakin lama akan muncul kepuasan melihat angka-angka yang terkumpul, dan semakin semangat kita menambah saldonya. Sebaliknya, ketika kita mengambil sebagian dari tabungan, walaupun itu sedikit saja, membuat motivasi menabung berkurang. Dan jika kita biarkan terulang terus menerus, lantas melihat nominal yang terus menipis, maka semakin menyerah untuk menabung. Karena itu, motivasi dan keteguhan sangat menentukan.

Memisahkan rekening tabungan dengan rekening belanja.

Saya memiliki penghasilan tetap yaitu gaji bulanan dan penghasilan tidak tetap, yaitu dari pekerjaan blog paruh waktu.  Idealnya, saya harus menyesuaikan kebutuhan bulanan tidak boleh melebihi gaji bulanan. Dengan begitu diharapkan saya masih bisa menyisihkan dana untuk tabungan. Dan seharusnya, penghasilan tambahan bisa utuh tersimpan dalam tabungan. Itu idealnya.

Nyatanya apa? Dulu, Pengeluaran lebih besar dari penghasilan dan penghasilan tambahan selalu habis untuk menutupi kekurangan tersebut. Kemana uang saya selama ini? Kenapa tidak memiliki tabungan ? Dari situ saya merasa jerih payah saya selama ini sia-sia.

Sejak sekitar 3 tahun terakhir, saya memisahkan rekening tabungan dan rekening belanja. Saya menetapkan nominal tertentu untuk belanja bulanan. Sebagian dari penghasilan bulanan saya setorkan pada rekening tabungan sejak awal gajian. Artinya, tabungan bukan dari sisa belanja, melainkan memang disisihkan sejak awal dari gaji. Dan apabila ada penghasilan tambahan, langsung saya setorkan pada rekening tabungan.

Melihat saldonya terus bertambah saya semakin semangat. Ketika akhir bulan rekening belanja mulai menipis, saya pun berusaha untuk berhemat.

Sedangkan apabila ada kebutuhan di luar rencana, saya mengambil sebagian dari tabungan dengan tekat akan mengembalikan segera pada bulan berikutnya. Saya menerapkan metode ?Meminjam tabungan sendiri?. Kuncinya, saya harus tegas pada diri sendiri dengan mengingat motivasi menabung, bahwa saldo harus kembali seperti semula, atau lebih.

Memisahkan rekening tabungan dan rekening belanja ini sangat efektif untuk mempertahankan saldo tabungan.

Tidak perlu menunggu penghasilan besar untuk menabung.

Pengalaman membuktikan, biaya hidup mengikuti penghasilan. Dengan kata lain, penghasilan tidak akan pernah cukup, apalagi untuk menabung, jika kita tidak menyisihkan sejak awal. Saya sering heran sendiri, dulu sewaktu gaji kecil, uang habis untuk kebutuhan hidup dan tidak memiliki tabungan. Seiring bertambahnya penghasilan, ternyata uang tetap habis dan tidak memiliki tabungan.

Jadi masalahnya bukan pada besaran penghasilan, namun pada seberapa disiplin kita mengalokasikan uang untuk menabung. Sekecil apapun penghasilan dari blog, saya menyetornya pada rekening tabungan. Dari  terkecil senilai harga pulsa, hingga yang terbesar senilai puluhan jutaan rupiah, semua saya setorkan ke rekening tabungan.

Menabung di Bank lebih mudah dan aman dengan Lembaga Penjamin Simpanan.

Menabung dengan tujuan jangka panjang dan goal besar butuh tempat yang aman dan terjamin. Saat ini bank adalah tempat menabung paling aman dan memudahkan. Sudah tidak jamannya lagi menabung uang di celengan atau menyimpannya di bawah bantal.

Dengan adanya lembaga penjamin simpanan, tabungan kita akan dijamin sebanyak maksimal 2 milyar (berlaku sejak Oktober 2008) apabila bank tempat kita menabung dinyatakan tutup atau pailit. Jadi tidak perlu kuatir menabung di bank karena setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadi peserta Penjaminan. Bank peserta penjaminan meliputi seluruh Bank Umum (termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan dalam wilayah Republik Indonesia) dan Bank Perkreditan Rakyat, baik bank konvensional maupun bank berdasarkan prinsip syariah. Namun, kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia yang melakukan kegiatan perbankan di luar wilayah Republik Indonesia tidak termasuk dalam penjaminan.

Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.  Adapun nilai simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha Bank.  Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah hasil penjumlahan saldo seluruh rekening simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account).

Tidak ada salahnya bermimpi setinggi langit, karena jika kita berusaha, banyak hal bisa terwujud. Seperti pengalaman saya menabung sedikit demi sedikit dari penghasilan blog dan menyimpannya untuk membeli rumah. Setelah ini, masih ada mimpi-mimpi lainnya yang akan saya wujudkan dengan menabung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar